Proses dari flame hardening meliputi pemanasan permukaan daerah yang akan dikeraskan hingga temperatur di atas temperatur kritis. Permukaan kemudian didinginkan dengan air atau pendingin yang sesusai, dengan tujuan untuk menquench permukaan yang dipanaskan. Pemanasan flame hardening menggunakan gas yang dibakar dengan oksigen sehingga menghasilkan temperature flame yang tinggi. Gas yang digunakan untuk keperluan flame hardening adalah gas oksi-asitelin. Spesimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Baja AISI 1045 dengan diameter 90 mm dan tinggi 20 mm. Jumlah spesimen yang diujikan berjumlah 9 spesimen. Spesimen akan diberikan perlakuan panas flame hardening dengan variasi kecepatan putar 25 rpm, 35 rpm, 45 rpm dan jarak nozzle 30 mm, 60 mm, 90 mm dengan holding time 30 menit disusul dengan pendinginan cepat dengan menggunakan air. Setelah itu spesimen akan diuji kekerasan dengan menggunakan standar Hardness Rockwell Cone (HRC). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perbandingan nilai kekerasan rockwell tertinggi diperoleh pada 25 rpm dengan jarak nozzle 30 mm dengan rata-rata nilai kekerasan di titik pengujian pertama 95,7 HRC, pada titik pengujian kedua 87,6 HRC, sedangkan pada titik pengujian ketiga 93,5 HRC. Selanjutnya nilai kekerasan terendah diperoleh pada variasi kecepatan putar 45 rpm dengan jarak nozzle 90 mm dititik pengujian pertama menghasilkan nilai kekerasan rata-rata 82,9 HRC, pada titik pengujian kedua 85,3 HRC dan dititik pengujian ketiga 85,6 HRC. Hasil foto struktur mikro dengan kecepatan putar 25 rpm dengan jarak nozzle 30 mm jumlah martensit yang terbentuk cukup banyak karena kecepatan pendinginan yang tinggi sedangkan pada kecepatan putar 45 rpm dengan jarak nozzle 90 mm martensit lebih sedikit terbentuk sedangkan perlit lebih banyak terrbentuk
The process of flame hardening includes heating the surface of the area which will be hardened to temperatures above the critical temperature. The surface is then cooled with appropriate water or coolant, with the aim of quenching the heated surface. Flame hardening uses gas that is burned with oxygen to produce a high flame temperature. The gas used for flame hardening is oxy-asitelin gas. The specimens used in this study were AISI 1045 steel with a diameter of 90 mm and a height of 20 mm. The number of specimens tested was 9 specimens. Specimens will be given flame hardening heat treatment with variations in rotational speed of 25 rpm, 35 rpm, 45 rpm and nozzle spacing of 30 mm, 60 mm, 90 mm with a holding time of 30 minutes followed by rapid cooling using water. After that the specimens will be tested for hardness using the standard Rockwell Cone Hardness (HRC). The results of the study showed that the highest comparison of rockwell hardness values was obtained at 25 rpm with a nozzle distance of 30 mm with the average hardness value at the first test point 95.7 HRC, at the second testing point 87.6 HRC, while at the third testing point 93, 5 HRC. Furthermore, the lowest hardness value obtained at a variation of 45 rpm rotational speed with a 90 mm nozzle distance at the first test point resulted in an average hardness value of 82.9 HRC, at the second testing point 85.3 HRC and at the third test point 85.6 HRC. Photographs of microstructure with a rotational speed of 25 rpm with a nozzle distance of 30 mm The amount of martensite formed is quite large because of the high cooling speed while at 45 rpm rotational speed with 90 mm martensitic nozzle is formed while pearlite is more formed.