TAYANGAN SI UNYIL SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI PROGRAM PEMERINTAH ORDE BARU
YANG MENYENTUH IDENTITAS BANGSA
SI UNYIL'S BROADCAST AS A MEDIA FOR SOCIALIZING THE NEW ORDE GOVERNMENT PROGRAM
THAT TPUCHEAD ON THE NATIONAL IDENTITY
ABSTRAK
Nama : Alif Istinarul Bahiyyah
NIM : 16040284076
Program Studi : S1 Pendidikan Sejarah
Jurusan : Pendidikan Sejarah
Fakultas : Ilmu Sosial dan Hukum
Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya
Pembimbing : Corry Liana, S.Pd., M.Pd.
Media kini kian marak digunakan sebagai sarana propaganda, khususnya propaganda politik. Media digunakan untuk menggiring opini masyarakat sehingga tetap pada jalur yang diharapkan dan supaya kepercayaan masyarakat tetap terjaga. Permasalahan yang muncul kemudian adalah mengenai bagaimana penyikapan masyarakat atas kebenaran isi informasi yang dipaparkan apabila konteks informasi memiliki kecondongan terhadap pihak tertentu. Interaksi menggunakan media yang bersifat nonverbal mudah ditemui dalam era digital yang kian pesat dewasa ini. Penggunaan media pun turut bergeser, tidak sekedar menjadi hiburan atau wawasan semata, tetapi juga menjadi alat penyampai pesan tertentu yang sifatnya personal antara pemilik kuasa media dengan masyarakat sebagai mitra interaksinya. Fenomena demikian telah berlangsung sejak era awal kemerdekaan Indonesia, lebih khusus era Orde Baru. Orde Baru terlepas dari segala macam periwayatannya, meninggalkan kisah kepemimpinan yang berlangsung cukup lama dengan slogan utama “Era Pembangunan”. Pembangunan infrastruktur maupun pembangunan masyarakat dilakukan Orde Baru selama hampir tiga dekade kekuasaannya. Propaganda mengenai pembangunan tersebut dilakukan salah satunya melalui media televisi. Hampir seluruh tayangan menyiarkan mengenai kebijakan dan program Orde Baru baik secara eksplisit maupun implisit. Salah satu tayangan yang menarik untuk dikaji adalah tayangan Si Unyil yang menjadi tayangan keluarga. Tayangan tersebut hingga saat ini masih menjadai legenda dan dicintai oleh pemirsa pada masanya.
Hal yang diharapkan dapat menjadi perhatikan atas penelitian adalah mengenai bagaimana khalayak perlu memerhatikan bagaimana seluk-beluk media, tidak sekedar menerima secara serta-merta informasinya. Penelitian ini berpegang pada teori interaksionisme simbolik yang dicetuskan oleh George Herbert Mead. Penelitian ini dengan demikian mengupayakan suatu sudut pandang baru mengenai bagaimana media dibangun, dalam rangka meningkatkan daya kritis atas informasi dan keinsyafan untuk menyandingkan informasi dengan fakta empiris, terlebih untuk informasi yang sifatnya memiliki kecondongan pada pihak-pihak tertentu. Penelitian ini adalah memberikan suatu sudut pandang mengenai bagaimana informasi yang diterima melalui media secara tidak disadari dapat dengan mudah dipercaya kebenarannya oleh khalayak. Tujuan yang hendak dicapai memberikan suatu keinsyafan bagi khalayak untuk dengan seksama mencermati informasi serta membandingkannya dengan fakta empiris sedapat mungkin. Selain itu, keinsyafan tersebut lebih lanjut dapat dipergunakan untuk memahami kecondongan isi informasi, pada kubu mana informasi tersebut berpihak.
Kata kunci: Interaksionisme simbolik, Si Unyil era Orde Baru
ABSTRACT
Name : Alif Istinarul Bahiyyah
Study program : S1 Historical Education
Majors : Historical Education
Faculty : Social Sciences and Law
Institution name : Surabaya State University
Advisor : Corry Liana, S.Pd., M.Pd.
The media is now increasingly being used as a means of propaganda, especially political propaganda. The media is used to lead public opinion so that it stays on the expected path and so that public trust is maintained. The problem that arises then is about how the public's attitude towards the truth of the information content presented if the context of the information has a bias towards certain parties. Interaction using nonverbal media is easy to find in today's increasingly rapid digital era. The use of media has also shifted, not only as entertainment or insight, but also as a means of conveying certain messages that are personal between the owners of media power and the community as interaction partners. This phenomenon has been going on since the early era of Indonesian independence, more specifically the New Order era. The New Order, in spite of all kinds of narratives, left behind a long-standing leadership story with the main slogan "Era of Development". Infrastructure development and community development were carried out by the New Order during its nearly three decades of rule. One of the propaganda about this development is through television media. Almost all broadcasts broadcasted policies and programs of the New Order, either explicitly or implicitly. One of the shows that is interesting to study is “Si Unyil”, which is a family broadcast. The show is still a legend today and was loved by viewers at its time.
The thing that is expected to pay attention to research is about how audiences need to pay attention to how the media is, not just receiving the information immediately. This research adheres to the theory of symbolic interactionism proposed by George Herbert Mead. This research thus seeks a new perspective on how the media is built, in order to increase the critical power of information and the awareness to juxtapose information with empirical facts, especially for information that is biased towards certain parties. This research is to provide a point of view on how information received through the media is unconsciously can easily be trusted by the public. The objectives to be achieved provide an awareness for the audience to carefully examine information and compare it with empirical facts wherever possible. In addition, this insight can further be used to understand the biases in the content of the information, to which side the information is aligned.
Keywords: Symbolic Interaction, Si Unyil in time of New Order