Kerajinan Sarung Tenun Dusun Jambu-Gresik Sebagai Sumber Belajar Berbasis Etnopedagogi di Sekolah Dasar
The Craft of Woven Sarong Jambu-Gresik as a Learning Source Based on Ethnopedagogy in Elementary School
Sarung tenun adalah salah satu kearifan lokal yang dimiliki Gresik yang dianggap sebatas kebutuhan sandang. Pada kenyataannya, sarung tenun memiliki nilai kebudayaan yang harus dilestarikan, terutama pada lembaga formal seperti sekolah. Hal tersebut sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 yang berisi tentang pengembangan pendidikan berbasis keunggulan lokal yang mengandung muatan pendidikan. Etnopedagogi ialah pendidikan yang mempelajari budaya yang didalamnya mencakup berbagai bidang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui praktik konservasi terhadap sarung tenun Gresik, untuk mengetahui muatan materi yang terkandung dalam sarung tenun sebagai sumber belajar berbasis etnopedagogi di sekolah dasar dan bagaimana integrasi muatan materi etnopedagogi kedalam pembelajaran terpadu di sekolah dasar yang sesuai dengan pembelajaran abad ke 21.
Jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yaitu memaparkan hasil penelitian secara sistematis. Metode yang digunakan adalah etnografi, yang meliputi komponen tempat, aktor dan kegiatan yang berkaitan dengan sarung tenun di Dusun Jambu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipatif, wawancara mendalam dan kajian dokumentasi. Untuk tahapan dari analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan pemerintah dan masyarakat telah melakukan upaya yang bertujuan untuk melestarikan sarung tenun, menunjukkan beberapa aspek yang terkandung dalam sarung tenun misalnya matematika, SBdP, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, agama dan PPKn. Temuan materi tersebut kemudian diintegrasikan dalam pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah dasar berdasarkan KD yang ada dan dapat dikembangkan menjadi beberapa model pembelajaran sesuai Kurikulum 2013 yaitu Webbed dan Connected.
Sarong woven is one of the local wisdoms owned by the city of Gresik which is considered only limited to the needs of clothing. In fact, sarong has a cultural value that must be preserved, especially in formal institutions such as schools. This is in line with Government Regulation Number 17 of 2010 which contains the development of education based on local excellence that must contain educational content. Etnopedagogy is education that studies about culture which includes various fields. The purpose of this study was to determine the practice of conservation of the Gresik woven sarong, to determine the material content contained in the woven sarong as a source of ethnopedagogy-based learning in elementary schools and to find out how the integration of ethnopedagogical material content into integrated learning in primary schools in accordance with century learning 21.
This type of research uses a qualitative approach that is by describing the results of research systematically. The method used is ethnography, which in its research includes place components, actors and activities related to woven sarong in Jambu village. Data collection techniques used were participant observation, in-depth interviews and documentation review. For the stages of data analysis are data reduction, data presentation and verification.
The results of this study indicate that the government and the community have made efforts aimed at preserving the woven sarong, showing several aspects contained in the woven sarong such as mathematics, SBdP, IPA, IPS, Indonesian, religion and PPKn. The findings of the material are then integrated into learning that can be applied in primary schools based on existing KD and can be developed into several learning models according to the 2013 Curriculum, namely Webbed and Connected.