Latihan merupakan upaya untuk mencapai target yang diinginkan. Sebagai pendukungnya, latihan harus sesuai pada prinsip latihan. Melalui latihan yang terprogram dan terstruktur kemampuan kondisi fisik atlet dapat ditingkatkan. Daya ledak terutama otot tungkai bagi seorang pesilat adalah hal yang sangat mendasar dan krusial dalam menunjang setiap gerak-gerakan teknik pencak silat, seperti pada teknik tendangan. Untuk melakukan teknik tendangan C, otot tungkai dinilai sangat berpengaruh. Agar tendangan C yang dihasilkan bisa cepat dan tepat.
Daya ledak merupakan suatu usaha yang dikerjakan dalam satuan detik. Komponen yang ada pada daya ledak ialah kecepatan kontraksi dan kecepetan gerak. Saat ini, model latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas daya ledak otot tungkai sangat sedikit dijumpai bahkan penerapannya kurang maksimal.
Banyak model latihan yang bisa diterapkan, salah satu diantaranya adalah plyometric model depth jump. Plyometric depth jump dapat diartikan sebagai latihan untuk mengembangkan eksplosif dan meningkatkan kekuatan eksentrik dan reaktif. Plyometric depth jump dilakukan diatas box dengan ketinggian 20-80cm kemudian turun ke bawah dan melakukan loncatan ke atas setinggi-tingginya.
Tujuan penelitian ini untuk memberikan peningkatan terhadap daya ledakn otot tungkai yang bisa mempengaruhi pada tendangan C siswa putra sekolah menengah tingkat pertama sebelum dan sesudah diberi perlakuan latihan plyometric depth jump. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode eksperimen. Metode ini adalah usaha untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua permasalahan atau lebih yang telah diberi perlakuan.
Teknik pengambilan data menganut desain One Group Pretest Posttest Design, desain ini terdapat tes sebelum diberi perlakuan (pretest), perlakuan (treatment) dan tes setelah diberikan perlakuan (posttest). Sampel melakukan treatmen selama 6 minggu dan 18 kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan plyometric depth jump berpengaruh pada teknik tendangan C atlet pencak silat putra sekolah menengah tingkat pertama dengan kenaikan sebesar 23,1%.
Exercise is an effort to achieve the desired target. As a supporter, training must be in accordance with the principle of practice. Through training that programmed and structured the ability of the athlete's physical condition can be improved. Explosive power, especially leg muscles for a fighter is very basic and crucial to supporting every movement of material art techniques, such as kick techniques. To do the C kick technique, the leg muscles are considered very influential. So that the C kick produced can be fast and precise.
Explosive power is a business done in seconds. The components in explosive power are the speed of contraction and the speed of motion. At present, there are very few training models that aim to improve the quality of limb muscle explosive power and even less optimal application.
Many training models can be applied, one of which is the plyometric model depth jump. Plyometric depth jump can be interpreted as an exercise to develop explosively and increase eccentric and reactive strength. Plyometric depth jump is done above the box with a height of 20-80cm then drops down and jumps up to the highest.
The purpose of this study was to provide an increase in limb muscle explosive power that could affect the first-rate male C kick kicker before and after being treated with aexercise plyometric depth jump. The method used in this study is the experimental method. This method is an attempt to find a causal relationship between two or more problems that have been treated.