NILAI LAKU SPIRITUAL SAJRONE SÊRAT JĂNGKA ING
TANAH JAWI KABANDHINGAKE KLAWAN SÊRAT SYEKH SUBAKIR
(Tintingan Hermeneutika lan Intertekstual)
VALUE OF SPIRITUAL ACTION IN SÊRAT JĂNGKA ING
TANAH JAWI COMPARES WITH SÊRAT SYEKH SUBAKIR
(Intertexual and Hermeneutic Studies)
Abstrak
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui Pembelajaran dalam Perbuatan Spiritual di dalam Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi bersambungan dengan Sêrat Syekh Subakir.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek di dalam penelitian ini yaitu transliterasi Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi reriptan R.Ng. Warsâpradongga disambungkan dengan transliterasi Sêrat Syekh Subakir dalam buku terbitan. Penelitian difokuskan pada hermeneutik, interteks, dan ajaran laku spirit yang terdapat di dalam Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi bersambungan dengan Sêrat Syekh Subakir. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui lakon cerita Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi, intertekstual dan nilai berupa spirit yang ada di dalam Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi bersambungan dengan Sêrat Syekh Subakir. Teori yang digunakan yaitu teori Intertekstualitas dan Hermeneutika sebagai senjata utama untuk membabarkan Lakon cerita Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi, kemudian menganalisa Persamaan dan Perbedaan sehingga terdapat struktur hubungan diantara subjek penelitian dengan teks yang dianggap sejenis secara struktural, setelah mendapat makna yang menyeluruh maka peneliti menarik garis ajaran yang mampu diambil yaitu berupa laku spiritual. Kajian teori yang digunakan di dalam penelitian ini diantaranya yaitu (1) Syekh Subakir. (2) Struktural. (3) Hermeneutika. (4) intertekstualitas. (5) Pemikiran Falsafah Jawa. (6) Laku Spiritual.
Data diperoleh dengan Membaca, memberi tanda pada transliterasi Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi, kemudian mendeskripsikan peristiwa cerita didalam Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi dengan cara hermeneutika. Setelah cerita terbabarkan peneliti berusaha menyambungkan dengan Serat yang dianggap memiliki struktur cerita yang serupa sehingga mampu memberi gambaran tentang perbedaan dan pengukuhan konvensi di dalam interteks. Dari pembabaran secara interteks, peneliti menarik garis dengan menyambungkan ajaran laku spiritual yang terkandung di dalam transliterasi Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi dengan transliterasi Serat Syekh Subakir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Lakon cerita didalam Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi dijelaskan berupa bagian- bagian kejadian yaitu : (1) Keadaan pulau Jawa saat sepi. (2) Patih berangkat ke tanah Jawa. (3) Jeng Sultan mengutus Syekh Subakir. (4) Syekh Subakir berangkat ke Tanah Jawa dan melaksnakan Tênung. (5) Syekh Subakir bertemu dengan Semar dan Togog. (6) Semar dan Togog membuka dirinya. (7) Syekh Subakir bercerita tentang prediksinya pulau Jawa.(8) Syekh Subakir pamit. (2) Hasil interteks didalam Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi dengan transliterasi Serat Syekh Subakir yaitu :ditemukan persamaan dan perbedaan. Persamaan dalam arti teks tersebut mengikuti konvensi penciptaan sastra sebelumnya. Didalam kedua Serat tersebut memuat dominasi persamaan seperti nama tokoh dan watak yang sama, tema mayor yang sama yaitu Sejarah (babad), tema minor yang sama yaitu : Kesaktian, kepahlawanan, dan mistisme, alur yang disajikan sama-sama maju. Perbedaan ditemukan : (konversi, Modifikasi ) (1) Konversi : tidak ditemukannya bab “Siklus alam” didalam Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi (2) Modifikasi: perubahan gramatikal. Didalam pemakain kata, antara Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi dan Serat Syekh Subakir menggunakan kosa kata Jawa baru dan Jawa kawi tidak runtut dan acak. Nilai perbuatan spiritual didalam keduanya dibagi menjadi tiga tindakan : (1) Tindakan berdasarkan Dedikasi kepemimpinan, didapatkan (a) Bersinarnya citra kepemimpinan seorang Raja (2) Tindakan berdasarkan Tugas, didapatkan (a) bersinarnya citra sebagai pandhita Ngerum (3) Tindakan berdasarkan Pengasuhan dan pengetahuan, didapatkan (a) Semar merupakan penjelmaan dari Sang Hyang Widhi, (b) Semar sebagai figur Falsafah Jawa “Semu”.
Kata kunci: Struktural, Intertekstual, Hermeneutika, Laku Spiritual
Abstract
This study aims to determine the Learning in Spiritual Actions in Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi in conjunction with Sêrat Syekh Subakir. This research is a qualitative descriptive study. The subject in this research is transliteration of Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi by R.Ng. Warsâpradongga is connected with transliteration of Sêrat Syekh Subakir in the published book. Research is focused on the intertext, hermeneutic and the value of spirit practice contained in Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi in conjunction with Sêrat Syekh Subakir. This research has the aim to find out the story, intertext and teachings in the form of spirit in Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi, which is connected with Sêrat Syekh Subakir. The theory used is the theory of Intertextuality and Hermeneutics as the main weapon to explain the story of Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi, then analyze the similarities and differences so that there is a structure of the relationship between the subject of research with texts that are considered similar structurally, after obtaining a comprehensive meaning the researcher draws a line of teachings that can be taken in the form of spiritual behavior. theoretical studies used in this study include (1) Syekh Subakir. (2) Structural. (3) Hermeneutics. (4) intertextuality. (5) Javanese Philosophical thinking. (6) Spiritual Behavior.
The data is obtained by reading, marking the transliteration of Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi, then describing the events of the story in Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi by means of hermeneutics. after the story is explained the researcher tries to connect with fibers that are considered to have a similar story structure so as to be able to give an idea of the differences and the confirmation of conventions in the intertext. From the intertext reading, the researcher draws a line by connecting the teachings of spiritual behavior contained in the transliteration of Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi with the transliteration of the Sheikh Subakir's Fiber .
The results show that : The story in Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi is explained in the form of parts of events, namely: (1) The situation of the island of Java when it was quiet. (2) Patih departs to Java. (3) Jeng Sultan sent Syekh Subakir. (4) Syekh Subakir goes to the Land of Java and executes Tênung. (5) Syekh Subakir meets with Semar and Togog. (6) Semar and Togog open themselves. (7) Syekh Subakir tells about his prediction for Java Island (8) Syekh Subakir leaves. (2) Intertext results in Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi with transliteration of Syekh Subakir Fiber, namely: found similarities and differences. The similarity in meaning of the text follows the previous conventions of literary creation. in both fibers contains the dominance of the equation such as the name of the character and the same character, the same major theme namely History (chronicle), the same minor theme, namely: Supernaturalism, heroism, and mysticism, the paths that are presented are equally advanced. differences are found: (conversion, modification ) (1) Conversion: no "natural cycle" chapter is found in Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi (2) Modification: grammatical changes. in word usage, between Sêrat Jăngka ing Tanah Jawi and Serat Syekh Subakir use new Javanese vocabulary and Javanese Kawi is not coherent and random. The value of spiritual deeds in both is divided into three actions: (1) Actions based on leadership dedication, obtained (a) Shining leadership image of a King (2) Actions based on Duties, obtained (a) shining images as pandhita Ngerum (3) Actions based Parenting and knowledge, obtained (a) Semar is the incarnation of Sang Hyang Widhi, (b) Semar as a figure of the "Semu" Javanese philosophy.
Keywords : Structural, Intertextual, Hermeneutics, Spiritual behavior