TRADHISI MENDHAK NYANGGRING DI DESA TLEMANG
KECAMATAN NGIMBANG KABUPATEN LAMONGAN
(KAJIAN FOLKLOR)
TRADITION MENDHAK NYANGGRING IN THE VILLAGE OF TLEMANG
NGIMBANG DISTRICT LAMONGAN REGENCY
(FOLKLOR REVIEW)
TMN (Tradisi Mendhak Nyanggring) merupakan salah satu tradisi yang asa di Desa Tlemang Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan yang berdiri dari pengaruh Makam KBT. Tradisi Mendhak Nyanggring diadakan selama empat hari di bulan Jumadilawal sebagai wujud syukur yang diberikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan sebagai bentuk harapan untuk diberikan kehidupan yang damai, tentram, dan jauh dari bahaya. Permaslaahan dari penelitian ini adalah: bagaimana asal mula Tradisi Mendhak Nyanggring yang ada di desa Tlemang, bagaimana pelaksanaan Tradisi Mendhak Nyanggring, bagaimana bahan-bahan yang ada di Tradisi Mendhak Nyanggring, bagaimana makna yang terkandung dalam Tradisi Mendhak Nyanggring, bagaimana fungsi folklor dalam Tradisi Mendhak Nyanggring, dan bagaimana perubahan yang ada di Tradisi Mendhak Nyanggring. Tujuan penelitian ini adalah untuk: mendeskripsikan asal mula Tradisi Mendhak Nyanggring, mendeskripsikan pelaksanaan yang ada di Tradisi Mendhak Nyanggring, mendeskripsikan bahan-bahan dalam Tradisi Mendhak Nyanggring, mendeskripsikan makna yang terkandung dalam Tradisi Mendhak Nyanggring, mendeskripsikan fungsi folklor dalam Tradisi Mendhak Nyanggring, dan mendeskripsikan perubahan-perubahan yang ada di Tradisi Mendhak Nyanggring.
Analisis teori yang digunakan untuk menjelaskan temuan penelitian ini adalah, konsep folklor dari Danandjaja, makna dan simbol menggunakan teori Tuner, fungsi menggunakan teori Bascom dan Dundes, dan teori perubahan menggunakan teori Maran. Rancangan penelitian adalah deskriptif kualitatif, instrumen penelitian terdiri dari peneliti, daftar pertanyaan, dan alat bantu. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan teknik dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan open coding, axial coding, dan selective coding.
Jadwal acara Tradisi Mendhak Nyanggring yaitu membentuk kepanitiaan, menyiapkan hari yang baik, menyiapkan tempat, puasa/ tirakat, menyiapkan bahan, melekan, upacara penggalian telaga, membersihkan makam Ki Buyut Terik, pengajian, slametan daging kambing, cethik api, hiburan wayang krucil, menyembelih kambing, ziarah ke makam Ki Buyut Terik, kenduren, upacara nyanggring, upacara seserahan, masak sayur sanggring, hiburan wayang krucil kedua, slametan sanggring, ziarah ke makam Ki Buyut Terik, dan terakhir slametan di makam Ki Buyut Terik. bahan-bahan yang diperlukan di Tradisi Mendhak Nyanggring, yaitu cok bakal, dupa, tikar pandan, degan kelapa hijau, ketan hitam, lawe wenang, bunga telon, bunga pancawarna, urap-urap, tumpeng, kambing, alang-alang, kain mori, bumbu dapur, pisang cantik, apem, ketan tawa, kumbang angleng, telur ayam jawa, suruh, ayam, lauk (jangan lodeh, asem, usik, dan semur), dan ayam panggang.
Adapun fungsi Tradisi Mendhak Nyanggring adalah sebagai sistem proyeksi, sarana pengesahan budaya, sarana pendidikan, sarana pengendali sosial, dan kegunaan lainnya. Kegunaan lainnya adalah sebagai fungsi religi, sebagai fungsi sosial, dan sebagai sarana melestarikan budaya Jawa. Perubahan yang ada di Tradisi Mendhak Nyanggring adalah, pengajian, juru masak, kumbang angleng, dan terakhir batang jambe.
Kata Kunci : Tradisi, Mendhak Nyanggring, Makam Ki Buyut Terik, Folklor
TMN (Mendhak Nyanggring Tradition) is one of the traditions that is desperate in Tlemang Village, Ngimbang District, Lamongan Regency which stands from the influence of the Tomb of Ki Buyut Terik. The Nyanggring Mendhak tradition is held for four days in the month of Jumadilawal as a form of gratitude given to God Almighty, and as a form of hope to be given a life of peace, peace, and away from danger. The problems of this research are: how the origin of the Nyanggring Mendhak Tradition in Tlemang village, how the Nyanggring Mendhak Tradition is implemented, how the materials are in the Nyanggring Mendhak Tradition, what are the meanings and symbols contained in the Nyanggring Mendhak Tradition, how are the functions of folklore in The Nyanggring Mendhak Tradition, and how the changes in the Nyanggring Mendhak Tradition. The purpose of this research is to: describe the origin of the Nyanggring Mendhak Tradition, describe the implementation of the Nyanggring Mendhak Tradition, describe the materials in the Nyanggring Mendhak Tradition, describe the meanings and symbols contained in the Mendhak Nyanggring Tradition, describe the function of folklore in the Mendhak Nyanggring Tradition, and describe the changes in the Nyanggring Mendhak Tradition.
The theoretical analysis used to explain the findings of this study is the concept of folklore from Danandjaja, meaning and symbols using Tuner theory, functions using Bascom and Dundes theory, and theory of change using Maran theory. The research design was descriptive qualitative, the research instrument consisted of the researcher, a list of questions, and aids. Data collection techniques are observation, interviews, and documentation techniques. Data analysis was performed by open coding, axial coding, and selective coding.
The schedule of the Nyanggring Mendhak Tradition, namely forming a committee, preparing a good day, preparing a place, fasting / tirakat, preparing materials, carrying out, digging a lake, cleaning Ki Buyut Terik's grave, recitation, slametan goat meat, cethik api, entertainment for puppet krucil, slaughtering goat, pilgrimage to Ki Buyut Terik's grave, kenduren, nyanggring ceremony, offering ceremony, cooking stirring vegetables, second krucil puppet entertainment, slametan bun, pilgrimage to Ki Buyut Terik's grave, and finally slametan at Ki Buyut Terik's grave. materials needed in the Nyanggring Mendhak Tradition, namely cok bakal, dupa, pandanus mats, green coconut, black sticky rice, lawe wenang, kembang telon, kembang pancawarna, urap-urap, tumpeng, goat, reeds, mori cloth, kitchen spices, beautiful bananas, apem, glutinous rice, angleng beetle, Javanese chicken eggs, ordered, chicken, side dishes (sayur lodeh, asem, usik, and semur), and roasted chicken.
The function of the Nyanggring Mendhak Tradition is as a projection system,a means of cultural validation, an educational facility, a means of social control, and other uses. Other uses are as a religious function, as a social function, and as a means of preserving Javanese culture. Changes in the Nyanggring Mendhak Tradition are, recitation, cook, angleng beetles, and finally jambe stems.
Keywords : Tradition, Mendhak Nyanggring, Tomb of Ki Buyut Terik, Folklore