Dinamika Pabrik Gula Ngadiredjo Di Kabupaten Kediri Pada Masa Kolonial Belanda Tahun 1930-1942

Dynamics of the Ngadiredjo Sugar Factory in Kediri Regency During the Dutch Colonial Period 1930-1942

Pabrik Gula Ngadiredjo didirikan oleh NV HVA Nederland Verniging Handels Verniging Amsterdam pada tahun 1912 tepatnya di Desa Jambean, Kecamatan Kras, Kab. Kediri, Jawa Timur. Lokasinya strategis berada di Kabupaten Kediri, dekat dengan gunung dan juga dilewati Sungai Brantas, untuk ke Kota pun dekat dan juga didepan persis pabrik merupakan jalur perhubungan nasional ataupun jalur arteri yang menghubungkan Kabupaten Kediri dengan wilayah Tulungagung. Pada tahun masa kolonial tepatnya pada tahun 1930-1942 Pabrik mengalami dinamika yang menarik untuk diteliti, mulai dari masa krisis hingga mulai kembali pada masa jayanya. Dampak dari berdirinya PG Ngadiredjo ini juga banyak mulai dari dampak positif hingga dampak negatif. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode penelitian sejarah yang dimulai dari mengumpulkan sumber data yang relevan, kritik sumber, melakukan interpretasi sumber dengan data yang diperoleh, dan ditulis kembali menggunakan metode historiografi dalam bentuk uraian deskripsi secara faktual dan kronologis. Rumusan masalah penelitian ini ada dua, pertama bagaimana dinamika perkembangan Pabrik Gula Ngadiredjo pada tahun 1930-1942, kedua bagaimana dampak keberadaan Pabrik Gula Ngadiredjo terhadap kondisi sosial ekonomi masayarakat sekitar pada tahun 1930-1942. Hasil penelitian ini mengungkap bagaimana proses keberlangsungan Pabrik Gula Ngadiredjo pada masa kolonial dan juga bagaimana dampak dari pabrik ke masyarakat sekitar, khususnya Kab. Kediri. Faktor yang mempengaruhi dinamika dari Pabrik Gula Ngadiredjo adalah  salah satunya faktor ekonomi. Badai krisis malaise atau depresi global yang menerjang Hindia Belanda menjerumuskan harga gula ke jurang kemerosotan di pasar internasional. Dampaknya produksi dan keuntungan pabrik anjlok drastis. Belenggu kuota gula, Pemerintah Hindia Belanda memberlakukan pembatasan ekspor gula demi menstabilkan harga. Untungnya ketika sedang dilanda krisis Pabrik Gula Ngadiredjo tidak sampai tutup atau berhenti beroperasi. Pabrik ini terus memproduksi hanya saja pendapatan berkurang dan penurunan upah seperti itu tidak dapat dihindari. Jadi kesimpulannya tahun awal tahun 1930 sampai pada tahun 1937 adalah masa krisis seluruh industri gula Jawa termasuk Pabrik Gula Ngadiredjo dan pada tahun 1939 adalah awal dari kebangkitan industri gula Jawa karena Kebijakan pemerintah Hindia Belanda dan juga krisis malaise yang berangsur membaik dan hilang. Hal tersebut dipertegas dengan temuan pabrik yang peneliti dapatkan di perpustakaan pabrik, di Dinas Arsip Jatim, dan juga paling banyak ditemui di P3GI Pasuruan.

Kata Kunci: Kab. Kediri, Pabrik Gula Ngadiredjo, Dinamika

Ngadiredjo Sugar Factory was founded by NV HVA Nederland Verniging Handels Verniging Amsterdam in 1912 precisely in Jambean Village, Kras District, Kab. Kediri, East Java. The location strategy is in Kediri Regency, close to the mountains and also passing the Brantas River, to get to the city it is also close and in front of the factory, which is the national transportation route or arterial route that connects Kediri Regency with the Tulungagung area. In the colonial period, to be precise, 1930-1942, the factory experienced interesting dynamics to study, starting from the crisis period until it started to return to its heyday. The impact of the establishment of PG Ngadiredjo is also numerous, ranging from positive impacts to negative impacts. This research is descriptive qualitative in nature using historical research methods starting from collecting relevant data sources, criticizing sources, interpreting sources with the data obtained, and rewriting them using historiographic methods in the form of factual and chronological descriptions. There are two formulations of the research problem, first, what are the dynamics of the development of the Ngadiredjo Sugar Factory in 1930-1942, second, what is the impact of the existence of the Ngadiredjo Sugar Factory on the socio-economic conditions of the surrounding community in 1930-1942. The results of this research reveal how the process of sustaining the Ngadiredjo Sugar Factory during the colonial period and also the impact of the factory on the surrounding community, especially Kab. Kediri. Factors that influence the dynamics of the Ngadiredjo Sugar Factory are economic factors. The storm of global malaise or depression that hit the Dutch East Indies plunged sugar prices into the brink of decline on the international market. As a result, factory production and profits fell drastically. Shackled by sugar quotas, the Dutch East Indies government imposed sugar exports in order to stabilize prices. Fortunately, when the crisis hit, the Ngadiredjo Sugar Factory did not close or stop operating. This factory continues to produce but its income is decreasing and such a decrease in wages is inevitable. So in conclusion, the early years from 1930 to 1937 were a period of crisis for the entire Javanese sugar industry including the Ngadiredjo Sugar Factory and in 1939 was the beginning of the revival of the Javanese sugar industry due to the Dutch East Indies government policy and also the malaise crisis which continued to improve and disappear. This is confirmed by the factory findings that researchers obtained in the factory library, at the East Java Archives Service, and also most often found at P3GI Pasuruan.

Keywords: Kediri Regency, Ngadiredjo Sugarfactory, dynamics.