Manajemen Model Sengkuyung Pada Pertunjukan Festival Seni Sukorejo Periode Tahun 2022 Di Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban
Sengkuyung Model Management at the 2022 Sukorejo Arts Festival Performance in Parengan District, Tuban Regency
MANAJEMEN MODEL SENGKUYUNG PADA PERTUNJUKAN FESTIVAL SENI SUKOREJO PERIODE TAHUN 2022 DI KECAMATAN PARENGAN KABUPATEN TUBAN
Nama : Tinta Aurista
NIM : 19020134063
Program Studi : S1 Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik
Fakultas : Fakultas Bahasa dan Seni
Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya
Pembimbing : Dr. Sn. Retnayu Prasetyanti Sekti, M.Si.
Tahun : 2023
Desa Sukorejo layak disebut sebagai laboratorium seni. Hal ini dapat dilihat dari bidang seni dan tradisi yang masih sangat dilestarikan didesa Sukorejo. Desa Sukorejo merupakan desa yang masih memiliki cara melestarikan seni dan budaya tradisi, sehingga masih terawat hingga saat ini. Hal ini diperkuat dengan adanya kegiatan tahunan desa yaitu Festival Seni Sukorejo (FSS). Kegiatan FSS selalu ramai dikunjungi para pecinta seni dan tamu dari dalam maupun luar desa Sukorejo, dikarenakan FSS diselenggarakan selama 5 hari berturut-turut yang menampilkan berbagai macam kesenian secara berbeda-beda. FSS periode tahun 2022 mengangkat tema “Gumregah Ngreksa Kabudayaan Nuswantara” yang mempunyai bentuk kegiatan Pagelaran Seni, Pawai Budaya dan Bazar UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan manajemen model Sengkuyung dan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam karakteristik manajemen model Sengkuyung pada pertunjukan FSS periode tahun 2022 di kecamatan Parengan kabupaten Tuban. Penelitian ini juga menggali informasi dari berbagai skripsi dan jurnal untuk memperkuat penelitian ini. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan pendokumentasian. Analisis data berupa tahap reduksi data, penyusunan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Validitas data menggunakan triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan juga triangulasi teori. Hasil penelitian ini menjelaskan tentang manajemen yang digunakan pada pertunjukan Festival Seni Sukorejo. Pada pertunjukan FSS periode tahun 2022 menggunakan manajemen model Sengkuyung yang saling membantu antar anggota panitia meski sudah dibagi tugas sesuai dengan bidang yang dikuasainya. Manajemen yang digunakan dalam pelaksanaan FSS memiliki empat fungsi yakni: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Perencanaan pada pelaksanaan FSS memiliki 3 kegiatan yakni: rapat rutin panitia, gladi bersih dan pra acara. Pengorganisasian pada pelaksanaan FSS melibatkan anggota sanggar Ngripto Raras dan pihak pemerintahan desa Sukorejo yang saling membantu untuk kesuksesan pelaksanaan kegiatan FSS ini. Penggerakan pada pelaksanaan FSS dilaksanakan selama 5 hari berturut-turu dimulai pada tanggal 27 September 2022 – 01 Oktober 2022. Pengawasan atau evaluasi dilakukan setelah pelaksanaan pagelaran seni selesai jadi setiap hari pihak panitia melaksanakan evaluasi pada kegiatan yang dirasa kurang agar pada hari berikutnya bisa diperbaiki kembali. Kesimpulan pada penelitian ini manajemen model Sengkuyung pada pertunjukan FSS mempunyai fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasa yang mengandung karakteristik nilai budaya Jawa didalamnya. Nilai budaya yang digunakan dalam manajemen pertunjukan FSS terdapat nilai gotong royong, kepekaan dan handarbeni dimana setiap panitia memiliki sifat tersebut untuk mengsukseskan pelaksanaan FSS.
Kata Kunci: FSS (Festival Seni Sukorejo), Manajemen, Sengkuyung, Gotong royong, Kepekaan, Handarbeni.
Name : Tinta Aurista
Study Program : S1 Drama, Dance and Music Education
Faculty : Faculty of Languages and Arts
Name of Institution : Surabaya State University
Supervisor : Dr. Sn. Retnayu Prasetyanti Sekti, M.Si.
Year : 2023
Keywords: FSS (Sukorejo Arts Festival), Management, Sengkuyung, Gotong royong, Sensitivity, Handarbeni.
Sukorejo Village deserves to be called an art laboratory. This can be seen from the arts and traditions which are still highly preserved in Sukorejo village. Sukorejo Village is a village that still has a way of preserving traditional arts and culture, so it is still well maintained to this day. This is reinforced by the annual village activity, namely the Sukorejo Arts Festival (FSS). FSS activities are always busy with art lovers and guests from inside and outside Sukorejo village, because FSS is held for 5 consecutive days which displays various kinds of art in different ways. The FSS for the 2022 period has the theme "Gumregah Ngreksa Nuswantara Culture" which takes the form of Art Performances, Cultural Parades and UMKM (Micro Small and Medium Enterprises) Bazaars. This research aims to describe the Sengkuyung model management and the cultural values contained in the characteristics of the Sengkuyung model management at the FSS performance for the 2022 period in Parengan sub-district, Tuban district. This research also explores information from various theses and journals to strengthen this research. The research method uses a qualitative approach with data collection methods through observation, interviews and documentation. Data analysis takes the form of data reduction, data preparation, data presentation and conclusion drawing. Data validity uses source triangulation, technical triangulation, and also theoretical triangulation. The results of this research explain the management used at the Sukorejo Arts Festival performances. In the 2022 period, the FSS show uses the Sengkuyung model of management which helps each other among the committee members even though the tasks have been divided according to the fields they control. The management used in implementing FSS has four functions, namely: planning, organizing, mobilizing and supervising. Planning for the implementation of the FSS has 3 activities, namely: regular committee meetings, clean rehearsals and pre-events. Organizing the implementation of the FSS involved members of the Ngripto Raras studio and the Sukorejo village government who helped each other for the successful implementation of this FSS activity. The movement for the implementation of the FSS was carried out for 5 consecutive days starting on 27 September 2022 – 01 October 2022. Supervision or evaluation was carried out after the art performance was completed, so every day the committee carried out an evaluation on activities that were felt to be lacking so that the following day they could be corrected again. . The conclusion of this research is that the Sengkuyung model of management at FSS performances has the management functions of planning, organizing, mobilizing and supervising which contains the characteristics of Javanese cultural values in it. The cultural values used in the management of FSS performances include the values of mutual cooperation, sensitivity and handarbeni where each committee has these qualities to make the implementation of the FSS a success.