Pemertahanan Bahasa Jawa oleh Transmigran di Kampung Wadio, Nabire, Nabire Barat, Nabire, Papua Tengah
The maintenance of the Javanese language by transmigrants in Wadio Village, Nabire, West Nabire, Nabire, Central Papua
Kata Kunci: Pemertahanan Bahasa, Bahasa Jawa, Transmigran Jawa
Penelitian ini bertujuan mengaji pemertahanan bahasa Jawa oleh transmigran Jawa yang berlokasi di Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat, Kota Nabire, Provinsi Papua Tengah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Tujuannya adalah untuk menemukan dan jelaskan (1) penggunaan bahasa Jawa oleh transmigran dalam ranah keluarga, tetangga, pertemanan, agama, budaya, pemerintahan, dan transaksi, (2) faktor-faktor yang memengaruhi pemertahanan bahasa Jawa oleh transmigran, dan (3) trategi penutur bahasa Jawa dalam mempertahankan bahasa Jawa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak, survei, dan cakap.
Subjek penelitian ini adalah transmigran suku Jawa. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 105 jiwa. Jumlah ini diambil dari 10% populasi (1.050 jiwa) yang terdiri atas kelompok tua sebanyak 60 jiwa, dan kelompok muda 45 jiwa. Jumlah ini ditentukan menggunakan teknik sampling purposive. Setelah itu dilanjutkan dengan penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). tokoh adat/sesepuh adat sebanyak 5 orang, pelaku seni/penggiat seni 13 orang, pedagang 17 orang, pegawai pemerintahan 10 orang, umum dewasa 20 dan anak-anak SD 45 orang. Pengambilan jumlah tersebut berdasarkan kebutuhan dan subjek yang dianggap berguna untuk penelitian.
Teknik analisis data dilakukan dari transkripsi data, reduksi data, pemaparan data analisis data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan analisis data secara umum pemertahanan bahasa Jawa oleh transmigran di Kampung Wadio masih berjalan dengan baik. Hal ini berdasarkan hasil temuan dari observasi langsung, hasil angket/kuisioner, dan wawancara.
Masyarakat Kampung Wadio myoritas adalah transmigran suku Jawa yang berB1 bahasa Jawa. Namun, mereka juga merupakan masyarakat yang multilingual karena sudah tinggal dan hidup bersama masyarakat dari suku lainnya. Bahasa-bahasa yang dikuasai umumnya yaitu bahasa Jawa, Indonesia, dan Melayu Papua. Bahasa-bahasa tersebut digunakan dalam percakapan sehari-hari disesuaikan dengan ranah pilihan penggunaan bahasanya. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 4 pola penggunaan bahasa yaitu (1) pilihan bahasa Jawa, (2) pilihan bahasa Jawa-Indonesia, dan (3) pilihan bahasa Jawa-Indonesia-Melayu Papua.
Berdasarkan hasil analisis data, terbukti bahwa bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat transmigran Jawa di Kampung Wadio. Pada ranah keluarga, bahasa Jawa digunakan sebagai bahasa turunan dari generasi ke generasi. Penggunaan bahasa Jawa lebih sering digunakan pada ranah keluarga, tetangga, teman, agama, dan kebudayaan.
Terdapat dua faktor pemertahanan bahasa Jawa yang menjadi alasan masyarakat tetap menggunakan bahasa Jawa, yiatu konsentrasi wilayah dan loyalitas. Bahasa Jawa digunakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah dengan mayoritas suku Jawa, misalnya pada kampung-kampung yang berdekatan seperti pada Kampung Wadio, Bumi Raya, dan Kali Semen. Loyalitas penggunaan bahasa Jawa memengaruhi pemertahanan bahasa Jawa. Dengan adanya dukungan dan loyalitas dari pengguna Bahasa Jawa menyebabkan bahasa Jawa menjadi bahasa yang digunakan dalam ranah-ranah tertentu ketika berkomunikasi
Strategi pemertahan bahasa Jawa oleh transmigran di Kampung Wadio yang ditemukan dalam penelitian ini adalah (1) pemantapan kedwibahasaan sebagai pilihan utama dan (2) kerja sama kelembagaan dan pemberdayaan lembaga-lembaga tradisional. Sebagian besar dari mereka menguasai tiga bahasa yaitu bahasa Jawa, bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Papua. Ketiga bahasa tersebut digunakan sesuai dengan ranah penggunaan bahasa. Bahasa Jawa dituturkan pada ranah kekeluargaan, ketetanggaan yang sesuku, kekariban yang sesuku, kegiatan keagamaan dan kegiatan kebudayaan. Kerja sama kelembagaan dan pemberdayaan lembaga-lembaga tradisional terlihat pada penggunaan bahasa Jawa dalam ranah kegiatan/acara keagamaan dan kebudayaan. Pada praktik keagamaan, bahasa Jawa kerap digunakan sebagai bahasa pilihan dalam ceramah agama
This study aims to study the maintenance of the Javanese language by Javanese transmigrants located in Wadio Village, West Nabire District, Nabire City, Central Papua Province. The approach used in this study is descriptive with qualitative and quantitative methods. The aim is to find and explain (1) the use of Javanese by transmigrants in the realm of family, neighbours, friendships, religion, culture, government, and transactions, (2) factors that influence the maintenance of Javanese by transmigrants, and (3) strategies Javanese speakers in defending the Javanese language. The data collection methods used were observing, surveying, and speaking methods.
The subjects of this study were Javanese transmigrants. The sample to be used in this study is 105 people. This number was taken from 10% of the population (1,050 people), consisting of 60 people in the old group and 45 people in the young group. This amount was determined using a purposive sampling technique. After that it was continued with further research where the sample was taken randomly (random). 5 traditional leaders/elders, 13 artists/art activists, 17 traders, 10 government employees, 20 adults and 45 elementary school children. Taking this amount is based on needs and subjects that are considered useful for research.
Data analysis techniques were carried out from data transcription, data reduction, data presentation, data analysis, and drawing conclusions. Based on data analysis, in general, the maintenance of the Javanese language by transmigrants in Kampung Wadio is still going well. This is based on findings from direct observation, results of questionnaires/questionnaires, and interviews.
The majority of the people of Kampung Wadio are Javanese transmigrants who speak B1 Javanese. However, they are also a multilingual society because they already live and live with people from other tribes. The languages spoken are generally Javanese, Indonesian, and Papuan Malay. These languages are used in everyday conversation according to the realm of choice of language use. Based on the results of the study, 4 patterns of language use were found, namely (1) the choice of Javanese, (2) the choice of Javanese-Indonesian, and (3) the choice of Javanese-Indonesian-Malay Papuan.
Based on the results of data analysis, it is evident that the Javanese language is used by the Javanese transmigrant community in Wadio Village. In the family realm, Javanese is used as a language passed down from generation to generation. The use of Javanese is more often used in the realm of family, neighbors, friends, religion and culture.
There are two factors for maintaining the Javanese language which are the reasons why people continue to use the Javanese language, namely regional concentration and loyalty. The Javanese language is used by people who live in areas where the majority are Javanese, for example in adjacent villages such as Kampung Wadio, Bumi Raya, and Kali Semen. Loyalty to the use of the Javanese language affects the maintenance of the Javanese language. With the support and loyalty of Javanese language users, Javanese has become the language used in certain domains when communicating
The strategies for maintaining Javanese by transmigrants in Kampung Wadio that were found in this study were (1) strengthening bilingualism as the main choice and (2) institutional cooperation and empowering traditional institutions. Most of them mastered three languages, namely Javanese, Indonesian and Papuan Malay. The three languages are used in accordance with the realm of language use. Javanese is spoken in the realm of kinship, same-ethnic neighbors, same-ethnic closeness, religious activities and cultural activities. Institutional cooperation and empowerment of traditional institutions can be seen in the use of the Javanese language in the realm of religious and cultural activities/events. In religious practice, Javanese is often used as the language of choice in religious lectures