Maksim pujian dan maksim kerendahhatian merupakan bagian dari prinsip kesopanan bahasa. Kedua maksim ini bisa dilihat dari pemilihan kata yang dituturkan oleh manusia. Tuturan yang dituturkan oleh tokoh dalam film “Yowis Ben”, menggunakan bahasa dialek Malangan dan mengandung humor. Dari tuturan yang mengandung humor itu bisa lebih memudahkan ketika mencari prinsip kesopanan bahasa. Prinsip kesopanan bahasa merupakan salah satu dari prinsip dalam teori pragmatik, yang menganalisis sesuatu kata atau kalimat dalam tuturan yang terikat konteks. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari wujud kesopanan bahasa utamanya maksim pujian dan maksim kerendahhatian dalam film “Yowis Ben”, dan topik atau objek percakapan yang bisa dikatakan kesopanan bahasa dalam film “Yowis Ben”.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Datanya berupa tuturan diantara tokoh dalam film “Yowis Ben”. Data tersebut didapatkan dengan cara menyimak dan mencatat. Teknik semak digunakan untuk mengetahui cerita dan tuturan yang dituturkan oleh antar tokoh, sedangkan teknik catat digunakan untuk mencatat tuturan demi tuturan yang dijadikan transkrip naskah, untuk memudahkan ketika menganalisis data.
Hasil dari penelitian ini yaitu adanya prinsip kesopanan bahasa, utamanya maksim pujian dan maksim kerendahhatian. Maksim pujian dituturkan karena adanya apresiasi kepada apa yang dilihat, dirasa, dan dilakukan oleh orang lain. Sedangkan maksim kerendahhatian dituturkan karena adanya rasa rendah hati, yang merendahkan dirinya sendiri atau tidak membesarkan dirinya sendiri. Maksim-maksim itu tidak hanya dilihat dari tuturan, tetapi juga dari konteks setiap tuturan. Dari tuturan-tuturan dalam film “Yowis Ben”, menunjukkan jika kesopanan bahasa utamanya maksim pujian dan maksim kerendahhatian tersebut digunakan ketika para tokoh menggunakan tuturan yang tidak langsung, adanya jarak drajat sosial, dan adanya jarak sosial antar paraga.
Kata Kunci: maksim pujian, maksim kerendahhatian, pragmatik, kesopanan bahasa, film “Yowis Ben”.
Parise maxim and modesty maxim are part of the principle of language politeness. These two maxims can be seen from the selection of words spoken by humans. Speech spoken by the characters in the "Yowis Ben" film using Malangan dialect and containing humor. From speech containing humor it can be easier when looking for the principle of language politeness. The principle of language politeness is one of the principle in pragmatic theory, which analyzed a word or sentence in speech that is context bound. The aim of this research is to look for the form of language politeness mainly appobation maxim and modesty maxim in the "Yowis Ben" film, and the topic or object of conversation that can be said to be language politeness in the "Yowis Ben" film.
The research including a type of qualitative research that uses qualitative research methods. The data is in the form of utterances between the characters in the "Yowis Ben" film. The data is obtained by the way listened and noted. Listened techniques are used to find out stories and utterances spoken by between characters, while noted techniques are used to record speech by speech which is used as transcript of script, to make it easier when analyzing data.
The results of this research are the principle of language politeness, especially the appobation maxim and modesty maxim. Appobation maxim told by because of the appreciation of what others see, feel, and do. Whereas the modesty maxim told by because of the sense of humble, were condescending themselves or not raising themselves. The maxims are not only seen from speech, but also from the context of each speech. From the utterances in the "Yowis Ben" film showing if the mainly language politeness appobation maxim and modesty maxim are used when the characters use indirect speech, the distance between social degree, and the existence of social distance between figure.
Key words: Appobation Maxim, Modesty Maxim, Pragmatic, Language Politeness, "Yowis Ben" Film.