Kabupaten Bojonegoro mempunyai beragam industri. Industri meja dan kursi karet dari limbah ban bekas merupakan salah satu contoh industri kecil yang terletak di Kecamatan Balen, tepatnya di Desa Kedungbondo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik industri, eksistensi industri, dan keadaan sosial ekonomi pengrajin industri kecil meja dan kursi karet di Desa Kedungbondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro..
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian dilakukan di Desa Desa Kedungbondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Responden dalam penelitian ini adalah delapan pengusaha dan 67 pengrajin industri kecil meja dan kursi karet. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Desa Kedungbondo memiliki jenis industri kecil berteknologi sederhana, berdiri sejak 10-14 silam dengan tenaga kerja 11 orang dan pendapatan kurang dari Rp. 200.000.000 2) eksistensi industri dipengaruhi oleh bahan baku, modal, tenaga kerja dan luas area pemasaran. 3) pembagian pekerjaan ditentukan sesuai kemampuan dan keahlian para pengrajin indstri, pengalaman pengrajian rata-rata 15-19 tahun dan dijadikan sebagai pekerjaan utama. Upah yang didapat pengrajin selama satu minggu lebih dari Rp. 500.000.
Kata Kunci: Industri, Eksistensi Industri, Kondisi Sosial Ekonomi
Bojonegoro District has a wide range of industries. Industrial table and rubber chairs from waste tire used is one example of a small industry located in the district Balen, precisely in the village Kedungbondo. The purpose of this research is to know the characteristics of industrial, industrial existence, and socio-economic state of small industry craftsmen table and rubber chairs in Kedungbondo Balen District Bojonegoro District.
This type of research is survey research using quantitative research methods. Research conducted in Desa village Kedungbondo Balen District Bojonegoro Regency. Respondents in this study were eight entrepreneurs and 67 small industrial craftsmen desk and rubber chairs. The data analysis technique in this study is a descriptive percentage
The results showed that 1) the village of Kedungbondo has a small industrial type of simple technology, stood since 10-14 ago with a workforce of 11 people and revenues less than Rp. 200,000.000 2) industrial existence is influenced by raw materials, capital, labor and area of marketing. 3) Division of work is determined according to the skills and expertise of the craftsmen, the average experience of 15-19 years and served as the main work. The wages gained by craftsmen for one week more than Rp. 500,000
Keywords: Industry, industrial existence, sosio-economic conditions