Wujud Tindak tutur dan Prinsip Kerja sama Mahasiswa di Perguruan Tinggi Indonesia Dalam Pembelajaran Hatsuon Model VASM

Forms of Speech Acts and Principles of Student Cooperation at Indonesian Universities in Hatsuon Learning Model VASM

       Kesadaran serta kemampuan pemelajar bahasa Jepang di Indonesia terhadap Hatsuon (pelafalan bahasa Jepang) dirasakan belum maksimal. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwasannya terdapat beberapa bunyi bahasa Jepang yang sulit dikuasai oleh pemelajar. Apabila hal tersebut dibiarkan dikhawatirkan akan berpengaruh pada komunikasi yang terjalin baik dengan native speaker maupun non native speaker. Untuk mengurangi kendala komunikasi yang terjadi dikarenakan kemampuan pelafalan bahasa Jepang yang kurang maka peneliti merancang sebuah model pembelajaran yang diberi nama VASM. Model pembelajaran ini berisikan empat teknik latihan pelafalan di antaranya metode Verbo Tobal, Audio Lingual, Shadowing, dan Minimal Pair. Tidak hanya proses pelatihan pelafalan saja namun juga di dalam model VASM ini terdapat latihan percakapan guna mengetahui sejauh mana interaksi dapat terjalin setelah diberikan pembelajaran menggunakan model VASM. Pada penelitian ini fokus penelitian berada pada wujud tindak tutur dan prinsip kerja sama yang hadir dalam kegiatan percakapan mahasiswa setelah berlatih Hatsuon model VASM.

       Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sumber data berupa percakapan yang dilakukan oleh 67 mahasiswa yang tersebar di lima pergutuan tinggi Indonesia. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa wujud tindak tutur pada percakapan mahasiswa bahasa Jepang di perguruan tinggi Indonesia adalah tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, dan tindak tutur ekspresif. Sedangkan prinsip kerja sama yang ditemukan pada penelitian ini di antaranya maksim kuantitas dan pelanggarannya, maksim kualitas dan pelanggarannya, maksim relevansi dan pelanggarannya.

       The awareness and ability of Japanese language learners in Indonesia towards Hatsuon (Japanese pronunciation) is felt to be not optimal. This case is evidenced by the results of research conducted by researchers that several Japanese sounds are complex for students to master. If this is allowed to happen, there is concern that it will affect the communication that exists both with native speakers and non-native speakers. To reduce communication problems due to the lack of Japanese pronunciation, the researchers designed a learning model called VASM. This learning model contains four pronunciation practice techniques: Verbo Tobal, Audio Lingual, Shadowing, and Minimal Pair. Not only in the pronunciation training process but also in this VASM model, there is a conversation exercise to find out how far interaction can be established after being given learning using the VASM model. In this study, the research focused on the form of speech acts and the principle of cooperation in student conversation activities after practicing the Hatsuon VASM model.

       This research method uses qualitative methods with data from conversations conducted by 67 students across five Indonesian tertiary institutions. This study found that the forms of speech acts in the conversations of Japanese language students at Indonesian universities were representative speech acts, directive speech acts, and expressive speech acts. While the principles of cooperation found in this study include the maxim of quantity and its violation, the maxim of quality and its violation, the maxim of relevance and its violation.