Resiliensi Perempuan Dewasa Awal dalam Menghadapi Kematian Ibu

Early Adult Women’s Resilience in Facing Maternal Death

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap proses dan faktor resiliensi pada perempuan dewasa awal yang menghadapi kematian ibu. Dengan menerapkan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus, peneliti mengumpulkan data melalui wawancara semi-terstruktur. Kemudian, peneliti menganalisis data dengan teknik analisis naratif. Tiga perempuan dewasa awal, yang merupakan anak perempuan semata wayang dalam keluarga dan yang telah kehilangan sosok ibu, bertindak sebagai responden penelitian ini. Dengan mengacu pada teori Richardson tentang proses resiliensi, peneliti menemukan bahwa ketiga responden mencapai resiliensi dalam waktu cukup singkat. Penelitian ini memperlihatkan bahwa resiliensi dalam kedukaan sebaiknya dipahami sebagai sebuah proses yang berlangsung terus-menerus, sebagaimana duka yang bersifat sirkuler. Namun, proses resiliensi dalam diri ketiga responden studi ini sedikit berbeda dengan proses resiliensi menurut Richardson. Dalam studi ini, proses resiliensi berlangsung secara sirkuler. Sejumlah faktor, yaitu dukungan sosial, spiritualitas, dan religiositas, ternyata mendukung proses resiliensi. Sementara itu, ada sejumlah faktor yang menghambat proses resiliensi, seperti kurang kondusifnya lingkungan, pernikahan kembali sang ayah, renggangnya ikatan batin dengan sang ayah, kondisi sebagai anak tunggal, dan tiadanya pasangan.

This research investigates the processes that operate in, and those factors which affect, the resilience of young adult women struggling with the death of their mother. Data for this qualitative psychological research, which used the case-study method, was collected through semi-structured interviews with three respondents. All of the respondents were early adult women, who happened to be the only daughter in the family, and who had had to cope with the loss of their mother. The resulting data was subjected to a narrative analysis. Drawing on G.E. Richardson’s theory of resilience, this research discovered that all the respondents accomplished resilience in a short period of time. Considering that grief itself is cyclical in nature, resilience in grief is best seen as an ongoing process. However, the resilience that the three respondents experienced differed slightly from that which Richardson explains in his theory. The resilience in this present study unfolded in a circular manner. Social support, spirituality, and religiosity were among those factors which aided resilience. Factors impeding resilience included a non-supportive environment, father’s remarriage, a weak father-daughter bond, being the only daughter in the family, and the lack of a partner.