ABSTRAK
Kata kunci: pengikonan, pengindeksan, pelambangan, dan antropragmasemiotika.
Tujuan penelitian ini untuk menemukan dan mendeskripsikan: (1) Pengikonan yang terkait dengan nilai etnik, mistik, dan pragmatik dalam tuturan wayang topeng Tengger lakon Bethara Kala Krama, (2) Pengideksan yang terkait dengan nilai etnik, mistik, dan pragmatik dalam tuturan wayang topeng Tengger lakon Bethara Kala Krama, dan (3) Pelambangan yang terkait dengan nilai etnik, mistik, dan pragmatik dalam tuturan wayang topeng Tengger lakon Bethara Kala Krama.
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan antropologi sastra dan etnografis. Sumber datanya empat teks pertunjukan wayang topeng Tengger lakon “Bethara Kala Krama” di Desa Wonokerso, Wonosari, dan Pandansari, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo. Datanya ada tiga, yaitu pengikonan, pengideksan, dan pelambangan yang terkait dengan nilai etnik, mistik, dan pragmatik dalam tuturan wayang topeng Tengger lakon Bethara Kala Krama.Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pengamatan aktif, wawancara, perkaman, dan pencatatan. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan hermeneutik objektif. Teknik pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi, seminar, dan pemeriksaan pakar.
Hasil penelitian dapat dirumuskan bahwa wayang topeng Tengger banyak menandung pengindeksan, pengikonan, dan pelambangan yang terkait dengan nilai etnik, mistik, dan pragmatik. Pengikonan ada tiga jenis, pengikonan tipologis, ada 11 ikon yang terkait dengan keadaan alam pegunungan Bromo. Pengikonan diagramatik, ada 7 ikon yang terkait dengan perbedaan status sosial para dewa, raja dengan rakyat, orang tua dengan anak, kakak dengan adik, pengetahuan, dan keberuntungan. Pengikonan metafor ada 11 ikon yang terkait dengan mistik, upacara pujan, dan geografis. Pengindekan ada 6 indeks yang terkait dengan kepercayaan, kerja keras, dan percintaan. Pelambangan ada 26 lambang yang terkait dengan kepemimpinan, kepercayaan, senjata, usaka, doa dan restu kedua orang tua, perebutan kekuasaan, tidak boleh menghina wanita, kasih sayang orang tua kepada anak, nenek moyang masyarakat Tengger, dan Aji Saka. Tindak tutur arau tuturan dalang merupakan bentuk lokusi. Setiap lokusi mengandung maksud yang harus diinterpretasi oleh petutur. Petutur akan melakukan tindakan sesuai dengan pemahaman petutur. Pertunjukan wayang topeng Tengger banyak mengandung nilai etnik, mistik, relegi, dan pendidikan yang dapat dijadikan contoh bagi masyarakat Tengger dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bidang politik, sosial, dan budaya. Pertunjukan wayang topeng Tengger belum mendapat perhatian dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan Pemerintah Kabupaten Probolinggo,bahkan sarana jalan menuju Desa Wokerso belum mendapat perhatian, jalannya rusak parah, penuh dengan bebatuan yang berserakan secara alamiah. Pertunjukan wayang topeng dapat memperkuat, memperkaya, dan mengembangkan objek dan ikon pariwisata di kawasan Bromo- Tengger- Semeru.
ABSTRACT
Keywords: iconization, indexization, symbolization, anthropragmasemiotics
The main objects of this research are to find and describe: (1) Iconization related to ethnic, mystical, and pragmatic values in speeches of Tengger Mask Puppet Show on Bethara Kala Krama’s Tale (2) Indexization related to ethnic, mystical, and pragmatic values in speeches of Tengger Mask Puppet Show on Bethara Kala Krama’s Tale, and (3) symbolization related to ethnic, mystical and pragmatic values in speeches of Tengger Mask Puppet Show on Bethara Kala Krama’s Tale.
The method used in this research is qualitative methods with literary and ethnographic anthropological approaches. The data sources are four texts performance of Tengger Mask Puppet Show on Bethara Kala Krama’s Tale in Wonokerso, Wonosari, and Pandansari village, Sumber District, Probolinggo Regency. There are three data, namely iconization, indexization, and symbolization related to ethnic, mystical, and pragmatic values in speeches of Tengger Mask Puppet Show on Bethara Kala Krama’s Tale. Techniques used in data collection are active observation, interviews, recording, and taking notes. Data will be analyzed descriptively and hermeneutically. Techniques for data validity testing are done by triangulation, seminars, and expert examinations.
From the findings of this research, it can be found that Tengger mask puppet show contains many index, iconicity, and symbolization associated with ethnic values, mysticism, and pragmatics. There are three types, they are: (1) typological iconization which consists of 11 icons associated with the natural state of the Bromo mountains, (2) diagrammatic iconization which consists of 7 icons associated with differences in the social status of gods, king and people, parents and children, brothers and sisters, knowledge, and luck, (3) metaphoric iconization which consists of 11 icons related to the metaphor associated with mysticism, ceremonies, and geography. There are 6 indexization related to trust, hard work and romance. There are also 26 symbolization related to leadership, beliefs, weapons, heirlooms, prayers and blessings of both parents, power struggles, not insulting women, affection of parents to children, ancestors of the Tengger community, and Aji Saka. Speeches of puppeteers are in the form of locution. Each locution contains certain purpose that must be interpreted by the speaker. The speaker will take action according to the understanding of them. Tengger mask puppet shows contain many ethnic, mystical, religious and educational values that can be used as examples for the Tengger community in their daily life, both in the political, social and cultural field. Tengger mask puppet show have not been received attention, either from central, provincial, or district government Probolinggo, East Java, even the road of Woketso village has not been received attention. It is shown from the road's badly damaged. It is full of naturally scattered rocks. Tengger mask puppet show can strengthen, enrich, and develop regional tourism as object and icon of tourism in Bromo-Tengger-Semeru area.