Rasionalitas Pola Nafkah Ganda Pada Masyarakat Petani Di Desa Ketapangkuning Kecamatan Ngusikan Kabupaten Jombang

The Rationality Of Dual Livelihood Pattern In Farming Communities In Ketapangkuning Village Ngusikan District Jombang Regency

Penguasaan lahan yang timpang dan perkembangan teknologi pertanian, mendorong para petani untuk melakukan berbagai strategi penghidupan. Pola nafkah ganda menjadi mekanisme yang dipilih oleh masyarakat petani. Teori Pilihan Rasional James S. Coleman, digunakan untuk membongkar rasionalitas petani. Adapun tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi sumber daya petani, relasi petani dan sumber daya, serta menganalisis rasionalitas pola nafkah ganda masyarakat petani di Desa Ketapangkuning. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah studi kualitatif dengan pendekatan etnometodologi. Kajian deskriptif tersebut didukung dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek penelitian ini merupakan petani yang memiliki lahan ≤0,5 sampai ≥1 Hektar serta menjalankan nafkah ganda. Hasil penelitian menunjukkan rasionalitas nafkah ganda yang berbeda pada tiap lapisan petani. Bagi petani lapisan atas, nafkah ganda dilakukan untuk meningkatkan sosio-ekonomi dan kebutuhan di masa depan. Sedangkan, bagi petani lapisan nafkah ganda ditujukan untuk meningkatkan pendapatan dan kebutuhan darurat. Kemudian, bagi petani lapisan bawah, nafkah ganda merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesimpulannya, petani sebagai aktor rasional mendasarkan tindakan pada suatu nilai atau preferensi dan didukung oleh sumber daya yang dimiliki.

Lame land tenure and the development of agricultural technology, encourage farmers to carry out various livelihood strategies. The pattern of double living becomes the mechanism chosen by the farming community. James S. Coleman's Theory of Rational Choice, used to dismantle the rationality of farmers. The purpose of the research is to identify farmers' resources, farmer relations and resources, and analyze the rationality of the double living patterns of peasant communities in Ketapangkuning Village. The method used in this research is qualitative studies with an ethnometodologic approach. Descriptive studies are supported by interviews, observations, and documentation. The subject of this study is a farmer who owns a land ≤0.5 to ≥1 hectare and runs a double living. The results showed a different rationality of double living in each farmer's layer. For top-tier farmers, a double living is done to improve socio-economic and future needs. Meanwhile, for farmers, the double layer of living is aimed at increasing income and emergency needs. Then, for lower-layer farmers, double living is a form of fulfillment of daily needs. In conclusion, farmers as rational actors base actions on a value or preference and are supported by their resources.