The Contribution of Self Regulated Learning in Shaping High School Students' English Proficiency
Penelitian ini mengeksplorasi penggunaan self-regulated learning (pembelaran mandiri) dan pengaruhnya pada kemampuan berbahasa Inggris. Penelitian ini melibatkan 27 siswa SMA di Sekolah Cikal Surabaya, sekolah yang menerapkan penggunaan dwibahasa, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dalam pembelajaran sehari-hari. Dalam penelitian ini, siswa menyelesaikan kuesioner skala dan terbuka mengenai SRL dan berpartisipasi dalam tes bahasa Inggris. Respons kuesioner SRL terbuka dianalisis menggunakan analisis tematik, sementara kuesioner skala SRL dan nilai bahasa Inggris dianalisis dengan regresi sederhana. Hasil kualitatif menunjukkan bahwa siswa menggunakan SRL sesuai tahapan SRL Zimmerman (2000): sebelum belajar, saat belajar, dan setelah belajar (refleksi diri), termasuk menetapkan tujuan, menerapkan strategi pembelajaran bahasa Inggris, menggunakan strategi untuk memotivasi diri belajar bahasa Inggris, dan memonitor kemajuan. Analisis kuantitatif menunjukkan bahwa siswa menggunakan SRL pada tingkat sedang, namun tidak memengaruhi kemampuan bahasa Inggris siswa. Sebaliknya, penelitian ini menemukan bahwa kemampuan bahasa Inggris siswa lebih dipengaruhi oleh paparan bahasa secara natural tanpa strategi pembelajaran yang terstruktur. Penelitian ini memberikan kontribusi pada literatur pendidikan bahasa Inggris dengan memberikan wawasan tentang bagaimana siswa di Sekolah Cikal Surabaya menerapkan SRL dalam pembelajaran bahasa Inggris. Meskipun korelasinya tidak signifikan, SRL memiliki manfaat praktis untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris, terutama bagi siswa yang kurang terpapar dengan bahasa Inggris sehari-hari. Penelitian di masa depan sebaiknya mengeksplorasi tingkat SRL siswa dan hubungannya dengan kemampuan bahasa Inggris lebih menyeluruh, terutama dalam konteks yang serupa.
This research addressed the utilization of the self-regulated learning (SRL) strategy and its influence on English proficiency. It involved 27 high school students at Sekolah Cikal Surabaya, where the school implements bilingual language usage, incorporating both English and Indonesian into daily learning. The students completed a scale and open-ended questionnaire regarding self-regulated learning and participated in an English proficiency test. The analysis of open-ended SRL questionnaire responses were conducted through thematic analysis, while the SRL scale questionnaire and English score were analysed using simple regression analysis. The qualitative results show that students demonstrated the use of SRL according to Zimmerman’s (2000) SRL phases: forethought, performance, and self-reflection. These include setting goals, performing English learning strategy, utilizing strategies to motivate themselves in learning English, and monitoring progress. Moreover, the findings of quantitative analysis suggest that students demonstrated SRL to a moderate level. However, it did not predict students’ English proficiency. Instead, according to students’ open-ended responses, the study found that students’ English proficiency was more influenced by their exposure to the language naturally without structured learning strategies. Ultimately, this study adds depth to the English education literature by bringing insight into how students at Sekolah Cikal Surabaya implement SRL strategy in learning English. Although the correlation is not significant, SRL still holds practical benefits to enhance English proficiency, especially for students who lack English learning experience. Future studies should explore a more thorough assessment of students’ SRL levels and their connection with English proficiency, particularly in similar contexts.