Peristiwa Ni Ni-Roku Tahun 1936 dan Hubungannya Terhadap Militerisme Jepang

Ni Ni-Roku Incident of 1936 and Its Relation to Japanese Militarism

Gerakan Restorasi Showa muncul di Jepang pada tahun 1930-an terinspirasi pada Restorasi Meiji tahun 1889 dengan visi berusaha mengembalikan Kaisar Hirohito ke kekuasaan absolut dan secara radikal mengubah sistem sosial, ekonomi, dan politik Kekaisaran Jepang. Gerakan Restorasi Showa muncul akibat kesenjangan sosial dan perselisihan ideologi politik. Faksionalisme muncul akibat pro-kontra dari gerakan tersebut yang mengakibatkan lahirnya perkumpulan aktivis perwira muda (Seinen Shoko Undo). Gerakan Perwira Muda mencoba melakukan beberapa upaya kudeta dan pembunuhan figur politik dan militer Jepang disepanjang tahun 1930-an. Upaya pembunuhan dan kudeta terbesar serta terakhir dari perwira muda adalah Peristiwa Ni Ni-Roku (Insiden 26 Februari). Berdasarkan beberapa surat kabar dari arsip digital Hoji Shinbun, pemberontakan tersebut melibatkan setidaknya 1.400 tentara, menduduki beberapa titik penting pemerintahan di Tokyo, serta membunuh sejumlah pejabat tinggi. Setelah kudeta tersebut, angkatan darat semakin memperkuat pengaruhnya dalam arah politik Jepang. Pengaruh tersebut diantaranya seperti pemilihan menteri kabinet, doktrin ekspansi, dan biaya militer.

Kata Kunci: Restorasi Showa, Insiden 26 Februari, Kodoha, Militerisme

Showa Restoration movement emerged in Japan in the 1930s inspired by the Meiji Restoration of 1889 with the vision of attempting to return Emperor Hirohito to absolute power and radically change the social, economic, and political system of the Japanese Empire. Showa Restoration Movement emerged as a result of social inequality and clashes between political ideologies. Factionalism emerged as a result of the pros and cons of the movement which resulted in the birth of the young officer movement (Seinen Shoko Undo). The Young Officers Movement attempted several coup and assassinations of Japanese political and military figures throughout the 1930s. The largest and last assassination attempt and coup of young officers was the Ni Ni-Roku Jiken (26 February Incident). Based on several newspapers from the Hoji Shinbun digital archive, the rebellion involved at least 1,400 soldiers, occupied several key government buildings in Tokyo, and killed a number of high-ranking officials. After the coup, the army further strengthened its influence in Japanese politics. These influences include the selection of cabinet ministers, expansion doctrine, and military budget.

Keyword: Showa Restoration, 26 February Incident, Kodoha, Militarism