Fenomena Ruang Domestik dan Publik Perempuan Bali : Studi Fenomenologi Feminisme di Bali
Domestic Space Phenomenon And Bali Women's Public: Study of Feminis Phenomenology in Bali
Studi ini berisi tentang fenomena perempuan di Bali dalam sektor domestik maupun publik. Perempuan Bali terbebani tugas-tugas yang tidak dapat dikatakan remeh atau sedikit. Pasalnya, di Bali terdapat budaya patrilineal yang sampai saat ini mempengaruhi tatanan kehidupan, yakni kaum perempuan atau ibu yang tidak memiliki hak yang sama dibanding kaum laki-laki atau ayah sebagai pengatur alur keturunan dan kehidupan keluarga. Selanjutnya, kaum perempuan yang sudah memiliki status pernikahan, mereka dibebani pekerjaan sebagai kewajiban di ruang domestik sekaligus di ruang publik. Sehingga, penelitian ini berupaya untuk mengetahui persepsi perempuan Bali dalam memenuhi kewajibannya pada ruang domestik dan ruang publik serta untuk mengetahui aktivitas perempuan Bali dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Hasil penelitian menunjukkan eksistensi kaum perempuan Bali masih diintervensi oleh budaya patrilineal. Budaya Patrilineal mempengaruhi tatanan hukum adat di Bali yakni, faktor yang mendiskriminasi perempuan Bali. Peran perempuan di Bali selain membuat sesajen atau persembahan upacara mereka juga tetap berperan sebagaimana tugas ibu rumah tangga serta mencari perekonomian tambahan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Tulisan ini menarik bagi peneliti selanjutnya perihal kecenderungan perempuan yang masih belum mengenal makna dari perangkat upacara yang mereka buat. Namun, mereka didasarkan pada kepatuhan kepada budaya yang turun temurun dan terdoktrin sebagai suatu kewajiban.
This study contains the phenomenon of women in Bali in the domestic and public sectors. Women in Bali are burdened with tasks that cannot be said to be trivial or insignificant. The reason is, in Bali there is a patrilineal culture that until now affects the order of life, namely women or mothers who do not have the same rights as men or fathers as regulators of lineage and family life. In addition, women who already have marital status, they are burdened with work as obligations in the domestic space as well as in the public sphere. Thus, this study seeks to determine the perception of Balinese women in fulfilling their obligations in the domestic and public spaces and to find out the activities of women in Bali in fighting for gender equality. The results of the study show that the existence of Balinese women is still intervened by patrilineal culture. Patrinieal culture influences the customary law order in Bali, namely, the factors that discriminate against Balinese women. The role of women in Bali in addition to making offerings or ceremonial offerings, they also continue to play a role as housewives' duties and seek additional income to meet household needs. This paper is interesting for further researchers regarding the tendency of women who still do not know the meaning of the ceremonial instruments they make. However, they are based on adherence to a hereditary and indoctrinated culture as an obligation.