Budidaya udang di wilayah indonesia telah menjadi hal yang menarik untuk mendapatkan perhatian. Sejak masa kerajaan Majapahit, penduduk di pantai utara Jawa yang sekarang masuk dari wilayah Tuban telah melakukan kegiatan penambakkan. Dalam hal budidaya udang windu mulai dikembangkan secara intensif pada tahun 1980-an, dengan menerapkan teknologi semi intensif dan intensif, Budidaya udang secara intensif yang sangat krusial bagi masyarakat Tuban dan sebagai penyumbang devisa negara aktivitas ekspor keluar negeri dan merupakan komoditas yang sangat diminati. Hal ini juga merupakan juga keputusan presiden No. 39 Tahun 1980. Walaupun surat keputusan presiden No. 39 jatuh pada Tahun 1980. Namun hal ini benar – benar dilaksanakan pada masa Drs. Djoewahiri yang membuat para investor china datang untuk pengembangan budidaya udang secara intensif.
Rumusan Masalah penelitian ini yaitu 1.)Bagaimana budidaya udang sebelum masa Drs. Djoewahiri Martoprawiro ?2.)Bagaimana perkembangan budidaya udang masa Drs. Djoewahiri Martoprawiro serta profile Drs. Djoewahiri Martoprawiro. Tujuan Penelitian ini yaitu Untuk menjelaskan perkembangan budidaya udang sebelum dan pada masa Drs. Djoewahiri Martoprawiro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah, dengan beberapa tahap, yaitu : Tahap pertama adalah heuristic, tahap kedua adalah kritik, tahap ketiga adalah interprestasi, tahap keempat adalah hostoriografi. Bedasarkan hasil penelitian. Keberhasilan para petambak itu menjadi daya tarik dan kemudian banyak yang berusaha di bidang budidaya tambak udang. Produksi budidaya udang di Kabupaten Tuban berkembang pesat mulai tahun 1984 dan mulai ada para petambak lokal yang bergerak di dunia budidaya udang secara intensif. Udang menjadi primadona baru dalam industri budidaya tambak karena udang harganya mahal dan waktu panen yang tidak terlalu lama. Banyak petambak baru muncul atau petambakyang beralih profesi dari petambak garam atau ikan ke petambak udang.
Kata Kunci: Budidaya Udang, Tuban.
Shrimp farming in the territory of Indonesia has become an interesting thing to get attention. Since the Majapahit kingdom, residents on the northern coast of Java who are now entering the Tuban area have carried out farming activities. In terms of tiger shrimp cultivation began intensively developed in the 1980s, by applying semi-intensive and intensive technology, intensive shrimp farming is very crucial for the people of Tuban and as a contributor to the country's foreign exchange export activities abroad and is a commodity that is in great demand. This is also the president's decision. 39 of 1980. Although the presidential decree No. 39 fell in 1980. But this was really implemented during the period of Drs. Djoewahiri which made Chinese investors come to develop shrimp farming intensively.
The formulation of the problem of this study is 1.) How was shrimp farming before the time of Drs. Djoewahiri Martoprawiro? 2.) How is the development of the current shrimp farming Drs. Djoewahiri Martoprawiro and profile Drs. Djoewahiri Martoprawiro. The purpose of this study is to explain the development of shrimp farming before and during the period of Drs. Djoewahiri Martoprawiro. The method used in this study is the historical research method, with several stages, namely: The first stage is heuristic, the second stage is criticism, the third stage is interpretation, the fourth stage is hostoriography. Based on the results of the study. The success of the farmers is an attraction and then many are trying in the field of shrimp farming. Production of shrimp farming in Tuban Regency developed rapidly starting in 1984 and began to have local farmers engaged in intensive shrimp farming. Shrimp is the new prima donna in the aquaculture industry because shrimp are expensive and the harvest time is not too long. Many new farmers have emerged or farmers have switched professions from salt or fish farmers to shrimp farmers
Keywords: Shrimp Cultivation, Tuban