PABRIK GULA REDJO AGUNG BARU MADIUN TAHUN 1950-1966
REDJO SUGAR FACTORY AGUNG NEW MADIUN 1950-1966
Keberadaan industri gula mengalami perkembangan pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda dan mampu menjadikan gula sebagai salah satu komoditas ekspor yang sangat penting. Industri gula merupakan industry yang juga menjadi sasaran dari nasionalisasi ynag dilakukan pemerintah. Nasionalsasi sendiri bertujuan untuk membangun perekonomian Indonesia yang mandiri dan juga independen, sehingga tidak ada campur tangan lagi dari pihak asing. Peneltian ini bertujuan untuk menganalisis latar belakang nasionalisasi Pabrik Gula Redjo Agung Baru Madiun tahun 1950-1966 dan juga menganalisis perkembangan Pabrik Gula Redjo Agung Baru Madiun pasca nasionalisasi tahun 1950-1966.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yang pertama yakni heuristik atau pengumpulan sumber dari karya ilmiah sebelumnya serta karya dari beberapa peneliti yang mengkaji terkait masalah yang relevan, untuk sumber primernya berupa arsip ANRI, dari arsip tersebut saya dapat menjawab masalah mengenai pengambil alihan pabrik gula Redjo Agung Baru menjadi milik pemerintah. Tahap kedua yaitu kritik yakni melakukan pengujian dengan cara mengolah sumber yang telah didapatkan salah satunya adalah sumber dari ANRI mengenai penyerahan pabrik gula Redjo Agung Baru kepada pemerintah. Tahap ketiga yaitu interpretasi yakni menafsirkan data dengan menganalisis sumber yang telah di verifikasi. Dan tahap keempat yaitu historiografi yakni penulisan hasil penelitian secara kronologis dan analitis dengan menerangkan fakta-fakta sejarah yang telah diperoleh sesuai dengan tema penelitian.
Hasil penelitian ini menjelaskan bagaimana perkembangan Pabrik Gula Redjo Agung Baru Madiun sebelum nasionalisasi dan pasca nasionalisasi tahun 1950-1966. Setelah adanya nasionalisasi pabrik gula Redjo Agung Baru berada dibawah pengawasan Menteri Keuangan. Kebijakan nasionalisasi ini memberi dampak bagi pabrik gula, dampak yang ditimbulkan berupa adanya perubahan sistem manajemen pabrik dan kemampuan pekerja dalam menjalankan proses produksi.
The existence of the sugar industry developed during the Dutch Colonial Government and was able to make sugar one of the most important export commodities. The sugar industry is an industry that is also the target of nationalization by the government. Nationalization itself aims to build an independent and independent Indonesian economy, so that there is no more interference from foreign parties. This study aims to analyze the background of the nationalization of the Redjo Agung Baru Madiun Sugar Factory in 1950-1966 and also to analyze the development of the Redjo Agung Baru Madiun Sugar Factory after the nationalization in 1950-1966.
This study uses a historical research method which consists of four stages, the first is heuristics or source collection from previous scientific works and the work of several researchers who examine relevant issues, for the primary source in the form of the ANRI archive, from the archive I can answer the problem regarding the takeover of the Redjo Agung Baru sugar factory became the property of the government. The second stage is criticism, namely testing by processing sources that have been obtained, one of which is a source from ANRI regarding the handover of the Redjo Agung Baru sugar factory to the government. The third stage is interpretation, which is interpreting the data by analyzing verified sources. And the fourth stage is historiography, namely writing research results chronologically and analytically by explaining historical facts that have been obtained according to the research theme.
The results of this study explain how the development of the Redjo Agung Baru Madiun Sugar Factory before nationalization and after nationalization in 1950-1966. After the nationalization of the sugar factory, Redjo Agung Baru was under the supervision of the Minister of Finance. This nationalization policy had an impact on sugar factories, the impact of which was in the form of changes in the factory management system and the ability of workers to carry out the production process.