THE SOCIAL CONSTRUCTION OF SOCIETY ABOUT RUWATAN SUKERTA TRADITION
Manusia menjalani kehidupan sehari-hari sebagai mahkluk sosial menginginkan kehidupan yang damai. Namun manusia pada kenyataannya mengalami krisis sosial. Ruwatan dipercaya sebagai pembebasan diri dari berbagai malapetaka. Hal ini menjadikan ruwatan bisa bertahan sampai sekarang. Adapun yang masih mempertahankan budaya ini adalah kelompok masyarakat Dukuh Pakis, Surabaya. Pernyataan ini menjadi menarik karena pada umumnya kelompok masyarakat kota tidak terikat dengan adat/tradisi. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konstruksi sosial masyarakat Dukuh Pakis beserta krisis dalam Ruwatan Sukerta. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan teori Konstruksi Sosial Berger. Lokasi dalam penelitian ini berada di Kecamatan Dukuh Pakis, Surabaya. Subyek riset meliputi ketua pelaksana, peruwat, peserta ruwatan, dan warga sekitar Sanggar tempat pelaksanaan Ruwatan. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Teknik analisis ini menggunkan teknik interaktif karya Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman analisis data dilakukan dengan tahap reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan proses konstruksi sosial pada masyarakat Dukuh Pakis, dimulai dari tahap eksternalisasi (adaptasi). Pelaku budaya mengenalkan tradisi Ruwatan Sukerta kepada masyarakat Dukuh Pakis. Selanjutnya proses obyektivikasi (pelembagaan) yang terlihat dari kontribusi masyarakat Dukuh Pakis pada pelaksanaan tradisi Ruwatan. Terkahir tahap internalisasi dimana masyarakat mulai melestarikan ritual Ruwatan hingga diwariskan kepada generasi sesudahnya. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Dukuh Pakis memaknai Ruwatan sebagai ritual pembuang sial secara efektif. Selain itu Ruwatan sebagai budaya asli masyarakat Jawa harus tetap dilestarikan oleh masyarakat Kota Surabaya.
Kata Kunci: Konstruksi Sosial, Ruwatan Sukerta, Krisis Sosial.
Humans living their daily lives as social beings desire a peaceful life. But in fact humans experience social crises. Ruwatan had believed as liberation from various disasters. That made ruwatan still existed until now. Those who still maintain this culture are Dukuh Pakis community group, Surabaya. This is interesting because different from the fact that urban community are not bound by customs/traditions. The research method uses qualitative methods with the theory of Social Construction from Berger. The location in this study is in the District of Dukuh Pakis, Surabaya. The subjects were chief executive, facilitator, ruwatan participants, and residents around Sanggar where Ruwatan was held. This study uses two data collection techniques, namely primary data collection and secondary data. This analysis technique uses an interactive technique by Miles and Huberman. They state that the process of qualitative data analyze are data reduction, presentation, and conclusions. The result of this research is process of social construction of Dukuh Pakis community starts from externalization (adaptation). The cultural actors introduce the Sukerta Ruwatan tradition to the Dukuh Pakis community. Furthermore the objectification process (institutionalization) seen from the Dukuh Pakis community contribution to Ruwatan tradition. The last process is internalization which it passed on to generations afterwards. As the conclusion, the Dukuh Pakis community interpreted Ruwatan as an effective ritual waster. Furthermore Ruwatan as the original culture of Javanese community must be preserved by Surabaya people.
Keyword: Social Construction, Ruwatan Sukerta, Social Crisis.