Analisa Pengaruh Perlintasan Kereta Api Terhadap Kinerja Simpang Wonokromo ( Studi Kasus Jalan Stasiun Wonokromo - Jalan Jagir Wonokromo - Jalan Ngagel)

Analysis of the Effect of Railroad Crossing on the Performance of the Wonokromo Intersection ( Case Study of Jalan Wonokromo Station – Jalan Jagir Wonkromo – Jalan Ngagel )

Seiring kebutuhan penduduk yang membutuhkan jasa transportasi mengakibatkan dampak terhadap kinerja lalu lintas jalan raya yang akan melakukan perjalanan antar kota maupun dalam kota. Disisi lain juga terjadi peningkatan perjalanan masyarakat yang menggunakan moda transpotasi kereta api. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut PT. Kereta Api Indonesia telah membangun jalur double track dilintas utara Pulau Jawa yang memanjang dari Jakarta hingga Surabaya. Pertemuan antar dua jenis prasarana transportasi yaitu jalan raya dengan jalan rel merupakan bentuk pertemuan yang menimbulkan konflik sebab kereta api memiliki jalan rel yang mendapatkan prioritas utama sehingga memaksa kendaraan lain harus mengalah akibatnya terjadi penumpukan antrian kendaraan yang panjang. Seperti pada perlintasan sebidang di simpang Wonokromo yang menjadi titik pertemuan 3 ruas jalan yakni Jalan Stasiun Wonokromo, Jalan Jagir Wonokromo dan Jalan Ngagel. Lokasi tersebut dapat menjadi sumber kemacetan karena terdapat hubugan antara pusat kegiatan dengan jalan raya juga adanya perlintasan sebidang yang mengakibatkan terjadinya tundaan kendaraan. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja simpang Wonokromo dengan adanya perlintasan kereta api di Jalan Jagir Wonokromo saat perlintasan dibuka maupun ditutup. Dari data hasil yang sudah diperoleh dari analisis evaluasi kinerja simpang bersinyal Jalan Wonokromo diperoleh kondisi simpang bersinyal Wonokromo memiliki derajat kejenuhan 0,582, panjang antrian 90 m, dan tundaan rata-rata 47,6. Untuk karakteristik headway kereta api bersinyal saat ini dengan luas ruang jalan saat ini masih dapat menampung 36% dari jumlah kapasitas maksimum. Dan untuk mengenai waktu siklus yang digunakan tidak efektif dan disarankan.

Kata kunci : Simpang, Derajat kejenuhan, Perlintasan Sebidang.

Along with the needs of the population who need transportation services, it impacts the performance of highway traffic between cities and within cities. On the other hand, there has also been an increase in the number of people traveling by rail transportation. To meet these needs, PT. Kereta Api Indonesia has built a double-track line on the northern route of Java Island, which extends from Jakarta to Surabaya. The meeting between two types of transportation infrastructure, highways and rail-roads, causes conflict because railroads get top priority, forcing other vehicles to succumb. As a result, there is a long queue of vehicles. Such as the level crossing at the Wonokromo intersection, which is the meeting point of 3 roads, Wonokromo Station Street, Jagir Wonokromo Street, and Ngagel Street. This location can be a source of congestion because there is a connection between the activity center and the highway, as well as level crossings that result in vehicle delays. Therefore, this study aims to determine the performance of the Wonokromo intersection with the presence of a railroad crossing on Jalan Jagir Wonokromo when the crossing is opened or closed. From the data results obtained from the analysis of the performance evaluation of the Wonokromo signalized intersection, the condition of the Wonokromo signalized intersection has a degree of saturation of 0.582, queue length. From the data obtained from the performance evaluation analysis of the Wonokromo signalized intersection, the condition of the Wonokromo signalized intersection has a degree of saturation of 0.582, a queue length of 90 m, and an average delay of 47.6. For the headway characteristics of signaled trains, the current road space can still accommodate 36% of the total maximum capacity. And the cycle time used is ineffective and not recommended.

Keywords : Intersection, The Degree of Saturation, Level crossing.