Habitus Seniman Wayang Topeng Malang Di Padepokan Asmoro Bangun
Habitus of Malang Mask Puppet Artists at Padepokan Asmoro Bangun
Penelitian ini membahas terkait dengan habitus seniman Wayang Topeng Malang di padepokan Asmoro Bangun. Kelompok seniman tersebut memiliki kultur Pendalungan sebagai percampuran budaya antara etnis Jawa dengan Madura. Kelompok seniman Pendalungan yang memiliki darah keturunan khususnya dari mbah Karimun tentunya masih kental dengan nilai-nilai dari sang maestro Topeng Malang tersebut. Di sisi lain, kelompok seniman Pendalungan lainnya memiliki kebiasaan tersendiri dalam berkesenian, karena adanya pemahaman berbeda. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi kultur Pendalungan pada Wayang Topeng Malang Asmoro Bangun serta habitus para pelaku seninya, yang dianalisis melalui teori Habitus Pierre Bordieu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan etnografi James P. Spraedly. Lokasi penelitian dilakukan di padepokan Asmoro Bangun. Subjek berasal dari kelompok seniman Wayang Topeng Malang Asmoro Bangun yang masih aktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seniman Wayang Topeng Malang yang memiliki trah keturunan dari mbah Karimun memiliki habitus berspiritual dan aktualisasi, sehingga dapat meningkatkan status sosial dalam masyarakat. Berbeda halnya dengan seniman Wayang Topeng Malang di padepokan Asmoro Bangun lainnya. Hal tersebut dikarenakan modal yang dimiliki cukup terbatas, sehingga harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan eksistensinya, meskipun mereka memiliki habitus yang berbeda.
Kata kunci : Habitus, Seniman, Wayang Topeng Malang, Masyarakat Pendalungan
This study addresses associated with habitus artists Wayang Topeng Malang in padepokan Asmoro Bangun. A group of artists that have a culture Pendalungan as the mix of cultures between the ethnicities of Java to Madura. A group of artists Pendalungan that has a blood descendant of mbah Karimun of course there are still thick with the values of the maestro Mask Malang. On the other hand, a group of artists Pendalungan other has a habit of its own in art, because of the different understanding. Therefore, the purpose of this research is to identify the culture Pendalungan in Wayang Topeng Malang Asmoro Bangun and habitus of the actors of his art, which is analyzed through the theory of Habitus Pierre Bordieu. The method used in this research is qualitative approach with ethnographic James P. Spraedly. Location of the research 2 conducted at padepokan Asmoro Bangun. The subject comes from a group of artists Wayang Topeng Malang Asmoro Bangun is still active. The results of this study show that the artist Wayang Topeng Malang who have breeds breeds of mbah Karimun has habitus berspiritual and actualization, so that can improve the social status in the society. Different is the case with artist Wayang Topeng Malang in padepokan Asmoro Bangun other. This is due to the owned capital is quite limited, so it must work harder to maintain its existence, even though they have a habitus different.
Keywords : Habitus, Artist, Wayang Topeng Malang, Pendalungan Society