Praktik Pemberdayaan Women’s Crisis Centre (WCC) Kabupaten Nganjuk

Pada Perempuan Dan Anak Eks-Korban Kekerasan

Empowerment Practice  of Women's Crisis Center (WCC) Nganjuk District

On Women and Children who are Ex-Victims of Violence

Kekerasan terhadap perempuan adalah permasalahan kompleks yang membutuhkan penanganan komprehensif dan peran masyarakat di dalamnya. Melalui Komnas Perempuan, pembentukan WCC di berbagai wilayah di Indonesia telah membantu Komnas Perempuan dalam menyediakan layanan pendampingan kasus kekerasan dan pemberdayaan eks-korban Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi praktik pemberdayaan perempuan dan anak eks-korban kekerasan menggunakan paradigma teori praktik sosial Pierre Bourdieu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnometodologi. Pengambilan data penelitian menggunakan purposive sampling dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis tema kultural digunakan untuk menganalis data yang didapatkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan lembaga  Women’s Crisis Centre Kabupaten Nganjuk bekerja sama dengan stake holder dan kemitraan dalam mobilisasi sumber daya ekonomi maupun sumber daya sosialnya untuk advokasi kasus hingga pemberdayaan perempuan dan anak eks-korban kekerasan. Selama proses advokasi hingga pemberdayaan, terdapat habitus yang diterapkan oleh kader Women’s Crisis Centre, yaitu habitus tidak menyalahkan korban dan percaya pada korban kekerasan. Habitus yang diterapkan mampu menjalin dan memperkuat relasi simbolik antara korban dan kader Women’s Crisis Centre, sehingga pengawalan kasus dapat berjalan lancar. Relasi simbolik yang terjalin antara korban dan kader WCC juga dapat menghapus sifat impoten korban kekerasan sekaligus memutus kuasa simbolik pelaku terhadap korban kekerasan, sehingga tindak kekerasan dapat berhenti dan korban terbebas dari intimidasi pelaku. Strategi Women’s Crisis Centre Kabupaten Nganjuk dalam memberdayakan perempuan dan anak eks-korban adalah dengan melakukan redistribusi sumber daya ekonomi serta membangun kelembagaan masyarakat. Pembangunan kembali kelembagaan masyarakat dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan menumbuhkan kesadaran terhadap isu kekerasan terhadap perempuan dengan harapan kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat diminimalisir.

Kata Kunci: Praktik, Pemberdayaan, Perempuan dan anak eks-korban kekerasan

Violence against women is a complex problem that requires comprehensive handling and the role of society in it. Through Komnas Perempuan, the establishment of WCC in various regions in Indonesia has assisted Komnas Perempuan in providing assistance services for cases of violence and empowering former victims. This research aims to identify the practice of empowering women and children who are victims of violence using the social practice theory paradigm of Pierre Bourdieu. This research is a qualitative descriptive study with an ethnomethodological approach. Retrieval of research data using purposive sampling with observation, interviews, and documentation. Cultural theme analysis was used to analyze the data obtained in this study. The results of the research show that the Women's Crisis Center in Nganjuk Regency works closely with stakeholders and partnerships in mobilizing their economic and social resources for case advocacy to empower women and children who are former victims of violence. During the advocacy process to empowerment, there is a habitus that is applied by the Women's Crisis Center cadres, namely the habitus does not blame the victim and believes in the victims of violence. The habitus that is applied is able to establish and strengthen symbolic relations between victims and Women's Crisis Center cadres, so that case management can run smoothly. The symbolic relationship that exists between victims and WCC cadres can also remove the impotent nature of victims of violence as well as sever the symbolic power of perpetrators over victims of violence, so that acts of violence can stop and victims are free from intimidation by perpetrators. The strategy of the Nganjuk Women's Crisis Center in empowering women and children of former victims is to redistribute economic resources and build community institutions. Rebuilding community institutions can increase community participation and raise awareness of the issue of violence against women in the hope that violence against women and children can be minimized.

Keywords: Practice, Empowerment, Women and children who are former victims of violence