THE REBELLION OF SUBALTERN WOMEN THROUGH THE CHARACTER ISAH IN THE NOVEL LEBIH PUTIH DARIKU BY DIDO MICHIELSEN: GAYATRI SPIVAK SUBALTERN STUDY
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan; (1) penindasan, (2) dampak, dan (3) upaya pemberontakan yang dilakukan melalui tokoh Isah pada novel Lebih Putih Dariku karya Dido Michielsen. Tiga muatan aspek ini dideskripsikan untuk menganalisis novel Lebih Putih Dariku karya Dido Michielsen menggunakan teori subaltern Gayatri Spivak. Penelitian ini menerapkan pendekatan pragmatik dalam menganalisis novel Lebih Putih Dariku karya Dido Michielsen. Hasil dalam penelitian ini mengemukakan bahwa pertama, bentuk penindasan yang merupakan bagian dari praktik subaltern yang terjadi pada tokoh Isah. Kedua, dampak yang terjadi akibat penindasan yang dilakukan oleh bangsa Eropa terhadap kaum pribumi terutama pada tokoh Isah yang menjadi objek penindasan. Ketiga, upaya pemberontakan yang dilakukan tokoh Isah terhadap bangsa Eropa atas penindasan yang mereka lakukan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, disimpulkan praktik subaltern yang dilakukan oleh bangsa penjajah dilatarbelakangi upaya pembungkaman terhadap kaum-kaum pribumi untuk menyuarakan hak berbicara dan bersuara mereka untuk mendapatkan hak dan tempat yang setara. Hal ini terjadi pada tokoh Isah yang dikisahkan dalam novel Lebih Putih Dariku karya Dido Michielsen.
This study aims to describe; (1) oppression, (2) impacts, and (3) attempts at rebellion by the character Isah in novel Lebih Putih Dariku by Dido Michielsen's. These three content aspects are described to analyze the novel Lebih Putih Dariku by Dido Michielsen's using Gayatri Spivak's subaltern theory. This study applies a pragmatic approach in analyzing novel Lebih Putih Dariku by Dido Michielsen's. The results of this study suggest that first, the form of oppression which is part of the subaltern practice that occurs in the character Isah. Second, the impact that occurred as a result of the oppression carried out by Europeans against indigenous people, especially on the figure of Isah who became the object of oppression. Third, the attempted rebellion by Isah's figure against Europeans for their oppression. Based on the results of the research conducted, it was concluded that the subaltern practices carried out by the colonizers were motivated by attempts to silence indigenous peoples from voicing their right to speak and speak in order to obtain equal rights and places. This is the case with the character Isah, who is told in the novel Whiter Than Me by Dido Michielsen.