Kata kunci: kesadaran metakognitif dalam mendengarkan, efikasi diri dalam mendengarkan, efikasi diri dalam regulasi diri.
Mendengarkan adalah salah satu keterampilan penting dalam pembelajaran bahasa. Meskipun demikian, dalam konteks EFL, keterampilan mendengarkan sering tidak diajarkan oleh guru. Guru cenderung fokus mengajarkan keterampilan lain, seperti membaca dan menulis. Sekalipun pembelajaran mendengarkan diadakan, tujuan guru adalah untuk meningkatkan menguji pemahaman mendengarkan daripada fokus kepada proses belajar siswa. Dewasa ini, banyak edukator yang mulai fokus pada bagaimana proses mendengarkan siswa. Dalam studi ini, peneliti fokus pada kesadaran metakogniif di listening karena belum ada banyak penelitian mengenai hal tersebut. Tepatnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kesadaran metakogniif siswa pada siswa yang mempunyai perbedaan level pada efikasi diri dalam mendengarkan dan efikasi dalam regulasi diri.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, tepatnya ex-post facto sebegai desain penelitian. Partisipan penelitian ini adalah 154 siswa kelas XI di salah satu SMA di Surabaya. Instrumen penelitian yang digunakan adalah 3 angket, yaitu Metacognitive Awareness in Listening Questionnaire (MALQ) yang dibuat oleh by Vandergrift et.al (2006), angket efikasi diri dalam mendengarkan yang dikembangkan sendiri oleh peneliti, dan angket efikasi diri dalam regulasi diri oleh Usher and Pajares (2008). Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan SPSS, menggunakan deskriptif statistik dan one-way ANOVA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SMA Indonesia memiliki kesadaran metakognitif yang cukup tinggi (3,62 dalam skala likert 5). Selebihnya, ada perbedaan signifikan pada kesadaran metakognitif secara kesuluruhan, maupun setiap aspeknya, pada siswa yang memiliki efikasi diri rendah, rata-rata, maupun tinggi dalam mendengarkan (p<.05). Untuk siswa dengan perbedaan efikasi diri dalam regulasi diri, hanya keseluruhan kesadaran metakognitif, directed attention dan pemecahan masalah yang mempunyai perbedaan signifikan, sedangkan untuk perencanaan-evaluasi, penerjemahan dalam pikiran, dan pengetahuan diri, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan (p>.05).
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpullkan bahwa siswa SMA di Indonesia mempunyai kesadaran yang cukup tinggi atas proses metakognisi mereka selama mendengarkan. Dibandingkan dengan siswa SD, kesadaran mereka tergolong lebih tinggi, namun lebih rendah jika dibandingkan dengan mahasiswa. Hal ini mungkin terjadi karena perbedaan pengalaman mendengarkan dan lama mereka belajar mendengarkan. Selanjutnya, perbedaan signifikan pada kesadaran metakognitif pada siswa dengan efikasi diri dalam mendengarkan dan efikasi diri dalam regulasi diri menujukkan bahwa siswa dengan efikasi diri tinggi akan lebih sadar dengan apa yang mereka pikirkan dan lakukan selama mendengarkan, dimana hal tersebut akan menjadikan mereka lebih baik dalam mendengarkan.
Key-words: Metacognitive awareness in listening, self-efficacy beliefs in listening, self-efficacy beliefs in self-regulation.
Listening is one of the most essential skills in language learning. However, in EFL contexts, it is often neglected by teachers. Teachers prefer to focus more on other skills in english, such as reading and writing. Moreover, even when listening is conducted in the classroom, the aim is only to increase and test students listening comprehension instead of concerning on the learners listening process. Recently, many education scholars have focused more on how the learners listen. In this study, the researcher focused on students metacognitive awareness in listening since there is still a dearth of research that focuses on the issue. Specifically, this research was aimed at examining the difference on metacognitive awareness in listening of students who have different levels of self-efficacy in listening and self-efficacy in self-regulation.
This study used quantitative approach namely ex-post facto research as the research design. The participants of this research were 154 eleventh graders of one senior high school in Surabaya. Three questionnaires were employed as the research instruments, those were Metacognitive Awareness in Listening Questionnaire (MALQ) developed by Vandergrift et.al (2006), self-developed self-efficacy in listening questionnaire, and Self-efficacy in self-regulation questionnaire developed by Usher and Pajares (2008). The data was calculated by means of SPSS, using descriptive statistics and one-way ANOVA.
The results showed that the metacognitive awareness of Indonesian senior high school students were fairly high (3.62 on a 5-likert scale). Furthermore, it was found that there was a significant difference in overall and each aspects of metacognirive awareness in listening among students who had low, moderate, and high self-efficacy in listening (p<.05). As for students with different self-efficacy in self-regulation, only their overall metacognitive awareness, directed attention, and problem solving were significantly different (p<.05).There was no significant difference on planning-evaluation, mental translation, and person knowledge (p>.05).
Based on the results, it can be concluded that senior high school students in Indonesia were quite aware of their metacognition in listening. Compared to primary school students, their metacognitive awareness was higher, and it was lower compared to university students. This may happen because of the different listening experience and the length of time they learn listening. Further, the significant difference found in metacognitive awareness among students with different self-efficacy in listening and self-efficacy in self-regulation suggested that students with higher self-efficacy tend to be more aware of what they think and do during listening which may lead to them become more successful listeners.