Bahasa Inggris sebagai Ancaman Bahasa Asli pada Masyarakat Kelas Menengah Kebawah di Daerah Pedalaman Pulau Jawa: The Evidence of Code-Mixing

English as A Threat For Indigenous Language Among Middle Low-Class Society in Java Rural Area: The Evidence of Code-Mixing

Terjadinya code-switching bahasa Jawa-Indonesia-Inggris di antara orang-orang di perkotaan adalah hal biasa karena kota-kota merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang heterogen dari latar belakang bahasa yang berbeda. Namun, yang mengkhawatirkan ketika code-switching dilakukan oleh masyarakat kelas menengah di pedesaan dalam komunikasi sehari-hari mereka. Fakta bahwa penduduk pedesaan adalah komunitas yang relatif homogen. Mengingat konteks di atas terkait code-switching, maka penelitian ini bertujuan untuk mengungkap jenis-jenisnya, mencari faktor-faktornya, dan mendapatkan pemahaman informan tentang istilah-istilah bahasa Inggris yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menerapkan wawancara dan tes sederhana untuk mendapatkan data. Temuan menunjukkan bahwa ada tiga jenis code-switching yaitu inter-sentential, intra-sentential, dan extra-sentential tetapi intra-sentential lebih banyak digunakan oleh penduduk desa. Mengenai faktor pemicu terjadinya code-switching, masyarakat pedesaan melaporkan bahwa tindakan mereka dipengaruhi oleh lawan bicara, topik, latar, dan fungsi saat percakapan berlangsung. Meskipun warga desa menggunakan beberapa istilah bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari, mereka mengaku masih kurang memahami bahasa Inggris. Penggunaan istilah bahasa Inggris adalah untuk tujuan praktis karena istilah tersebut sudah siap digunakan daripada mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. Selain itu, ungkapan bahasa Inggris mudah dipahami oleh pihak-pihak yang terlibat dalam suatu komunikasi. Ketika fenomena ini terus berlanjut dan diwariskan kepada generasi penerus, bukan tidak mungkin bahasa Inggris muncul sebagai ancaman bahasa etnis di pedesaan. 

The occurrence of Javanese-Indonesian-English code-switching among people in cities is common since the cities are the melting pot of heterogeneous people from different linguistic backgrounds. However, it is alarming when code-switching is performed by middle-class society in rural areas in their daily communication. The fact that rural dwellers are relatively homogenous communities. Given the aforementioned context related to code-switching, this study, therefore,  aims to reveal its types,  to seek its factors, and to get informants’ understanding of the English terms used.  This study used a qualitative method by applying interviews and a simple test to get the data. The finding showed that there are three types of code-switching they are inter-sentential, intra-sentential, and extra-sentential but the intra-sentential  one was mostly used by the villagers. Regarding to factors triggering the occurrence of code-switching, the rural dwellers reported that their action was influenced by the interlocutor, topic, setting, and function when the conversation took place. Even though the villagers used some English terms in daily communication, they confessed that they are still lack of English understanding. The use of English term was for a practical purpose as the terms were ready use instead of looking for their Indonesian equivalent. In addition, the English expressions were easily understood by the involved parties in a communication. When this phenomenon goes on and on and is passed to successor generations, it is not impossible that English language emerges to be the threat of ethnic language in the rural area.