ANALISIS PENGGUNAAN KATA UMUM DALAM PENDAFTARAN MEREK DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 332 K/PDT.SUS-HKI/2021)

ANALYSIS OF THE USE OF COMMON WORDS IN MARK REGISTRATION IN INDONESIA (STUDY OF THE SUPREME COURT DECISION NUMBER 332 K/PDT.SUS-HKI/2021)

Merek adalah simbol, tanda, rancangan ataupun sebuah kombinasi dari tiga hal tersebut sebagai identitas dari penjual yang memiliki pembeda sebagai persaingan usaha yang ada di pasar. Penggunaan kata umum dalam bahasa asing sebagai merek banyak ditemui dalam pendaftaran merek di Indonesia. Bahkan tidak banyak pendaftar merek yang mendaftarkan merek hanya dengan kata tunggal berupa kata umum yang memiliki sifat deskriptif. Permasalahan yang timbul dalam hal ini adalah terdapat sebuah kasus yaitu antara Hardwood Private Limited dengan PT. Unilever Indonesia yang mempermasalahkan adanya kata “Strong”. Dalam Pasal 20 huruf f Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis hanya mengatur mengenai merek tidak dapat didaftar apabila merupakan nama umum. Hal ini dapat menimbulkan sebuah permasalahan, apakah nama umum sama halnya dengan kata umum. Dan apakah kata umum dalam Bahasa Asing dapat dikatakan umum di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk menganalisis dasar pertimbangan Putusan Hakim Mahkamah Agung Nomor 332 K/Pdt.Sus-Hki/2021 dan menganalisis penggunaan kata “Strong” yang merupakan kata umum berbahasa asing sah untuk didaftarkan dalam pendaftaran merek di Indonesia.Penelitian ini merupakan penelitian normatif dengan pendekatan perundang-undangan, pendekatan konsep, dan pendekatan kasus. Bahan hukum yang digunakan yakni bahan hukum primer dan sekunder. Tek nik analisis bahan hukum menggunakan metode preskriptif. Penggunaan kata umum dalam merek baik menggunakan Bahasa Asing ataupun Bahasa Indonesia merek deskriptif tetap lemah karena tidak memiliki daya pembeda. Apabila ingin mendaftarkan merek deskriptif tersebut dalam pendaftaran merek di Indonesia diperlukan adanya etiket merek agar memiliki daya pembeda.

Kata Kunci : Penggunaan, Kata Umum, Merek Deskriptif

A brand is a symbol, sign, design or a combination of these three things as the identity of the seller who has a differentiator as business competition in the market. The use of common words in foreign languages as trademarks is often found in trademark registrations in Indonesia. In fact, not many trademark registrars register trademarks only with single words in the form of general words that have descriptive properties. The problem that arises in this case is that there is a case between Hardwood Private Limited and PT. Unilever Indonesia has a problem with the word "Strong". Article 20 letter f of Law Number 20 of 2016 concerning Marks and Geographical Indications only regulates that marks cannot be registered if they are common names. This can raise a problem, whether common names are the same as common words. And whether common words in foreign languages can be said to be common in Indonesia. The purpose of this study is to analyze the basis for consideration of the Supreme Court Judge's Decision Number 332 K/Pdt.Sus-Hki/2021 and analyze the use of the word "Strong" which is a common foreign language word legal to be registered in trademark registration in Indonesia. normative approach to legislation, concept approach, and case approach. The legal materials used are primary and secondary legal materials. The technique of analyzing legal materials uses a prescriptive method. The use of common words in brands, whether using foreign languages or Indonesian descriptive brands, remains weak because they do not have distinguishing power. If you want to register a descriptive mark in trademark registration in Indonesia, it is necessary to have brand etiquette so that it has distinguishing power.

Keywords: Use, General Words, Descriptive Brand