Tradhisi Sriatan ing Kabupaten Pacitan lan Kabupaten Ponorogo (Tintingan Etnologi Budaya)
Sriatan Tradition in Pacitan Regency and Ponorogo Regency (Cultural Ethnology Study)
Abstrak
Kebudayaan Jawa merupakan kebudayan lokal yang keberadaanya tidak terlepas dari wilayah kebudayaan masing-masing daerah. Salah satu kebudayaan lokal yang masih dijumpai hingga sekarang yakni Tradisi Sriatan. Tradisi ini masih dipercayai oleh masyarakat Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Ponorogo, khususnya di Desa Wonokarto Kabupaten Pacitan dan Desa Bekiring Kabupaten Ponorogo. Desa Wonokarto termasuk ke dalam wilayah kebudayan Mataraman yang kental dengan nilai filosofik dan mistisisme, sedangkan Desa Bekiring termasuk ke dalam wilayah kebudayan Panaragan yang terkenal dengan budaya monokultur dan apa adanya. Tradisi Sriatan di Desa Wonokarto Kabupaten Pacitan merupakan tradisi yang berhubungan dengan seseorang yang mengalami liya-liyu atau sakit kepala dikarenakan hilangnya nafsu makan. Lain hanya dengan Tradisi Sriatan di Desa Bekiring Kabupaten Ponorogo, yang diadakan dengan tujuan menepati janji kepada orang sakit. Penelitian ini akan menjelaskan awal mula Tradisi Sriatan dan wujud komparasi yang terdapat di dua wilayah kebudayaan yang berbeda. Jenis penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan kompratif. Tujuan penelitian ini yaitu menjelaskan awal mula Tradisi Sriatan di Desa Wonokarto dan Desa Bekiring serta wujud komparasinya. Adanya komparasi tersebut disebabkan oleh kearifan lokal yang menumbuhkan identitas suatu masyarakat. Wujud komprasinya disajikan dalam tabel perbedaan dan persamaan. Perbedaannya terletak pada tujuan, ubarampe, dan tata laku. Sedangkan persamaannya terdapat di nama tradisi, pelaku tradisi, dan kepercayaan masyarakat setempat.
Kata Kunci: lokal, Mataraman, Panaragan, perbedaan, persamaan
Abstract
Javanese culture is a local culture that cannot be separated from the cultural area of each region. One of the local cultures that is still found until today is the Sriatan Tradition. This tradition is still believed by the people of Pacitan Regency and Ponorogo Regency, especially in Wonokarto Village located in Pacitan Regency and Bekiring Village located in Ponorogo Regency. Wonokarto Village is included in the Mataraman culture which is closely related to mysticism, while Bekiring Village is embedded in the Panaragan culture which is famous for its monoculture. The Sriatan tradition in Wonokarto Village is a tradition for someone who experiences liya-liyu or headaches due to loss of appetite. It is different from the Sriatan Tradition held in Bekiring Village which is occupied for keeping promises to the sick. This research will explain the origin of the Sriatan Tradition from two different cultural areas. This type of research is classified as a qualitative descriptive study with a comparative approach. The purpose of this research is to compare amd explain the origin of the Sriatan Tradition in Wonokarto and Bekiring villages. This comparison is caused by local wisdom that fosters the identity of a community. The form of the comparison is presented in a table of differences and similarities. The difference lies in the goals, ubarampe, and behavior. Meanwhile, the similarities can be found in the names of traditions, figures, and the beliefs of the local community.
Keywords: local, Mataraman, Panaragan, difference, similarity