Konstruksi Remaja Jawa Tentang Kematian di Kota Kediri
Kematian merupakan sebuah kenyataan yang paling sulit diterima oleh semua makhluk hidup. Masyarakat melihat kematian sebagai akhir dari ujung kehidupan. Peristiwa kematian dapat mempengaruhi mental seseorang terutama pada remaja, maka kematian merupakan bahasan yang tabu untuk dibicarakan. Kematian adalah takdir Tuhan yang tidak dapat dihindari. Masyarakat mempunyai cara tersendiri dalam menyikapi kematian. Slametan adalah upacara kematian bagi masyarakat Jawa yang dikemas dengan budaya dan keyakinan masing-masing daerah. Di Kota Kediri slametan kematian disebut dengan istilah Tahlilan. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan perspektif fenomenologi. Peneliti menggunakan teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckman untuk menganalisis hasil temuan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi sosial terbentuk berdasarkan dunia sosiokultural dan pengalaman subjektif atas duka cita kematian seseorang. Remaja Jawa Bandar Kidul mengkonstruksikan kematian secara realistis dan logis. Kematian sebagai akhir dari segalanya dan tidak ada yang dapat menggambarkan kematian kecuali pernah dialami sendiri. Kematian sebagai proses reinkarnasi merupakan awal dari kehidupan baru yang kekal abadi.
Death is the most difficult fact for all living creatures to accept. Society sees death as the end of life. Death events can affect a person's mentality, especially in adolescents, so death is a taboo subject to talk about. Death is the inevitable destiny of God. Society has its own way of dealing with death. Slametan is a death ceremony for Javanese people that is packed with the culture and beliefs of each region. In the city of Kediri the slametan death is referred to as Tahlilan. This study uses a qualitative approach with a phenomenological perspective. The researchers used Peter L. Berger and Thomas Luckman's social construction theory to analyze the data findings. The results showed that social construction was formed based on the socio-cultural world and subjective experiences of mourning for one's death. Javanese teenager Bandar Kidul builds death in a realistic and logical way. Death is the end of everything and no one can describe death unless it has been experienced alone. Death as a process of reincarnation is the beginning of eternal new life.