Kehidupan Sosial Eks Tapol/Napol PKI Surabaya di Pulau Buru Tahun 1968-1998
Social life Of Ex Tapol/Napol PKI Surabaya on Buru Island 1968-1998
I. Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bagaimana situasi Surabaya pasca pembubaran Partai Komunis Indonesia 1966, menganalisis bagaimana kehidupan Eks Tapol/Napol PKI Surabaya di Pulau Buru dari awal penangkapan hingga berakhirnya masa Orde Baru. Merode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yakni tahap heuristik mengambil sumber utama dari sumber lisan, yakni wawancara dengan eks Tapol PKI Surabaya yang masih hidup seperti bapak Oei Hiem Hwie, Bapak Handoko, dan Bapak Soeharsojo Goenito. Sumber Arsip seperti, Arsip Kota Surabaya, Himpunan Peraturan-Peraturan Daerah Kotamadya Surabaya Tahun 1955-1969, dan Koran sezaman seperti, Terompet Masyarakat, Harian Umum Jawa Pos, serta buku-buku referensi yang relevan. Tahap kritik dilakukan dengan menganalisis keaslian sumber dan tulisan di dalamnya dengan membandingkan dengan tulilas sejaman yang lain. Kemudian langkah yang selanjutnya adalah tahap interpretasi, interpretasi sering disebut juga dengan istilah penafsiran sejarah atau analisis sejarah. Tahap terakhir adalah Historiografi, yakni penulisan karya sejarah. Pada Tahap Historiografi peroleh hasil Hasil penelitian adalah pertama situasi Surabaya yang terjadi pada pra dan pasca tragedi G30S PKI merupakan rangkaian proses sebab akibat, karena PKI pada masa awal 1960- an begitu agresif melakukan mobilisasi massa ketika partai ini ditengarai sebagai dalang dari peristiwa G30S PKI, massa dan pendukungnya menjadi sasaran kemarahan kelompok lain. Kedua setelah pasa PKI dinyatakan sebagai organisasi yang dilarang terjadi stigmatisasi dalam berbagai aspek kehidupan yang berujung pada penahanan, pembunuhan, dan pengasingan terhadap kelompok – kelompok yang diidentifikasi sebagai anggota PKI dan simpatisannya. Ketiga, para Eks Tapol/ Napol pulau Buru ketika mereka kembali ke Surabaya atau kembali ke tanah kelahirannya mengalami pergolakan hidup utamanya dalam kondisi sosial ekonomi yang cukup parah karena termarginalkan dalam lingkungan masyarakat, disamping itu para Eks Tapol/ Napol juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan akibat adanya tanda ET pada KTP mereka.
Kata Kunci : Kehidupan, Eks Tapol/ Napol, PKI, Pulau Buru.
I. Abstract
The purpose of this study is to analyze how the situation in Surabaya after the dissolution of the Indonesian Communist Party in 1966, to analyze how the lives of ex-tapol/Napol PKI Surabaya on Buru Island from the beginning of the arrest until the end of the New Order era. The research method used is the historical method, namely the heuristic stage taking the main source from oral sources, namely interviews with ex-PKI Surabaya political prisoners who are still alive such as Mr. Oei Hiem Hwie, Mr. Handoko, and Mr. Soeharsojo Goenito. Archive sources such as the Surabaya City Archives, the Association of Regional Regulations of the Surabaya Municipality in 1955-1969, and contemporary newspapers such as the Community Trumpet, the Jawa Pos General Daily, as well as relevant reference books. The critical stage is done by analyzing the authenticity of the sources and the writings in them by comparing them with other contemporary writings. Then the next step is the interpretation stage, interpretation is often referred to as historical interpretation or historical analysis. The last stage is Historiography, namely the writing of historical works. In the Historiography Stage, the results are obtained. The results of the research are firstly, the Surabaya situation that occurred before and after the G30S PKI tragedy was a series of causal processes, because the PKI in the early 1960s was very aggressive in mass mobilization when this party was suspected as the mastermind of the G30S PKI incident the masses and their supporters became the target of the anger of other groups. Second, after the PKI was declared an organization that was prohibited from stigmatization in various aspects of life which led to the detention, murder, and exile of groups identified as PKI members and their sympathizers. Third, the former political prisoners/ political prisoners on the island of Buru when they returned to Surabaya or returned to their homeland experienced life upheaval, mainly in severe socio-economic conditions because they were marginalized in the community. the ET mark on their ID card.
Keywords: Life, Ex-Tapol/Napol, PKI, Buru Island.