Digilib | Universitas Negeri Surabaya

Jenis Dokumen

Disertasi
Karya Akhir S1
Karya Akhir S2
Karya Akhir S3
Skripsi
Tesis
Tugas Akhir D3
Tugas Akhir D4

Fakultas

Ilmu Pendidikan
Bahasa & Seni
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Sosial & Politik
Hukum
Psikologi
Teknik
Ekonomika dan Bisnis
Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan
Vokasi
Pascasarjana

KONSEP KEMATIAN DALAM NASKAH SRI TANJUNG (KAJIAN PERBANDINGAN ADEGAN KEMATIAN SRI TANJUNG DALAM NASKAH DAN RELIEF SRI TANJUNG PADA CANDI-CANDI MASA MAJAPAHIT ABAD KE 13-15 MASEHI)

Kode Dokumen : 0029/FISH-SEJ/2019

Penulis Utama : IQBAL TAWAKAL RAMADHAN

NIM Penulis Utama: 12040284216

Tahun : 2019

Judul ID : KONSEP KEMATIAN DALAM NASKAH SRI TANJUNG (KAJIAN PERBANDINGAN ADEGAN KEMATIAN SRI TANJUNG DALAM NASKAH DAN RELIEF SRI TANJUNG PADA CANDI-CANDI MASA MAJAPAHIT ABAD KE 13-15 MASEHI)

Judul EN : THE CONCEPT OF DEATH IN THE SRI TANJUNG TEXT (STUDY OF THE COMPARISON OF THE SRI TANJUNG DEATH DEVOTION IN SRI TANJUNGS RELIEF AND RELIEF IN THE 13-15th CENTURY TEMPLE MASEHI)

Sumber : UNESA - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - Jurusan S1 Pendidikan Sejarah - 12040284216 - 2019

Jenis Dokumen : Skripsi

Abstrak ID :

Kidung Sri Tanjung merupakan salah satu cerita yang terkenal pada masa Jawa Kuna, tepatnya di Provinsi Jawa Timur dan Bali. Periode munculnya cerita ini tepat pada saat Majapahit berkuasa pada abad ke 13-15 Masehi, di daerah tersebut. Cerita Sri Tanjung sendiri berbentuk kidung yaitu tembang yang dinyanyikan. Kidung tersebut diggambarkan pada candi-candi Majapahit abad ke 13-15 Masehi, dan kisah tersebut dipercaya sebagai kepercayaan masyarakat tersebut mengenai kematian. Dalam relief terdapat makna terlihat maupun simbolis yang dapat mewakili masyarakat Jawa Kuno pada periode abad ke 13-15 Masehi dalam kepercayaannya tentang kematian.
Berdasarkan Latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana Penggambaran Kematian Dalam Naskah Sri Tanjung dan Adegan Kematian dalam Naskah Sri Tanjung 2) Bagaimana Relief Kematian Sri Tanjung di Candi masa Majapahit. 3) Bagaimana Perbandingan Adegan Kematian dalam Naskah Sri Tanjung Prijono dan Reliefnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi empat tahap. Tahap pertama adalah heuristic, Tahap kedua adalah kritik, Tahap ketiga adalah interpretasi, Tahap keempat adalah historiografi.
Berdasarkan hasil analisis sumber menunjukkan 1) Dari perbandingan dan rekonstruksi Naskah-naskah Sri Tanjung yang berasal dari Bali, telah disusun naskah babon atau archetypus-nya oleh Prijono. 2) Adegan kematian Sri Tanjung yang diabadikan pada relief candi-candi pada masa Majapahit, bukan hanya melukiskan bentuk-bentuk figur manusia, namun terdapat berbagai simbol-simbol visual, yang tentu memiliki makna atau mengandung suatu arti khusus didalamnya. 3) Dalam Penggambaranya pada relief candi terdapat perbedaan yang dapat ditemui terutama mengenai penggambaran tokoh Bajul Putih dalam naskah yang berganti menjadi Ikan Besar dalam reliefnya.
Kata Kunci : Konsep kematian dalam naskah Sri Tanjung, Relief Sri Tanjung

Kidung Sri Tanjung is one of the stories that is well known in ancient Javanese, precisely in East Java and Bali. The period of the emergence of this story was right when Majapahit came to power in the 13th-13th century, in the area. The story of Sri Tanjung itself is in the form of a kidung, a song sung. The song was portrayed in the Majapahit temples of the 13-15th century, and the story is believed to be the people's belief in death. In reliefs there are visible and symbolic meanings that can represent the Old Javanese people in the period of the 13-15 AD in their belief in death.

Based on the background above, the formulation of the problem in this study is 1) How the Depiction of Death in the Sri Tanjung Manuscript and the Death Scene in the Sri Tanjung Manuscript 2) How the Death Relief of Sri Tanjung in the Majapahit Temple. 3) How Comparison of Death Scenes in Sri Tanjung Prijono's Manuscripts and Reliefs. This study uses a historical research method that includes four stages. The first stage is heuristic, the second stage is criticism, the third stage is interpretation, the fourth stage is historiography.

Based on the results of the analysis of sources, 1) From the comparison and reconstruction of Sri Tanjung's Manuscripts from Bali, Prijono has compiled a baboon or archetypus manuscript. 2) The scene of the death of Sri Tanjung which was enshrined in the reliefs of temples during the Majapahit period, not only depicts the forms of human figures, but there are various visual symbols, which certainly have meaning or contain a special meaning in them. 3) In his depiction on temple reliefs there are differences that can be found, especially regarding the depiction of the figure of the White Bajul in a text that changes to the Big Fish in its relief.
Keywords: The concept of death in the Sri Tanjung text, Sri Tanjung Relief

Abstrak EN :

Kidung Sri Tanjung merupakan salah satu cerita yang terkenal pada masa Jawa Kuna, tepatnya di Provinsi Jawa Timur dan Bali. Periode munculnya cerita ini tepat pada saat Majapahit berkuasa pada abad ke 13-15 Masehi, di daerah tersebut. Cerita Sri Tanjung sendiri berbentuk kidung yaitu tembang yang dinyanyikan. Kidung tersebut diggambarkan pada candi-candi Majapahit abad ke 13-15 Masehi, dan kisah tersebut dipercaya sebagai kepercayaan masyarakat tersebut mengenai kematian. Dalam relief terdapat makna terlihat maupun simbolis yang dapat mewakili masyarakat Jawa Kuno pada periode abad ke 13-15 Masehi dalam kepercayaannya tentang kematian.
Berdasarkan Latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana Penggambaran Kematian Dalam Naskah Sri Tanjung dan Adegan Kematian dalam Naskah Sri Tanjung 2) Bagaimana Relief Kematian Sri Tanjung di Candi masa Majapahit. 3) Bagaimana Perbandingan Adegan Kematian dalam Naskah Sri Tanjung Prijono dan Reliefnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi empat tahap. Tahap pertama adalah heuristic, Tahap kedua adalah kritik, Tahap ketiga adalah interpretasi, Tahap keempat adalah historiografi.
Berdasarkan hasil analisis sumber menunjukkan 1) Dari perbandingan dan rekonstruksi Naskah-naskah Sri Tanjung yang berasal dari Bali, telah disusun naskah babon atau archetypus-nya oleh Prijono. 2) Adegan kematian Sri Tanjung yang diabadikan pada relief candi-candi pada masa Majapahit, bukan hanya melukiskan bentuk-bentuk figur manusia, namun terdapat berbagai simbol-simbol visual, yang tentu memiliki makna atau mengandung suatu arti khusus didalamnya. 3) Dalam Penggambaranya pada relief candi terdapat perbedaan yang dapat ditemui terutama mengenai penggambaran tokoh Bajul Putih dalam naskah yang berganti menjadi Ikan Besar dalam reliefnya.
Kata Kunci : Konsep kematian dalam naskah Sri Tanjung, Relief Sri Tanjung

Kidung Sri Tanjung is one of the stories that is well known in ancient Javanese, precisely in East Java and Bali. The period of the emergence of this story was right when Majapahit came to power in the 13th-13th century, in the area. The story of Sri Tanjung itself is in the form of a kidung, a song sung. The song was portrayed in the Majapahit temples of the 13-15th century, and the story is believed to be the people's belief in death. In reliefs there are visible and symbolic meanings that can represent the Old Javanese people in the period of the 13-15 AD in their belief in death.

Based on the background above, the formulation of the problem in this study is 1) How the Depiction of Death in the Sri Tanjung Manuscript and the Death Scene in the Sri Tanjung Manuscript 2) How the Death Relief of Sri Tanjung in the Majapahit Temple. 3) How Comparison of Death Scenes in Sri Tanjung Prijono's Manuscripts and Reliefs. This study uses a historical research method that includes four stages. The first stage is heuristic, the second stage is criticism, the third stage is interpretation, the fourth stage is historiography.

Based on the results of the analysis of sources, 1) From the comparison and reconstruction of Sri Tanjung's Manuscripts from Bali, Prijono has compiled a baboon or archetypus manuscript. 2) The scene of the death of Sri Tanjung which was enshrined in the reliefs of temples during the Majapahit period, not only depicts the forms of human figures, but there are various visual symbols, which certainly have meaning or contain a special meaning in them. 3) In his depiction on temple reliefs there are differences that can be found, especially regarding the depiction of the figure of the White Bajul in a text that changes to the Big Fish in its relief.
Keywords: The concept of death in the Sri Tanjung text, Sri Tanjung Relief

Tautan Artikel

File Abstrak

File Lampiran