KEKERASAN SIMBOLIK DI SEKOLAH

(STUDI HUKUMAN SUJUD BAGI SISWA SMA NEGERI 1 NGORO KABUPATEN MOJOKERTO)

SYMBOLIC VIOLENCE IN SCHOOL

(STUDY OF THE PUNISHMENT OF SUJUDATE FOR STUDENTS OF SMA NEGERI 1 NGORO MOJOKERTO REGENCY)

Salah satu lembaga pendidikan adalah sekolah. Sekolah menjadi salah satu tempat menjanjikan harapan dalam keberhasilan anak dengan dalih meningkatkan kedisiplinan. Ironisnya, sekolah tidak selamanya menjadi tempat yang aman dan kondusif. Dalam media massa masih banyak unggahan berita mengenai kekerasan di sekolah. Kekerasan di sekolah tidak hanya berupa kekerasan fisik, verbal, dan praktis melainkan terdapat kekerasan yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa dirasakan oleh seseorang. Kekerasan tersebut adalah kekerasan simbolik. SMA Negeri 1 Ngoro salah satu sekolah yang mengalami kekerasan simbolik. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan berfokus pada perspektif teori postmodern yang dimiliki Pierre Bourdieu mengenai kekerasan simbolik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya tindakan kekerasan simbolik melalui strategi kepala sekolah inisial W dan guru mata pelajaran bahasa inggris inisial K untuk menunjang peraturan sekolah. Peraturan sekolah menjadi alat reproduksi budaya oleh kelas dominan dalam mengendalikan kekuasannya. Kekerasan simbolik hukuman sujud dengan membaca istighfar 1000 kali terdapat dua bentuk, yaitu kekerasan simbolik hukuman sujud yang dilakukan tidak bersamaan dengan proses pembelajaran dan dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran. Siswa tidak mampu mengutarakan dan melakukan perlawanan kepada kepala sekolah inisial W dan guru mata pelajaran bahasa inggris inisial K. Mereka sebagai kelas dominan yang sudah melanggengkan habitus kelas terdominasi.

Kata Kunci: Hukuman Sujud, Kekerasan Simbolik, Siswa

One of the educational institutions is a school. School is a place that promises hope in children's success under the pretext of increasing discipline. Ironically, school is not always a safe and conducive place. In the mass media there are still many news posts about violence in schools. Violence in schools is not only physical, verbal, and practical violence, but there is violence that is carried out repeatedly without being felt by someone. This violence is symbolic violence. SMA Negeri 1 Ngoro is one of the schools that experienced symbolic violence. This research is qualitative in nature by focusing on the postmodern theoretical perspective of Pierre Bourdieu regarding symbolic violence. The results showed that there was an act of symbolic violence through the principal's initial W strategy and the English subject teacher's initial K to support school regulations. School rules become a means of cultural reproduction by the dominant class in controlling its power. The symbolic violence of prostration punishment by reciting istighfar 1000 times there are two forms, namely the symbolic violence of prostration punishment that is performed not simultaneously with the learning process and performed simultaneously with the learning process. Students are not able to express and fight against the principal initials W and the English subject teacher initials K. They are the dominant class who have perpetuated the habitus of the dominated class. 

Keywords: Prostrationn, Symbolic Violence, Students