UPACARA TUMPLAK PUNJEN DALAM PROSESI PANGGIH PERNIKAHAN ADAT JAWA DI KOTA MALANG
THE TUMPLAK PUNJEN CEREMONY IN PANGGIH PROCESSION OF TRADITIONAL WEDDING JAVA IN MALANG CITY
Upacara tumplak punjen merupakan upacara yang dilaksanakan ketika orang tua menikahkan anak bungsu atau anak yang terakhir. Tujuan penelitan ini adalah (1) mendeskripsikan asal-usul dan tahapan upacara tumplak punjen; (2) mendeskripsikan makna upacara tumplak punjen; dan (3) menjelaskan peran Dukun Manten dalam upacara tersebut. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data ialah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini, pertama, asal-usul upacara tumplak punjen sudah dimulai dari jaman kerajaan Majapahit (1293 M) ) kemudian pada jaman kerajaan Mataram Islam (1700 M) diberikan sentuhan Islam sehingga uborampe atau perlengkapan yang dipakai untuk tumplak punjen disederhanakan seperti yang ada pada saat ini. Kedua, makna filosofis dari upacara tumplak punjen adalah sebagai ungkapan syukur kedua orang tua kepada tuhan karena telah selesai menunaikan kewajibannya terhadap semua anak-anaknya dengan cara menikahkan, sebagai curahan kasih sayang orang tua kepada semua anaknya dan tidak membedakan anak yang satu dengan yang lainnya, menyampaikan amanat kepada semua anak cucu agar tetaphidup rukun dan saling tolong menolong, serta memberikan bekal kehidupan untuk semua anak-anaknya. Ketiga, Dukun Manten bertanggung jawab mengarahkan pelaksanaan upacara Tumplak Punjen sesuai tata aturan adat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang tradisi tumplak punjen dalam prosesi panggih pernikahan adat jawa, sehingga generasi muda dapat melestarikan nilai-nilai budaya leluhur.
Kata Kunci: Tumplak Punjen, Makna Filosofis, Pernikahan, Jawa
Tumplak punjen ceremony is a ceremony that is held when parents marry the youngest child or the last child. The purpose of this research is (1) to describe the origins and stages of the punjen tumplak ceremony; (2) describe the meaning of the punjen tumplak ceremony; and (3) explain the role of the Manten Shaman in the ceremony. This type of research is descriptive qualitative. In this study the techniques used to collect data are interviews, observation, and documentation. The results of this study were, first, the origins of the punjen tumplak ceremony had begun from the era of the Majapahit kingdom (1293 AD) and then in the Islamic Mataram kingdom (1700 AD) a touch of Islam was given so that the uborampe or equipment used for the punjen pudding was simplified like that of the currently. Second, the philosophical meaning of the punjen tumplak ceremony is as an expression of gratitude for both parents to God because they have completed fulfilling their obligations to all their children by marrying off, as an outpouring of parental affection for all their children and not distinguishing one child from another, deliver the mandate to all children and grandchildren so that they can live in harmony and help one another, and provide life supplies for all their children. Third, the Manten Shaman is responsible for directing the implementation of the Tumplak Punjen ceremony in accordance with traditional rules. The results of this research are expected to be able to add insight and knowledge about the tumplak punjen tradition in the procession of Javanese traditional wedding ceremonies, so that the younger generation can preserve ancestral cultural values.
Keywords: Tumplak Punjen, Philosophical Meaning, Marriage of Java