Pemecahan masalah penting karena merupakan salah satu standar proses pembelajaran matematika, tetapi kenyataannya kemampuan pemecahan masalah siswa masih kurang. Kolaborasi dapat dilakukan sehingga dapat terjadi transfer informasi antar siswa dalam rangka pemecahan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah pembuktian Teori Bilangan siswa SMP secara kolaboratif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari tiga kelompok heterogen siswa kelas VIII SMP Negeri 17 Surabaya yang memuat empat anggota dengan kemampuan matematika berbeda. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes kemampuan matematika, tes pemecahan masalah pembuktian, pedoman wawancara, serta pedoman observasi. Data penelitian ini dianalisis berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah pembuktian kolaboratif adaptasi dari OECD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, diskusi kolaboratif mengantarkan setiap anggota kelompok memahami masalah pembuktian. Proses kolaboratif yang terjadi adalah siswa dengan kemampuan matematika rendah menanyakan hal-hal yang tidak dipahami kepada siswa dengan kemampuan matematika yang lebih tinggi. Siswa dengan kemampuan matematika tinggi mulai mendominasi diskusi kelompok untuk menghasilkan rencana penyelesaian yang disepakati kelompok. Saat menjalankan rencana, diskusi cenderung hanya melibatkan siswa dengan kemampuan tinggi dan sedang saja. Diskusi tersebut mengantarkan kelompok untuk memperoleh penyelesaian masalah sesuai rencana yang disepakati dengan tepat. Pada tahap memeriksa kembali, siswa dengan kemampuan tinggi memiliki inisiatif untuk memastikan bahwa penyelesaian masalah telah sesuai dengan apa yang diharapkan. Siswa dengan kemampuan matematika sedang juga terlibat, sementara siswa dengan kemampuan matematika rendah kurang terlibat dalam proses itu. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mendalami interaksi antar siswa dengan kemampuan yang sama atau dalam kelompok dengan komposisi berbeda.
Problem solving was important and one of the mathematics learning process standards, but in reality students' problem solving abilities were still low. Collaboration carried out so that information transfer occurs between students in order to facilitate problem solving. This research aims to describe students' collaborative problem solving abilities in proving Number Theory problem. This research is a qualitative descriptive. The subjects of this research consisted of three heterogeneous groups of VIII grade at Junior High School 17 Surabaya containing four members with different mathematical abilities. The instruments used are the mathematical ability test, proof problem solving test, interview guide, and observation guide. This data was analyzed based on the collaborative proof problem-solving ability indicator adapted from OECD. The result showed that collaborative discussions lead each group member to understand the problem. Collaborative occurs when low mathematical ability students ask to higher mathematical ability students what they don’t understand. High mathematical ability student tend to dominate group discussions to devise a plan. When carrying out the plan, discussions only involve high and medium mathematical ability students. The discussion led the group to obtain a solution to the problem according to the agreed plan. At looking back stage, high mathematical ability student have the initiative to ensure the solution is as expected. Medium mathematical ability student was also involved, while low mathematical ability students are less involved in the process. Further research can be carried out to deepen interactions between students with the same abilities or in groups with different compositions.