Jembatan Surabaya merupakan jembatan yang berhadapan langsung dengan objek wisata Pantai Kenjeran Lama. Pemerintah Kota Surabaya membangun Jembatan Surabaya difungsikan untuk menambah daya tarik masyarakat terhadap wisata pesisir serta mengangkat kesejahteraan warga sekitar yakni Kenjeran. Tahun 2015 jumlah pengunjung Pantai Kenjeran Lama sebanyak 491.971 wisatawan, tahun 2016 meningkat menjadi 546.382 dan tahun 2017 meningkat menjadi 552.416 (UPTD Pantai Kenjeran, 2018) Kebijakan pembangunan yang diambil pemerintah kota ternyata menimbulkan berbagai dampak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak beroperasinya Jembatan Surabaya terhadap kondisi sosial, kondisi ekonomi, kondisi lingkungan, dan pola persebaran pedagang kaki lima Pantai Kenjeran Lama Surabaya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Lokasi penelitian yaitu Pantai Kenjeran Lama Surabaya. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 116 pedagang kaki lima. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan persentase serta untuk mengetahui pendapatan sebelum dan sesudah pedagang kaki lima digunakan Uji T sampel berpasangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada dampak sosial terjadi perubahan sesudah beroperasinya Jembatan Surabaya pada kondisi sosial yakni PKL mengurangi waktu operasional setiap harinya dengan mulai beraktivitas dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Pada kondisi ekonomi yakni pendapatan PKL mengalami penurunan dari hasil rata-rata sebelum beroperasinya Jembatan Surabaya sebesar Rp. 3.805.652,17 dan setelah beroperasinya Jembatan Surabaya menjadi Rp. 3.240.521,74. Pada kondisi lingkungan terjadi perubahan pada kondisi lingkungan yakni kondisi akses jalan yang semakin lebar dan tidak menyebabkan kemacetan, kios pedagang yang tertata lebih rapi, tempat parkir yang daya tampungnya bertambah. Pola persebaran PKL di Pantai Kenjeran Lama yaitu mengelompok.
Kata Kunci : Jembatan Surabaya, PKL, kondisi sosial-ekonomi, kondisi lingkungan
Surabaya Bridge is a bridge that faces directly with a tourism object, Kenjeran Lama Beach. The Surabaya City Government built the Surabaya Bridge to increase the attractiveness of the public towards beach tourism and improve the welfare of the citizens of Kenjeran. In 2015 the visitors of the Kenjeran lama Beach was 491.971 tourists, in 2016 it increased to 546.382 and in 2017 it increased to 552.416 (UPTD Pantai Kenjeran, 2018). The development policy taken by the city authorities turned out to cause various effects. This study aims to determine the impact of the operation of the Surabaya Bridge on social conditions, economic conditions, environmental conditions, and the distribution patterns of street vendors in the Kenjeran Lama Beach in Surabaya.
The type of research is quantitative descriptive research. The research location is on Surabaya's Kenjeran Lama Beach. The samples in this study amounted to 116 street vendors. Data collection techniques using interviews and data analysis techniques using quantitative descriptive analysis with percentages and to determine income before and after street vendors used paired sample T Test.
The results of this study indicate that the social impact changes after the operation of the Surabaya Bridge on social conditions namely street vendors reduce operational time every day by starting to move from 09.00 WIB until 17.00 WIB. On the economic conditions PKL income decreased from an average yield prior to operation of the Bridge Surabaya Rp. 3.805.652,17 and after the operation of the Surabaya Bridge to Rp. 3.240.521,74. On the environmental conditions change in the environmental conditions: a condition of access to road widening and do not cause congestion, stalls were tidier park which increased accommodation capacity. The pattern of distribution of the street vendors in the Kenjeran Lama Beach is clustered.
Keywords: Surabaya Bridge, PKL, socio-economic conditions, environmental conditions