The need for integrating pragmaitc awareness-raising into the lesson has long been highlighted in the field of language teaching professional. Since in EFL context like Indonesia, TL exposure is limited only in the classroom, the teachers carries significant role to set strategies for effective pragmatic awareness-raising activities. Therefore, this study attempted to explain how EFL teachers in Indonesia raise students’ pragmatic awareness in their practices, the obstacles that exist during the process and how they make sense on their own practices.
This study is conducted through case study qualitative research with two English teachers taken as participants. The methods in collecting the data encompasses participant-observation in the classroom to explain the teachers’ practices and obstacles that exist during the process, and interview to both of the teachers.
The findings of this study revealed that the teachers used explicit pragmatic instruction and pragmatic-awareness raising activities encompassing pragmalinguistic and sociopragmatic area such as WDCT, analzying and practicing approprite linguistic choices, identifying politeness/directness in utterances and idiomatic expressions, role-playing, and debate. Based on the finding, students’ low vocabulary, lack of ability in determining pragma-linguistic strategies and TL pragmatic exposures hinder the process of the pragmatic awareness-raising. Therefore, the teachers still pay careful attention to their grammar and vocabulary coverage. The result of this study also indicates that EFL teachers in Indonesia are aware of the importance of pragmatic awareness. Despite the fact that some pragmatic awareness-raising tasks they employed still have drawbacks, they have attempted to align their perceptions and beliefs into practice
Pentingnya integrasi antara usaha untuk meningkatkan kesadaran berpragmatik siswa dan pembelajaran bahasa Inggris di kelas sudah menjadi bahasan yang disoroti oleh para pengajar dan peneliti di bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan kondisi penggunaan bahasa Inggirs yang cukup terbatas di konteks Indonesia. Sehingga, guru bahasa Inggris berperan sangat penting untuk menyiapkan strategi pembelajaran effektif guna meningkatkan kesadaran berpragmatik siswa. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini dilakukan menjelaskan bagaimana guru bahasa inggris di Indonesia meningkatkan kesadaran berpragmatik siswa di kelas dalam prakteknya, kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam proses pelaksanaan, dan alasan mendasar bagi guru-guru tersebut dalam setiap praktik mengajar mereka.
Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus kualitatif dengan dua guru Bahasa Inggris di SMA sebagai subjek penelitian. Metode-metode dalam pengambilan data meliputi observasi non-partisipan di kelas untuk menjelaskan bagaimana guru bahasa Inggris di Indonesia memunculkan kesadaran berpragmatik siswa di kelas dalam praktiknya, dan kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam proses pelaksanaan, dan wawancara langsung terhadap dua guru Bahasa Inggris tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua guru dalam penelitian ini menggunakan instruksi eksplisit pragmatik, dan beberapa kegiatan pembelajaran meliputi peningkatan kosa kata dalam konteks, memberikan latihan dalam bentuk WDCT, menganalisis dan mempraktekkan aspek-aspek pragma-linguistik yang baik dalam komunikasi, mengidentifikasi nilai-nilai kesopanan dan ketidaksopanan dalam komunikasi, mengenalkan ekspresi idiomatik, bermain peran, dan melakukan debat. Berdasarkan hasil-hasil penelitian, kurangnya penguasaan kosa kata siswa dalam bahasa Inggris, kurangnya kemampuan siswa dalam menentukan strategi pragma-linguistik dalam berkomunikasi, dan sedikitnya kesempatan dan pemaparan bahasa Inggris di kehidupan sehari-hari menjadi kendala dalam proses memunculkan kesadaran berpragmatik siswa. Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa guru bahasa Inggris di Indonesia sadar terhadap pentingnya memunculkan kesadaran berprakmatik siswa. Meskipun dalam pelaksanaannya masih ada beberapa kekurangan, guru-guru tersebut sudah mencoba menyelaraskan prinsip-prinsip mengajar mereka dengan praktik pembelajaran di kelas