A Non-English Major EFL Learners’ Communication Strategies Study Using Intercultural Communicative Competence Framework
Perwi Darmajanti. 2022. A Non-English Major EFL Learners’ CommunicationStrategies Study Using Intercultural Communicative CompetenceFramework. Program S3 Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris,Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Promotor: Prof.Dr. Lies Amin Lestari, M.A., M.Pd., dan Ko-Promotor: Prof. SlametSetiawan, Ph.DKata Kunci: strategi komunikasi, kompetensi komunikatif antar budaya, kemauanuntuk berkomunikasiPenelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penggunaan strategi komunikasipembelajar ketika mereka berbicara bahasa Inggris dalam konteks kelas, untukmenemukan dan mendeskripsikan kompetensi komunikatif antar budayapembelajar termasuk kemauan pembelajar untuk berkomunikasi dan alasan yangmendorong mereka untuk berbicara, dan untuk mengetahui pengaruh kompetensikomunikatif antar budaya dan kemauan untuk berkomunikasi terhadappenggunaan strategi komunikasi.Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi kualitatif dengan elemen sentralpenelitiannya adalah eksplorasi untuk memahami bagaimana respondenmenghadapi masalah serta mengetahui rencana sadar mereka dalammenyelesaikan masalah dan mengetahui pengalaman mereka terkait penggunaanstrategi komunikasi dan kompetensi komunikatif antar budaya dari sudut pandangmereka masing-masing. Ada 25 responden dalam penelitian ini. Observasi danwawancara digunakan untuk mengumpulkan data.Strategi komunikasi yang diharapkan muncul atau digunakan oleh para respondendipancing melalui tiga jenis tugas yang mengharuskan responden untukmelakukan pidato yang tidak direncanakan, pidato yang direncanakan danpercakapan. Ditemukan secara total ada 14 strategi komunikasi yang diterapkandalam melakukan semua tugas, yaitu self-repair, self-repetition, messageabandonment, omission, foreignizing, circumlocution, message replacement, codeswitching, restructuring, retrieval, circumlocution, approximation, use of allpurposes words, direct appeal for help, dan non-verbal.Strategi tersebut dikonversikan ke dalam taksonomi berdasarkan OralCommunication Strategy Inventory yang disusun oleh Nakatani berdasarkanalasan yang mendasari pemilihan tersebut. Hanya 7 dari 8 strategi dalamtaksonomi yang digunakan oleh responden dalam penelitian ini, yaitu afektif
sosial, negosiasi makna, berorientasi akurasi, pengurangan dan pengubahan pesan,non-verbal, pengabaian pesan, dan upaya berpikir dalam bahasa Inggris.Eksplorasi dilanjutkan untuk mengetahui rencana dan pengalaman yang dirasakanpeserta didik terkait dengan penggunaan strategi komunikasi. Sebagian besarresponden merencanakan negosiasi makna sebagai strategi ketika terjadigangguan komunikasi, namun strategi yang paling sering digunakan adalahpengulangan tuturannya sendiri yang termasuk dalam strategi afektif sosial sesuaidengan alasan pemilihan dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa strategikomunikasi yang diterapkan berbeda dengan yang direncanakan.Secara umum semua responden menunjukkan tingkat ICC yang dapat diterima.Kompetensi diukur secara individual melalui wawancara tertutup yang mencakupsemua aspek ICC. Kompetensi juga dinilai melalui penilaian portofolio denganmengumpulkan esai dan karya responden yang berkaitan dengan isu-isu antarbudaya yang meliputi dua tugas menulis, dua tugas membaca, dan satu tugasberbicara. Sebagian besar, mereka menyadari kemultibahasaan mereka sendiriyang membuat mereka siap untuk belajar bahasa asing.Mengintegrasikan kompetensi komunikatif antar budaya dan kemauan untukberkomunikasi dengan pemilihan dan penggunaan strategi komunikasi dalamanalisis mengarah pada temuan bahwa strategi berhasil dan tak-berhasil dipiliholeh semua responden tanpa memandang kemampuan bahasanya. Dapatdisimpulkan bahwa kemampuan berbahasa kurang berpengaruh terhadappemilihan dan penggunaan strategi komunikasi. Selain itu, kemampuan bahasamungkin tidak mempengaruhi juga kemauan pembelajar untuk berkomunikasikarena responden dengan kemampuan bahasa yang rendah masih memilikikemauan yang tinggi untuk berkomunikasi.Disarankan untuk melibatkan ICC dalam pembelajaran bahasa Inggris yangmengembangkan kompetensi komunikatif karena mencakup kompetensi budaya,sikap dan wawasan dalam konteks pembicara yang berbeda dari negara yangberbeda yang memiliki latar belakang budaya, politik, ideologi dan tindakankebiasaan yang berbeda. ICC dianggap sebagai pendekatan pengajaran EFL yangmenanamkan konteks global dengan bahasa Inggris sebagai lingua franca yangsekarang digunakan oleh lebih banyak orang di seluruh dunia yang latar belakangbahasanya bukan bahasa Inggris. Ini menyiratkan bahwa mengajar bahasa Inggrisdalam konteks ICC harus membekali siswa tidak hanya dengan bahasa Inggris aslisaja tetapi juga bagaimana penutur lain yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggrisditerima serta budaya yang tertanam dalam bahasa tersebut dihargai dalamkurikulum dan praktik pengajaran. Kemauan untuk berbicara bahasa Inggrisbukan hanya motivasi untuk berbicara bahasa Inggris untuk penggunaan tertentu
di kelas atau dalam kebutuhan formal lainnya. Ini menyiratkan bahwa siswacenderung membutuhkan persiapan ketika mereka melakukan praktek berbicara.Penggunaan bahasa Inggris yang benar tidak hanya ditunjukkan oleh kesesuaianantara kriteria tes berbicara, tetapi juga penerimaan dalam berbagai wacana sosialdan sehari-hari
Perwi Darmajanti. 2022. A Non-English Major EFL Learners’ CommunicationStrategies Study Using Intercultural Communicative CompetenceFramework. The Program of Language and Literature Education,Postgraduate Program, Surabaya State University (UNESA). Promoter:Prof. Dr. Lies Amin Lestari, M.A., M.Pd., and co-Promoter: Prof. SlametSetiawan, Ph.DKey Terms: communication strategies, intercultural communicative competence,willingness to communicateThis research aims to explore learners’ use of communication strategieswhen they speak English in classroom context, to find and to describe learners’intercultural communicative competence including learners’ willingness tocommunicate and the reasons encouraging them to speak, and to discover theeffects of learners’ intercultural communicative competence and willingness tocommunicate to communication strategies use.This research applies qualitative phenomenology design in which thecentral element of the study is a search to understand how respondents meet thephenomenon and recognize their consciousness and experience related to the useof communication strategies and intercultural communicative competence fromtheir perspective respectively. There were 25 respondents in this study in whichobservation and interview were employed to gather data.The strategies were elicited through three kinds of task which requiredrespondents to perform unplanned speech, planned speech and conversation tolead to findings that totally there are 14 communication strategies which wereapplied in performing all tasks, namely self-repair, self-repetition, messageabandonment, omission, foreignizing, circumlocution, message replacement, codeswitching, restructuring, retrieval, circumlocution, approximation, use of allpurposes words, direct appeal for help, and non-verbal. Those strategies weretransferred into Nakatani’s oral communication strategies inventory based on thereason underlying the selection. There are 7 of 8 strategies in the taxonomy usedby respondents in this study, namely social affective, negotiation for meaning,accuracy oriented, message reduction and alteration, non-verbal, messageabandonment, and attempt to think in English. The exploration continued to findout learners’ perceived plan and experience related to communication strategiesusage. Mostly respondents planned negotiation for meaning as a strategy whenthere was a communication breakdown, but the most preferred strategy was self-repetition which was included into social-affective strategies according to thereason of selection in this study. This showed that the communication strategieswhich were applied were different from ones that were planned.Generally all respondents showed acceptable level of ICC. Thecompetence was measured individually through close-ended interview coveringall subsets of ICC. The competence was also assessed through portfolioassessment by collecting learners’ essays and works related to intercultural issues
which covered two writing tasks, two reading tasks, and a speaking task. Mostly,they were aware of multilingualism which made them ready to learn foreignlanguage.Integrating intercultural communicative competence and willingness tocommunicate to the selection and employment of communication strategies in theanalysis leads to the finding that achievement and non-achievement strategiescould be accessed by all respondents regardless the language proficiency. It can beinferred that language proficiency less influences to selection and employment ofcommunication strategies. Furthermore, language proficiency might not influencelearners’ willingness to communicate because respondents with low languageproficiency may have high willingness to communicate.It is recommended to show the involvement of ICC in English classroomwhich develops communicative competence because it includes competence ofculture, attitude, and insights in the context of different speakers from differentcountries that have a true different cultural background, politic, ideology andhabitual actions. ICC in deemed as an EFL teaching approach that embeded globalcontext where English as a lingua franca is now used by more people all over theworld whose language background is not English. It implies that teaching Englishin ICC context should equip students not only with native English only but alsohow other speakers whose native languages are not English are accepted, andcultures embedded in the language receives respect in the curriculum and teachingpractice. Willingness to speak English is not just a motivation to speak English forparticular use in the classroom or in other formal needs. It implies that studentstend to need preparation when they perform the speaking. Willingness thereforeshould be applicable for daily need or habitual need. Measurement of correct useof English is not merely indicated by the properness between speaking testcriteria, but also the acceptance in various social and daily discourses.