Laut menjadi sumber penghasilan bagi nelayan dengan kegiatan melaut yang dilakukan untuk mendapatkan hasil berupa ikan tangkapan yang akan dijual ke pasaran. Wilayah Kabupaten Sampang juga memiliki wilayah laut yang cukup luas, dengan adanya wilayah laut yang dimiliki maka hal ini juga berdampak pada sektor perekonomian masyarakat di Kabupaten Sampang. Permintaan hasil perikanan terus mengalami peningkatan sebagai dampak dari pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun dan adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya manfaat dari mengkonsumsi ikan permintaan yang terus meningkat kemudian memunculkan inisiatif untuk memperbanyak hasil perikanan dengan cara budidaya perikanan. Diharapkan dengan adanya kegiatan budidaya perikanan ini akan mampu menjadi roda penggerak perekonomian masyarakat yang terlibat di dalamnya. Hasil dari budidaya perikanan akan mendapatkan hasil yang memuaskan apabila terdapat pengawasan secara berkelanjutan. Dari segi spasial budidaya perikanan dapat dilakukan baik di darat ataupun di laut. Kegiatan budidaya perikanan darat memanfaatkan tambak dan kolam, sedangkan budidaya perikanan laut memanfaatkan adanya keramba.
Rumusan masalah penelitian ini adalah 1) bagaimana kondisi budidaya perikanan di Kabupaten Sampang, 2) faktor apa yang mendorong perubahan dari budidaya tradisional ke modern, 3) bagaimana dampak budidaya perikanan modern terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Kabupaten Sampang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan kondisi budidaya perikanan di Kabupaten Sampang, untuk mendeskripsikan faktor yang mendorong perubahan dari budidaya tradisional ke modern, untuk menganalisis dampak budidaya perikanan modern terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Kabupaten Sampang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah. Metode heuristik dilakukan dengan mengumpulkan berbagai sumber arsip, jurnal, buku, dan wawancara. Kritik untuk menyeleksi sumber yang valid. Interpretasi yaitu menghubungkan sumber dengan fakta untuk membuat analisis dan opini penulis, dan historiografi adalah penulisan.
Kegiatan budidaya perikanan yang dikelola secara modern di Kabupaten Sampang mampu menghasilkan ikan budidaya baik air asin, air tawar, dan air payau. Untuk kegiatan perikanan kolam (air tawar) memperoleh produktivitas hasil 101,30 ton pada tahun 2008. Peningkatan hasil terjadi pada tahun 2012 dan mampu menghasilkan ikan budidaya sebanyak 206,625 ton. Pada tahun 2015 hasil budidaya perikanan air tawar kembali meningkat dan menembus angka 500,48 ton dan kembali meningkat di tahun 2016 menjadi 601,83 ton. Penurunan hasil terjadi pada tahun 2017, di tahun ini kegiatan budidaya memperoleh hasil 62,94 ton. Untuk kegiatan budidaya perikanan tambak (air payau) pada tahun 2008 memperoleh hasil 1.905,60 ton yang kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2012 dengan hasil sebanyak 2.473,076 ton . Pada tahun 2014 kegiatan budidaya tambak memperoleh hasil 5.249,8 ton kemudian kembali meningkat pada tahun 2016 dengan produktivitas hasil 7.501,45 ton. Penurunan hasil terjadi pada 2017, pada tahun ini menghasilkan 662,107 ton. Hasil budidaya perikanan laut (keramba) di Kabupaten Sampang tahun 2008 menghasilkan 11.207,80 ton, kemudian meningkat pada tahun 2009 dan memperoleh hasil 20.152,632 ton. Penurunan terjadi pada 2012 dengan hasil produksi 10.641,96 ton. Pada tahun 2016 kembali menurun dengan memperoleh hasil 3.935 ton kemudian kembali meningkat pada tahun 2017 dengan hasil 7.485 ton.
Kata Kunci : Perkembangan, Budidaya, Perikanan, Sampang
For the fisherman, the sea becomes the source of income for fishing and selling the fish to the market. Sampang regency is the region with the fairly wide sea area, therefore it gives impact to the society in the economic sector. The demand of the fishery outcome and the recognition towards the importance of consuming fish that has been increased through years bring out the initiative to increase the fishery outcomes by cultivating the fishery culture. Through the fishery culture, hopefully it will be able to empower the economy in the living society. The fishery cultivation will achieve the satisfactory outcome as there is sustainable control. From the spacial aspect, fishery cultivation can be conducted both in land and sea. The fishery cultivation activity on the land is conducted on the dyke and fishpond, whereas the sea cultivation uses keramba, a giant fishing cage.
The research questions for this research are 1) How is the condition of the fishery cultivation in Sampang Regency, 2) What are the factors that change the traditional cultivation to the modern one, 3) how is the impact of the fishery cultivation towards the social and economic condition to the society in Sampang regency. The purposes of this research are to explain the the condition of the fishery cultivation in Sampang regency, to describe the factors that change the traditional cultivation to the modern one, and lastly to analyse the impact of the fishery cultivation towards the social and economic condition to the society in Sampang regency. This research applied a history research method. Heuristic method was applied by collecting the archives, journals, and interviews. The critics were also beneficial to select the valid source. Moreover, interpretation is connecting the source with the fact to draw analysis and the researcher’s argument, while historiography is the writing.
The modern fishery cultivation in Sampang regency is able to produce the fishery in sea water, vapid water and brackish water. The productivity in vapid fishery water achieved 101.30 tons in 2008. In 2012 the productivity increased and achieved 206.625 tons. While in 2015 it rapidly increased until 500.48 tons and consistently increased until 601.83 tons in 2016. However, the productivity in 2017 decreased and only achieved 62.94 tons. The fishery cultivation activity in brackish water in 2008 obtained 1.905,60 tons and increased to 2.473,076 tons in 2012. In 2014 the brackish water cultivation obtained 5.249,8 tons and increased into 7.501,45 tons in 2016. However, it decreased in 2017 and only obtained 662.107 tons. In 2008 the result of the sea water fishery (keramba) in Sampang regency obtained 11.207,80 tons, then it increased in 2009 into 20.152,632 tons. However it decreased in 2012 and only obtained 10.641,96 tons. In 2016 the result decreased and achieved 3.935 tons. Then the productivity increased again in 2017 and successfully obtained 7.485 tons.
Keywords : development, cultivation, fishery, Sampang