MITOS SITUS BUDAYA KLAMPIS IRENG PETILASAN EYANG ISMAYA DESA GANDUKEPUH KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO (TINTINGAN FOLKLOR)
Penelitian yang berjudul Mitos Situs Budaya Klampis Ireng Petilasan Eyang Ismaya Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengkaji salah satu mitos dan sejarah tempat bernama Klampis Ireng di Desa Gandukepuh. Dalam penelitian ini membahas dan mendeskripsikan mitos Klampis Ireng meliputi asal usul mitos, mitos apa saja yang ada, bagaimana fungsi mitos tersebut, dan bagaimana persepsi masyarakat terhadap mitos tersebut. Semua pembahasan akan dikupas satu persatu sesuai dengan teori folklor. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata tuturan informan yang menjelaskan semua mitos tentang Klampis Ireng Petilasan Eyang Ismaya. Data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Dalam melakukan penelitian diperlukan instrumen penelitian yang dibagi menjadi instrumen utama dan instrumen pendukung. Untuk memperoleh data selama penelitian diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang terdiri dari observasi, wawancara, rekaman, dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data Miles dan Huberman yang terdapat tiga metode yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asal usul mitos Klampis Ireng berawal dari kepercayaan masyarakat terhadap Klampis Ireng yang diyakini sebagai tempat persinggahan Eyang Ismaya. Dari kepercayaan masyarakat tersebut muncullah mitos-mitos Klampis Ireng diantaranya adalah mitos pusat keraton besar setanah Jawa, mitos pesugihan, mitos ngalap berkah, dan mitos pelarisan. Mitos Klampis Ireng mempunyai fungsi sesuai dengan teori fungsi menurut Bascom, yaitu sebagai sistem proyeksi, alat pengesah kebudayaan, sarana pendidikan, dan alat pengendali norma. Selain itu, ditemukan adanya fungsi lain adalah fungsi religi. Mitos Klampis Ireng dapat memunculkan persepsi masyarakat yang beragam. Dari persepsi masyarakat terhadap mitos Klampis Ireng dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat dapat menerimanya dengan menghargai dan menghormati meskipun sebagian mungkin tidak mempercayainya.
Kata Kunci: Mitos, Mitos Klampis Ireng, Folklor
The research entitled The Myth of the Klampis Ireng Petilasan Eyang Ismaya Cultural Site, Gandukepuh Village, Sukorejo District, Ponorogo Regency is a study that aims to examine one of the myths and history of a place called Klampis Ireng in Gandukepuh Village. This study discusses and describes the myth of Klampis Ireng including the origin of the myth, what myths exist, how the myth functions, and how people perceive the myth. All discussions will be discussed one by one according to folklore theory. The research method used is a qualitative descriptive method. Sources of data in this study are the words of the informants who explain all the myths about Klampis Ireng Petilasan Eyang Ismaya. The data in this study is divided into two, namely primary data and secondary data. In conducting research, research instruments are needed which are divided into main instruments and supporting instruments. To obtain data during the study required a data collection technique consisting of observation, interviews, recording, and documentation. The data collected was then analyzed using Miles and Huberman's data analysis techniques, which contained three methods, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that the origin of the Klampis Ireng myth started from the public's belief in Klampis Ireng which was believed to be a stopover for Eyang Ismaya. From this community belief emerged the myths of Klampis Ireng, including the myth of the great kingdom of the center of Java, the myth of wealth, the myth of seeking blessings, and the myth of escape. The Klampis Ireng myth has a function according to the function theory according to Bascom, namely as a projection system, a tool for cultural validation, an educational facility, and a tool for controlling social norms. In addition, another function was found, namely a religious function. The Klampis Ireng myth can give rise to various public perceptions. From people's perceptions of the Klampis Ireng myth, it can be concluded that people can accept it with respect and respect even though some may not believe it.
Keywords: Myth, The Myth of Klampis Ireng, Folklore