Siswa yang mempelajari suatu bahasa
menetapkan tujuan dalam bentuk individu seperti apa yang mereka inginkan di
masa depan kelak atau yang disebut L2 Self . Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, motivasi diperlukan karena hal itu adalah variabel yang bisa
mempengaruhi keberhasilan proses belajar bahasa secara signifikan. Motivasi
membuat siswa tetap berjalan di jalur yang tetap bahkan jika proses
pembelajaran bahasa memakan waktu yang lama hingga menjadi membosankan. Tanpa
memiliki jumlah yang cukup motivasi, akan sangat susah bagi siswa untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Mengenai masalah ini, Zoltán Dörnyei
(2005) menyajikan sebuah teori yang disebut L2 Motivational
Self System yang berfokus pada diri individu dengan pemanfaatan teori
self-psikologis. Namun, ada beberapa faktor yang diasumsikan menyebabkan siswa
merasa kurang termotivasi, karena faktor-faktor ini mempengaruhi satu dan lain,
yakni perasaan cemas yang dirasakan selama proses belajar dan pengaruh dari
lingkungan mereka. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
hubungan dari L2 motivational self system siswa yang tinggal di
lingkungan yang berbeda terhadap kecemasan mereka selama proses belajar bahasa.
Desain
penelitian ini adalah penelitian korelasional. Populasi dari penelitian ini
adalah siswa kelas X di Surabaya dan Ponorogo, dan sampel yang diambil adalah
67 siswa dari masing-masing sekolah tersebut. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah satu set kuesioner yang terdiri dari 36 item, terkait L2
motivational self system siswa dan rasa cemas siswa selama proses belajar
bahasa, diukur dengan skala enam poin Likert , mulai dari 1 (sangat tidak
setuju) sampai 6 (sangat setuju). Data diperoleh dari respon siswa dalam bentuk
angka. Kemudian, data dianalisis dengan menggunakan Pearson Product Moment
untuk menguji hubungan antara L2 motivational self system siswa terhadap
rasa cemas siswa selama proses belajar bahasa.
Perhitungan
menunjukkan bahwa tingkat signifikansi (p-value ) adalah 0,004 yang
berarti bahwa hasilnya signifikan. Selain itu, ada hubungan kecil dan positif
antara L2 motivational self system siswa terhadap kecemasan yang
dirasakan selama proses belajar mereka (r
= 0,247, n = 134, p < 0,05). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa L2 motivational self system siswa memiliki hubungan
yang lemah terhadap rasa cemas mereka yang muncul selama proses belajar bahasa.
Namun, memiliki L2 motivational self system , membuat siswa merasa cemas
selama proses pembelajaran.