ABSTRAK
PERAN KENTHONGAN SEBAGAI PENANDA DALAM PEMENTASAN KETHOPRAK SISWO BUDOYO DI KABUPATEN TULUNGAGUNG
(KAJIAN SEMIOTIKA)
Nama Mahasiswa : Reno Aristia Putra
NIM : 15020134086
Program Studi : S1 Pendidikan Seni Drama Tari
dan Musik
Jurusan : Seni Drama Tari dan Musik
Fakultas : Bahasa dan Seni
Nama Lembaga : Uiversitas Negeri Surabaya
Pembimbing : Dr. Autar Abdillah M.Si.
Tahun : 2019/2020
Kata Kunci : Kenthongan, Kethoprak Siswo Budoyo, Semiotika
Penulisan ini mengangkat sebuah tanda dalam Kenthongan, Kenthongan yang dimaksud bukan Kenthongan pada umumnya, melainkan Kenthongan yang digunakan sebagai tanda dalam sebuah pementasan Kethoprak. Kethoprak yang terkenal dalam lingkup Jawa, paling sukses dan bisa dianggap profesional di segala bidang adalah kelompok Kethoprak Siswo Budoyo dari Tulungagung pimpinan almarhum Ki Siswondo HS.
Ciri khas Kethoprak ada pada Kenthongan, karena disetiap pementasan kethoprak terdapat bunyi Kenthongan, Kenthongan disini digunakan sebagai penanda adegan, namun dalam pementasan Kethoprak ada beberapa tidak menggunakan Kenthongan sehingga fungsi Kenthongan saat ini sudah mulai berkurang, peran Kenthongan dalam pementasan Kethoprak sudah jarang terlihat, makna tanda dalam Kenthongan juga jarang dipahami. Sehingga penulis mengambil rumusan masalah adalah bagaimana peran Kenthongan dalam pementasan ketoprak dan bagaimana makna tanda Kenthongan dalam pementasan kethoprak Siswo Budoyo Kabupaten Tulungagung (Kajian Semiotika).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, menggunakan metode pengembangan penelitian “Moleong” untuk melaporkan kejadian yang ada dilapangan atau mendeskripsikan kejadian sebenarnya sesuai dengan fakta dilapangan dengan menyesuaikan tahapan yang di laksanakan. Sumber data diperoleh dari validasi ahli dan observasi (pengamatan), wawancara, atau penelaah dokumentasi.
Hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : (1) Sejak lahirnya Siswo Budoyo pada tahun 1958 sudah menggunakan Kenthongan, adanya Kenthongan di Siswo Budoyo Karena zaman dulu tidak ada alat komunikasi lain, komunikasi atas dan bawah artinya panggung dengan pengerawit. (2) Peran Kenthongan dalam pementasan Kethoprak Siswo Budoyo sebagai ciri khas dalam pementasan kethoprak, mengawali dan mengakhiri pementasan, tanda dalam adegan, mengemudi irama gamelan, dan Orang yang memainkan kentongan disebut dengan Pamurbo (Penguasa). (3) Dalam setiap ketukan kenthongan mempunyai makna tanda yang berkaitan dengan pementasan kethoprak diantaranya Meminta Perhatian, digunakan pada saat meminta perhatian kepada seluruh komponen pementasan kethoprak untuk bersiap-siap. Kentong satu digunakan pada saat awal adegan digunakan untuk menguatkan suasana adegan, Kentong dua digunakan di tengah-tengah adegan untuk keluarnya dan masuknya pemain, Kentong 3 digunakan untuk memberhentikan gamelan, dan ada ketukan untuk adegan lawakan.
Simpulan dari hasil penelitian bahwa Kenthongan adalah tanda yang dibangun dalam pementasan kethoprak, sebagai alat komunikasi atas bawah artinya panggung dengan pengrawit, secara efektif dan effisien.
ABSTRACT
THE ROLE OF KENTHONGAN AS A MARKER IN KETHOPRAK SISWO BUDOYO STATION IN TULUNGAGUNG DISTRICT
(SEMIOTIC STUDY)
Student Name : Reno Aristia Putra
Study Program : S1 Education Drama Dance Art and Music
Major : Drama Dance and Music Art Faculty of Language and Art
Name of Institution : State University of Surabaya
Supervisor : Dr. Autar Abdillah M.Sc.
Year : 2019/2020
Keywords: Kenthongan, Kethoprak SiswoBudoyo, Semiotics
This research talked about the mark in Kenthongan. The mentioned Kenthongan was not Kenthongan in general, but Kenthongan which was used as a sign in the performance of Kethoprak. The famous Kethoprak in Java, the most successful and biased to be considered professional in all fields is Kethoprak Siswo Budoyo from Tulungagung led by the late Ki Siswondo HS.
Characteristic of Kethoprak was Kenthongan, because every kethoprak performance needed Kenthongan sound. Kenthongan here is used as a marker. However, in some Kethoprak performances, there were no Kenthongan sounds so, nowadays, the function of Kenthongan was decreasing. The role of Kenthongan in Kethoprak performances had been rarely viewed. The meaning of Kenthongan also was less understood. Therefore, the writer chose this problem formulation: how was the role of Kenthongan in Kethoprak performance and how was the meaning of Kenthongan's marks in Kethoprak Siswo Budoyo in Tulungagung.
This research used descriptive qualitative as research methodology, using "Moleong" research development method to report the moment happened in fields or to describe the real actions according to the facts in fields by adjusting the steps done. The data source were taken from expert validation and observation, interview, or documents reviewing. The research results were as follow:
1. Since the birth of Siswo Budoyo in 1958, they already used Kenthongan. By the existence of Kenthongan in Siswo Budoyo was due to the absence of communication device in the old days. The communication between the on and off stage used curlers.
2. The role of Kenthongan in Kethoprak performance in Siswo Budoyo was as the characteristic in Kethoprak performance, starting and ending the performance, as a mark in an action, leading the melody of Gamelan. People who played Kenthongan were called Pamurbo (Leaders).
3. In every knock of Kenthongan had a mark meaning related to Kethoprak which were: asking for attention, asking for attention to all elements of Kethoprak performance to get ready. One Kenthong was used in the beginning of performance, used to strengthen the performance's atmosphere. Two Kenthong was used in the middle of the performance as actors' entrance and exit. Three Kenthong was used to stop Gamelan and there was knock for joke actions.
The conclusion of the research was that Kenthongan was a mark built in Kethoprak performance, as a communication device on and off stage which means stage with curlers effectively and efficiently.