Penamaan Pantai di Kabupaten Malang sebagai Refleksi Budaya Masyarakat Pesisir
Naming Beaches in Malang Regency as Cultural Reflections of Coastal Communities
Penamaan pantai dalam penelitian ini adalah Penamaan pantai yang ada di Kabupaten Malang. Penamaan menjadi penting karena fungsinya sebagai identitas serta pembeda dengan tempat lain. Penamaan pantai di Kabupaten Malang memiliki sistem penamaan yang khas menggunakan bahasa khas Kabupaten Malang. Penamaan pantai di Kabupaten Malang dapat menunjukkan asal-usul, kondisi geografis dan budaya masyarakat pesisir. Berdasarkan hal tersebut, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bentuk penamaan pantai, makna pantai, dan refleksi budaya masyarakat pesisir terhadap penamaan pantai di Kabupaten Malang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan cakap. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik baca, catat, dan rekam. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode padan. Penelitian dilakukan di daerah pantai atau pesisir di Kabupaten Malang yang ada di enam Kecamatan. Keenam Kecamatan tersebut adalah Ampelgading, Bantur, Donomulyo, Tirtoyudo, Sumbermanjing Wetan, dan Gedangan.
Berdasarkan masalah yang dikaji, penamaan pantai di Kabupaten Malang dipaparkan melalui tiga hal, yaitu bentuk penamaan, makna penamaan, dan refleksi budaya masyarakat pesisir terhadap penamaan pantai. Pertama, penamaan pantai di Kabupaten Malang dominan didasarkan pada rupa bumi (goemorfologis). Pola penamaan pantai di Kabupaten Malang, terdiri atas satu kata dan dua kata yang mengikuti hukum DM. Kata pertama sebagai inti yang didasarkan pada tiga aspek (perairan, permukaan tanah atau rupa bumi, dan lingkungan alam). Sedangkan kata kedua merupakan kata yang menerangkan kata pertama yang cenderung mengacu pada kekhasan/aspek toponiminya. Kedua, ditemukan bahwa makna gramatikal dan leksikal tidak dapat digunakan pada analisis nama pantai di Kabupaten Malang, karena nama pantai di Kabupaten Malang tidak dibentuk dari proses morfologi. Oleh karena itu, makna referensial mendominasi makna nama pantai di Kabupaten Malang, karena ditemukan 122 data nama pantai di Kabupaten Malang yang cenderung mempunyai referen di luar bahasa. Ketiga, ditemukan refleksi budaya masyarakat pesisir dominan menggunakan kebudayaan fisik. Kebudayaan fisik mencakup hasil-hasil karya asli yang dimanfaatkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan fisik yang digunakan sebagai penamaan pantai berupa letak geografis serta kondisi geografis. yang berupa batuan, karang, gua, hewan, tumbuhan, cerita maupun tempat yang membentuk penamaan pantai di Kabupaten Malang. Masyarakat banyak menggunakan kebudayaan fisik karena berhubungan dengan penamaan pantai dengan melihat potensi alam yang ada pada pantai di Kabupaten Malang
The naming of the beach in this study is naming the coast in Malang Regency. Naming becomes important because of its function as an identity and differentiator from other places. The naming of beaches in Malang Regency has a unique naming system using the typical language of the Malang Regency. Naming the coast in Malang Regency can show the origin, geographical and cultural conditions of coastal communities. Based on this, the problem examined in this research is the form of naming the beach, the meaning of the beach, and the reflection of the culture of the coastal community towards the naming of the beach in Malang Regency. Data collection methods used in this study are documentation and proficient methods. Data collection techniques used are reading, note- taking, and recording techniques. The data analysis method used in this study is the matching method. The study was conducted in coastal or coastal areas in Malang Regency in six Districts. The six subdistricts are Ampelgading, Bantur, Donomulyo, Tirtoyudo, Sumbermanjing Wetan, and Gedangan.
Based on the problem studied, the naming of beaches in Malang Regency is explained through three things, namely the form of naming, the meaning of naming, and the cultural reflection of coastal communities towards the naming of the beach. First, the naming of beaches in Malang is dominant based on the surface of the earth (goemorphological). The pattern of naming the coast in Malang Regency, consists of one word and two words taken by the DM law. The first word as a core is based on three aspects, and the surface of nature. While the second word is a word that explains the first word which is interesting in the uniqueness / aspect of its toponymy. Second, it was found because the grammatical and lexical meaning cannot be used in the analysis of the name of the beach in Malang Regency, because the name of the beach in Malang Regency was not made from the morphological process. Therefore, the referential meaning opposes the meaning of the name of the beach in Malang Regency, because it is found 122 data of the name of the beach in Malang Regency which is needed to have references outside of language. Third, cultural reflections of the dominant Pesisir people are physically used. Physical Culture original works used by the community in daily life. Physical Culture is used as a naming of beaches that have a geographical location and geographical conditions. which consists of corals, corals, caves, animals, growth, stories and places that make up the naming of the beach in Malang Regency. Many people use culture Physically related to naming the beach by looking at the natural potential that exists on the beach in Malang Regency.