ABSTRAK
PELESTARIAN KESENIAN REOG SINGO MANGKU JOYO DI SURABAYA TAHUN 1990-2010
Nama : Mefi Widiastuti
Nim : 15040284036
Program Studi : S-1 Pendidikan Sejarah
Jurusan : Pendidikan Sejarah
Fakultas : Ilmu Sosial dan Hukum
Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya
Pembimbing : Septina Alrianingrum, S.,S, M.Pd
Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia yang menjadi tujuan merantau masyarakat dari luarkota. Salah satu masyarakat luar kota yang merantau ke Surabaya adalah masyarakat Ponorogo. Dalam perantauannya masyarakat tersebut membawa Kesenian Reog Ponorogo sebagai suatu simbol atau identitas adanya orang Ponorogo di kota besar ini. Kesenian Reog yang pertama kali didirikan adalah Kesenian Reog Ponorogo Singo Mangku Joyo. Kesenian ini merupakan salah satu grup kesenian Reog yang tertua dan terkenal di Surabaya.
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana kehidupan seniman dalam mempertahankan kesenian Reog Singo Mangku Joyo di Surabaya tahun 1990-2010?; (2) Bagaimana upaya seniman reog melestarikan kesenian Reog Singo Mangku Joyo di Surabaya tahun 1990-2010?.
Hasil penelitian ini adalah kehidupan seniman di dalam grup kesenian tradisional ini tidak sebanding dengan penghasilan yang diperoleh, sehingga masih banyak seniman yang harus mencari pekerjaan lain untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa kehidupan anggota seniman Reog Singo Mangku Joyo jauh dari kesejahteraan. Oleh sebab itu, para anggota seniman kesenian ini memiliki pekerjaan masing-masing untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Keberadaan grup kesenian Reog Singo Mangku Joyo hingga saat ini tidak dapat dilepaskan dari peran anggota seniman yang ada di dalamnya serta peran dari pihak luar. Upaya pelestarian dari pihak dalam dilakukan dengan cara melakukan latihan rutin, saling menjaga silahturahmi antar anggota serta hubungan kekerabatan sosial dengan masyarakat. Selain itu grup kesenian tradisional Reog Singo Mangku Joyo melakukan pewarisan tradisi (regenerasi) dengan melatih pemuda sekitar Gubeng serta melatih anak-anak usia 10-16 tahun.
Upaya pelestarian dari pihak luar adalah pembinaan yang dilakukan oleh TNI Angkatan Darat (Bekangdam V/Brawijaya). Berdasarkan pembinaan tersebut grup kesenian tradisional Reog Singo Mangku Joyo mampu meraih prestasi ditingkat nasional serta tingkat internasional.
Kata Kunci: Pelestarian, Reog Singo Mangku Joyo, Seniman
ABSTRACT
PRESERVATION OF MANGKU JOYO SINGO REOG ARTITY IN SURABAYA IN 1990-2010
Name : MefiWidiastuti
Study Program: Bachelor of History Education
Department: Historical Education
Faculty: Social Sciences and Law
Name of Institution: Surabaya State University
Advisor: Septina Alrianingrum, S.,S, M.Pd
Surabaya is the second largest city in Indonesia which is the destination of migrating people from outside the city. One of the people outside the city who migrated to Surabaya was the Ponorogo community. In the past the community brought the ReogPonorogo Art as a symbol or identity of the Ponorogo people in this big city. Reog's art which was first established was Art ReogPonorogoSingoMangku Joyo. This art is one of the oldest and most famous Reog arts groups in Surabaya.
Based on this background, the formulation of the problem can be stated as follows: (1) What is the life of the artist maintaining the art of ReogSingoMangku Joyo in Surabaya 1990-2010?; (2) How are the efforts of reog artists to preserve the art of ReogSingoMangku Joyo in Surabaya from 1990 to 2010? In this study the authors used historical research methods, namely, heuristics, source criticism, interpretation, and historiography.
The results of this study are that the life of artists in traditional arts groups is not comparable to the income earned, so there are still many artists who have to find the main job to meet their daily needs. It can be said that the life of artist member ReogSingoMangku Joyo is far from welfare. Therefore, the members of this art artist have their own jobs to fulfill their daily needs.
The existence of the art group ReogSingoMangku Joyo until now cannot be separated from the role of the members of the artist in it and the role of outsiders. Conservation efforts from the parties are carried out by conducting routine exercises, maintaining mutual friendship between members and social relations with the community. In addition, the traditional art group Reog Singo Mangku Joyo conducts inheritance (regeneration) by training young people around Gubeng and training children aged 10-16 years.
Conservation efforts from outside parties are coaching carried out by the Army (V-Brawijaya Military). Based on the training, the traditional ReogSingoMangku Joyo art group was able to achieve national and international level achievements.
Keywords: Preservation, Reog Singo Mangku Joyo, Artists