Exploring the Role of English Japanese-style: Gairaigo and Wasei-Eigo
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peran Gairaigo dan Wasei-Eigo dalam bahasa Jepang dan bagaimana proses lokalisasi terjadi ketika istilah dua bahasa berubah. Beberapa teori digunakan dalam penelitian ini, termasuk Katakana Jepang, jenis Gairaigo oleh Ishiwata (2001) dan Shibatani (2001), dan Transformasi Katakana oleh Kawarazaki (2004). Data diperoleh dalam bentuk kata dan frasa dari dialog antara karakter dalam drama Jepang Watashitachi wa Douka Shiteiru. Metode kualitatif deskriptif digunakan, seperti yang dinyatakan oleh Miles dan Huberman (2014). Teknik dokumentasi digunakan karena berhubungan dengan subtitle dalam drama. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa, selain modernisme dan konotasi informal, kata-kata pinjaman Jepang melakukan fungsi lain dalam bahasa Jepang, seperti bertindak sebagai pengisi celah leksikal dan efisiensi dalam bahasa Jepang tertulis atau lisan. Selain itu, proses lokalisasi tidak hanya mempengaruhi fonologi tetapi juga morfologi, karena beberapa di antaranya mungkin diperkenalkan oleh sufiks Jepang. Dengan demikian, kata-kata pinjaman bahasa JepangĀ bukan hanya terjemahan karena memahami kedua masalah ini membutuhkan keterampilan bahasa Jepang yang cukup besar, terutama pengetahuan tentang sistem penulisan katakana. Akibatnya, memperhatikan perbedaan saat mereka melalui proses lokalisasi akan lebih mudah.
The purpose of this study was to look into the roles of Gairaigo and Wasei-Eigo in Japanese and how the localization process occurs when two languages' terms change. Some theories were used in this study, including Japanese Katakana, Gairaigo kinds by Ishiwata (2001) and Shibatani (2001), and Katakana Transformation by Kawarazaki (2004). The data was acquired in the form of words and phrases from a dialogue between characters in the Japanese drama Watashitachi wa Douka Shiteiru. The descriptive qualitative method was utilized, as stated by Miles and Huberman (2014). The documentation technique was used since it corresponded to subtitles in the drama. The findings of this study demonstrated that, in addition to modernism and informal connotation, Japanese loanwords performed other functions in Japanese, such as acting as a lexical gap filler and efficiency in written or spoken Japanese. Furthermore, the process of localization affects not only phonology but also morphology, as some of them might be introduced by Japanese suffixes. Thus, the Japanese loan words are not just translations because understanding these two issues requires considerable Japanese language skills, particularly knowledge of the katakana writing system. As a result, noticing the discrepancies while they are going through the localization process would be easier.