Gandrung Profesional menjalani proses nyantrik sebagai bekal ilmu pengetahuan dan nilai peradaban untuk kemudian menjalani ritual meras, selametan, dan pentas Gandrung yang digelar semalam suntuk. Secara filosofis, proses kehidupan Gandrung diilhami dari ilmu bambu, fondasi akar yang kuat sangat diperlukan untuk menjadi Gandrung Profesional melalui cara ritual. Gandrung, dulunya berkaitan erat dengan kepercayaan dan ritual yang sakral. Kini mulai menjadi suatu arena kontestasi berbagai kepentingan yang terus mengalami perubahan. Fenomena tersebut menjadi rangsang awal koreografer mengkonstruksikan ritual meras Gandrung dalam bentuk koreografi lingkungan melalui karya tari Gandrung Jajang.
Koreografi lingkungan merupakan revitalisasi metode penciptaan tari tradisional yang diperbarui dengan pemikiran berdasarkan kehidupan kekinian. Mode penyajian yang digunakan adalah simbolis representatif, karya ini menggunakan gerak Gandrung klasik dan gerak murni yang distilisasi dengan memvisualkan makna filosofis bambu yang terlukis pada gerak penari. Metode penyampaian materi berbeda dengan karya koreografi panggung pada umumnya, dalam karya ini koreografer banyak menemukan materi gerak melalui eksplorasi langsung bersama penari di lokasi jajangan, menghasilkan bentuk-bentuk lebih dekat dan sesuai dengan tubuh penari.
Gandrung Jajang merupakan karya tari yang mengkonstruksikan ritual meras Gandrung menggunakan koreografi lingkungan. Lingkungan jajangan semakin estetis dengan dibangun pondok dan setting tempat pertunjukan berbahan bambu sebagai penguat konsep pertunjukan. Alat musik gamelan Gandrung modifikasi berbahan bambu menjadi bahan eksplorasi dan improvisasi menarik untuk disajikan. Ide ini digagas oleh koreografer sebagai gubahan bentuk pertunjukan ritual meras Gandrung yang baru. Melihat potensi budaya masyarakat Banyuwangi yang kaya akan berbagai prosesi, sehingga berbekal observasi pada narasumber koreografer mendalami tatanan proses ritual untuk kepentingan research tentang keadaan faktual di lapangan. Karya ini diharapkan dapat dijadikan studi pendidikan karakter pemuda tentang proses kreatif mulai dari gagasan idesional, proses, hingga management pertunjukan. Proses penciptaan karya ini juga akan melatih multi kecerdasan seniman atau koreografer muda dalam segi kecerdasan spiritual, kinestetik, emosional, dan idesional, sehingga seniman Banyuwangi tergerak untuk membuat karya yang dekat dengan lingkungan.
Kata Kunci: Gandrung Jajang, Ritual Meras Gandrung, Koreografi Lingkungan
Gandrung Professional underwent a nyantrik process as a provision of knowledge and values of civilization to then undergo Gandrung's meras, selametan, and performances that were held all night long. Philosophically, Gandrung's life process is inspired by bamboo science, a strong root foundation is needed to become a Gandrung Professional through ritualistic means. Gandrung, was once closely related to sacred beliefs and rituals. Now starting to become an arena of contestation of various interests that continue to experience change. This phenomenon became the initial excitement of choreographers constructing Gandrung's ritual of feeling in the form of environmental choreography through Gandrung Jajang dance work.
Environmental choreography is a revitalization of traditional dance creation methods that are renewed with thoughts based on contemporary life. The mode of presentation used is representative symbolism, this work uses the classic Gandrung motion and pure movement which is stylized by visualizing the philosophical meaning of bamboo painted on the dancer's movements. The method of delivering the material differs from stage choreography works in general, in this work many choreographers find motion material through direct exploration with dancers in a distance location, producing forms closer and in accordance with the body of the dancer.
Gandrung Jajang is a dance work that constructs Gandrung's meras ritual using environmental choreography. The street environment is getting more aesthetic with the building of a hut and the setting of a bamboo show venue to reinforce the concept of the show. The modified Gandrung gamelan musical instrument made from bamboo becomes an interesting exploration and improvisation material to be presented. This idea was conceived by the choreographer as a new form of Gandrung's meras ritual performance. Seeing the cultural potential of the Banyuwangi community which is rich in various processions, so armed with observations on the choreographed resource persons explore the order of the ritual process for the benefit of research about the factual conditions in the field. This work is expected to be used as a study of youth character education about creative processes ranging from professional ideas, processes, to show management. The process of creating this work will also train multi-intelligence young artists or choreographers in terms of spiritual, kinesthetic, emotional, and professional intelligence, so that Banyuwangi artists are moved to create works that are close to the environment.
Keywords: Gandrung Jajang, Gandrung Meras Ritual, Environmental Choreography