Register dan Makna Simbolik dalam Pertunjukan Wayang Kulit Jawa Timuran.
Register and Symbolic Meanings in the East Javanese Wayang Kulit Performance.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji register dan makna simbolik dalam pertunjukan wayang kulit Jawa Timuran oleh Ki Wardono yang ditinjau dari aspek sosiolinguistik dan semotikanya, sebab bahasa yang digunakan oleh dalang Jawa Timur memiliki nilai khas dan dikemas secara menarik sesuai budaya masyarakat Jawa Timur. Pertunjukan wayang pada hakikatnya merupakan suatu lambang yang bersifat religus-mistis. Hal-hal yang menjadi fokus penelitian meliputi: (1) Register dalang dalam pertunjukan seni wayang kulit Jawa Timuran oleh Ki Wardono, (2) Bentuk diksi/ungkapan yang terdapat dalam pertunjukan seni wayang kulit Jawa Timuran oleh Ki Wardono (3) Makna simbolik yang terkandung pada ujaran Ki Wardono dalam pertunjukan seni wayang kulit Jawa Timuran.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini berupa tuturan dalang yang berupa kata-kata, frasa dan kalimat. Sumber data penelitian ini berupa rekaman pertunjukan wayang kulit oleh Ki Wardono. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan catat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada empat tahapan, yaitu reduksi data, transkripsi data, pengelompokan, penyimpulan. Transkripsi data (rekaman VCD wayang kulit) merupakan kegiatan pengubahan dari data rekaman lisan ke dalam teks tulisan dengan penyesuaian ke dalam sistem ejaan bahasa Jawa yang berlaku. Dari transkip data tersebut dilakukan pembacaan dan pemahaman mendalam untuk kemudian diseleksi serta dipilah berdasarkan fokus penelitian. Kemudian teknik lanjutan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah hubung banding dan bedakan. Dengan cara menghubungkan data dengan teori dan membandingkan data dengan data lain, lalu membedakan data berdasarkan fokus penelitian.
Berdasar penelitian register dalang dalam pertunjukan wayang kulit Jawa oleh dalang Ki Wardono, bentuk-bentuk register ada 2 yaitu Variasi bahasa berdasar Tingkat Tutur dan Variasi bahasa berdasar Tingkat Kualitas/kelas. Variasi bahasa berdasar Tingkat Tutur menggunakan 3 jenis varian yaitu (1) Variasi Ngoko, (2) Variasi Madya, (3) Variasi Krama. Variasi berdasar tingkat kelas/kualitas dalam bahasa pedalangan dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu variasi rendah dan variasi tinggi. Variasi rendah nampak pada variasi ragam ngoko atau variasi ragam kasar. Variasi tinggi nampak pada Ragam Sulukan dan Ragam Janturan. Bentuk diksi dalam tuturan dalang dalam pertunjukan wayang kulit Jawa Timuran, ada 2 (dua), yaitu: Makna denotasi, dan (2) Makna konotasi. Sarana pertunjukan (ubarampe) wayang kulit sebagai alat terselenggaranya suatu pergelaran yang penuh mengandung arti simbolik diantaranya: (1) Kelir, (2) wayang, (3) gedebog, (4) Blencong, (5) kothak, (6) kepyak, (7) Cempala, (8) Gamelan, (9) Punakawan, (10) Ritual/sajen, dan (11) gunungan.
This research aims to examine the register and symbolic meaning in the East Javanese shadow puppet show by Ki Wardono in terms of its sociolinguistic and semotic aspects, because the language used by the East Javanese puppeteer has distinctive values and is packaged attractively according to the culture of the East Javanese people. The puppet show is essentially a religious-mystical symbol. The things that are the focus of the research include: (1) Register of puppeteers in the East Javanese shadow puppet art performance by Ki Wardono, (2) The form of diction / expressions contained in the East Javanese shadow puppet art performance by Ki Wardono (3) The symbolic meaning contained in Ki Wardono's utterances in the East Javanese shadow puppet art performance.
This research is a qualitative-descriptive study. The data of this research are in the form of puppeteer utterances in the form of words, phrases and sentences. The data source of this research is the recording of the shadow puppets by Ki Wardono. The data collection technique was done by using the observation and note method. The data analysis technique used in this study consists of four stages, namely data reduction, data transcription, grouping, and inference. Data transcription (shadow puppet VCD recording) is an activity of converting from spoken recorded data into written text with adjustments to the applicable Javanese spelling system. From the data transcript, in-depth reading and understanding were carried out, then they were selected and sorted based on the focus of the research. Then the advanced technique that will be used in this research is the comparison and differentiation. By connecting data with theory and comparing data with other data, then differentiating data based on research focus.
Based on the research on dalang registers in Javanese shadow puppet shows by puppeteer Ki Wardono, there are 2 forms of registers, namely language variations based on speech levels and language variations based on quality / class levels. Language variations based on the level of speech use 3 types of variants, namely (1) Ngoko variations, (2) Madya variations, (3) Krama variations. Variations based on the level of class / quality in puppetry language can be divided into two groups, namely low variation and high variation. Low variation appears in the variation of the ngoko variety or the coarse variety. The height variation appears in the Sulukan variety and the Janturan variety. There are 2 (two) forms of diction in the puppeteer's utterances in the East Javanese shadow puppet show, namely: the meaning of denotation, and (2) the meaning of connotation. The means of performing (ubarampe) shadow Puppets as a means of organizing a performance that is full of symbolic meaning include: (1) Kelir, (2) shadow Puppets, (3) gedebog, (4) Blencong, (5) shadow puppet box, (6) kepyak, (7) Cempala, (8) Gamelan, (9) Punakawan, (10) Rituals/ offerings, and (11) gunungan.