Heru Subrata. 2019. Konfigurasi Lokalitas Jawa dalam Sastra Modern Jawa Dialek Jawa Timur. Disertasi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra. Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Promotor: (1) Prof. Dr. H. Setya Yuwana, MA., dan (2) Prof. Dr.Udjang Pairin, M.Pd.
Kata-kata kunci: konfigurasi, nilai etnis, bahasa etnis, dan keindahan etnis.
Tujuan penelitian ini, yakni: 1) mendeskripsikan dan menemukan konfigurasi nilai etnis dalam sastra Jawa dialek Jawa Timur; 2) mendeskripsikan dan menemukan konfigurasi bahasa pragmatis dalam sastra Jawa dialek Jawa Timur; 3) mendeskripsikan dan menemukan konfigurasi keindahan etnis dalam sastra Jawa dialek Jawa Timur.
Teori yang digunakan adalah multidisipliner, yang merupakan integrasi teori antropologi sastra, teori pragmatik, dan stilistika. Dari teori tersebut diwujudkan dalam bentuk kajian, yang dirinci menjadi: Pertama, konfigurasi nilai etnis yang ditekankan pada nilai budaya dalam sastra Jawa Modern modern dialek Jawa Timur. Kedua, kajian konfigurasi bahasa pragmatis ditekankan pada tindak lokusi, perlokusi, dan ilokusi dalam sastra Jawa modern dialek Jawa Timur, dan Ketiga Kajian konfigurasi keindahan etnis ditekankan dalam pemaknaan metafora, personifikasi, hiperbola, metonimi, idiom dan pendayaan bahasa dan muatan makna (deviasi dan fourgrounding) pada sastra Jawa dialek Jawa Timur.
Pendekatan penelitian yang digunakan deskriptif-kualitatif. Sumber data: geguritan (puisi) Budi Palopo berjudul “Cempluk”, “Gurite Arek Ngarit”, “Ngilira Rek”, “Yung Dewi Sangkrah”, “Ken Arek”, “Jagone Wis Kluruk”, “Jangkrik” (dalam buku Sastra Campur Sari, Editor Syaf Anton Wr.dkk.), geguritan (puisi) Trinil berjudul “Donga Kembang Waru”, “Getih Nang Treteg”, “Modhol Morot Sarunge Jagung”, “Bubur Watu”, “Tangan Moluk Sega”, “Olah Apa Nanggap Wayang”, “Gedhok Rancak” (dalam buku Sastra Campur Sari, Editor Syaf Anton Wr.dkk.), kumpulan geguritanDonga Kembang Waru karya Trinil (2004), novel Sarunge Jagung karya Trinil (2005), crita cekak (cerita pendek) berjudul “Trem”, “Nglari Nakagawa”, “Wong Gedhe”, “Diamput, Sepatuku Ilang Nduk Mejid”, dan “Oh, Jumirah”, dalam antologi crita cekakTrem karya Suparto Brata (2000). Pengumpulan data melalui: 1)pengkodean secara terbuka, 2)pengkodean secara aksial, dan 3)pengkodean secara selektif.
Teknik analisis data menggunakan teori Miles dan Haberman (2009, p. 73) yang menyatakan bahwa dalam proses analisis data kualitatif, peneliti mendapatkan daya optimal ketika analisis itu dilakukan selama proses pengumpulan data berlangsung. Adapun prosedur analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah : (1) membaca secara seksama data yang sudah terkumpul; (2) menyeleksi dan menandai data yang ada dengan kode tertentu, agar memudahkan analisis; (3) mengidentifikasi dan menglarifikasi data sesuai data yang dibutuhkan; (4) mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasikan teks sastra, (5) melakukan penarikan simpulan berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian yang berdasarkan fokus penelitian, yang meliputi konfigurasi nilai etnis, konfigurasi bahasa pragmatis, dan konfigurasi keindahan lokalitas dalam sastra Jawa modern dialek Jawa Timur.
Penelitian ini menghasilkan simpulan bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan multidisipliner, dengan memadukan tiga disiplin ilmu yang memfokuskan tiga hal yakni: Pertama, konfigurasi nilai budaya adalah nilai-nilai kultur Jawa yang dinyatakan dalam monolog, dialog, perwatakan, narasi penokohan, dalam sastra Jawa modern dialek Jawa Timur. Kedua, konfigurasi bahasa pragmatis dalam Sastra Jawa modern dialek Jawa timur (Surabaya), merupakan tuturan berupa monolog, dialog, dari tokoh, pada larik-larik dan bait-bait, dan narasi sastra Jawa modern dialek Jawa Timur. Ketiga, Konfigurasi lokalitas dalam sastra Jawa modern dialek Jawa timur (Surabaya), berupa pengonstruksian nilai budaya, bahasa pragmatis, dan gaya bertutur, yang mencirikan kebudayaan kejawatimuran dalam sastra Jawa modern dialek Jawa timur. Perwujudan warna lokal ditandai dengan adanya latar belakang, dialek, kebiasaan, cara berkomunikasi, cara berpikir, ungkapan perasaan, dan sebagainya yang khas dari area Jawa Timur (Surabaya) yang terkandung dalam cerita.
Karya sastra Jawa modern dialek Jawa timur juga mencerminkan warna lokal yang mencerminkan falsafah budaya dalam wilayah para pelaku cerita yaitu Surabaya. Kehadiran warna lokal dalam bentuk pengaturan, diksi, dan gaya bahasa yang digunakan manipulasi bentuk bunyi, manipulasi bentuk kata, majas (gaya bahasa), deviasi, pemakaian kata-kata dalam dialek Surabaya, pemakaian dialek dan ragam bahasa nonformal dan penggunaan kata-kata tertentu yang khas ini bertujuan untuk menciptakan fungsi estetika. Fungsi estetika akan terlihat lebih konkret melalui makna langsung (retorika) dan makna tidak langsung (majas) yang disampaikan untuk menggambarkan warna-warna lokal yang terkandung dalam karyanya.
Warna lokal dalam sastra Jawa modern dialek Jawa timur dicirikan oleh beberapa elemen, termasuk nama pelaku, nama panggilan yang digunakan, pakaian, kebiasaan, cara berpikir, lingkungan, sejarah, keyakinan, dan gaya bahasa, serta dialek. Dalam penelitian ini fokus berupa konfigurasi nilai dari lokalitas yang ditemukan dalam sastra Jawa dialek Jawa timur berupa kumpulan geguritan dan gancaran dari tiga pengarang, yaitu Suparo Brata, Trinil dan Budi Palopo.
Temuan teoretik dalam penelitian ini yaitu proposisi: pertama, keindahan lokalitas sastra Jawa modern sebagai wujud representasi gaya bertutur dialek Jawa timuran. Kedua, nilai etnis Jawa yang dinyatakan dengan menggunakan dialek Jawa timur sebagai pondasi moral budaya Jawa, dan Ketiga, Bahasa pragmatik berupa tuturan berdialek Jawa timur sebagai produk estetika budaya Jawa.
Heru Subrata. 2019. Configuring Javanese Locality in Javanese Modern Literature East Java Dialect. Dissertasion. Language and Literature Education Study Program. Postgraduate of Surabaya State University. Promotor: (1) Prof. Dr. H. Setya Yuwana, MA., and (II) Prof. Dr.Udjang Pairin, M.Pd.
Key words: configuration, ethnic values, ethnic language, and ethnic beauty.
The purpose of this study, i.e.: 1) describe and find the configuration of ethnic values in Javanese literature in the East Java dialect; 2) describe and find the pragmatic language configuration in Javanese literature in the East Java dialect; 3) describe and find the configuration of ethnic beauty in Javanese literature in the East Java dialect
The theory used by multidisciplinary, which is an integration of literary anthropology, pragmatic theory, and stylistics. From the theory manifested in the form of studies, which are detailed into First, the configuration of ethnic values emphasized in cultural values in Javanese literature Modern modern East Java dialects. Second, the study of pragmatic language configurations emphasizes the act of localization, perlocution, and ilocution in modern Javanese literature in East Java dialects, and Third The study of ethnic beauty configuration is emphasized in the meaning of metaphor, personification, hyperbole, metonymy, idioms and language enrichment and the meaning (deviation and foregrounding) in Javanese literature in the East Java dialect.
The research approach used is descriptive-qualitative. Data source: geguritan (poem) Budi Palopo entitled "Cempluk", "Gurite Arek Ngarit", "Ngilira Rek", "Yung Dewi Sangkrah", "Ken Arek", "Jagone Wis Kluruk", "Jangkrik" (in the Campur Sari Literature) Sari, Editor of Syaf Anton Wr.kkk.), Geguritan (poem) Trinil entitled "Donga Kembang Waru", "Getih Nang Treteg", "Modhol Morot Sarunge Jagung", "Bubur Watu", "Hand of Moluk Sega", "Olah Apa Regarding Puppets, "Gedhok Rancak" (in the Campur Sari Literature book, Editor Syaf Anton Wr.kkk.), Collection of geguritan Donga Kembang Waru by Trinil (2004), novel Sarunge Jagung by Trinil (2005), crita cekak (short story) titled "Trams", "Nglari Nakagawa", "Wong Gedhe", "Diamput, Sepatuku Ilang Nduk Mejid", and "Oh, Jumirah", in the anthology of crita cerkak Trem by Suparto Brata (2000). Data collection through: 1) open coding, 2) axial coding, and 3) selective coding. The data analysis technique uses the theory of Miles and Haberman (2009, p. 73) which states that in the process of analyzing qualitative data, researchers obtain optimal power when the analysis is carried out during the process of data collection takes place. The procedure of data analysis in this study is carried out by steps: (1) carefully reading the data that have been collected; (2) selecting and marking existing data with certain codes, to facilitate analysis; (3) identifying and clarifying data according to the data needed; (4) describing, analyzing, and interpreting literary texts, (5) drawing conclusions based on the results of analysis and research findings based on research focus, which includes configuration of ethnic values, pragmatic language configuration, and configuration of the beauty of locality in modern Javanese East Java dialect .
This study makes a conclusion that it uses a multidisciplinary approach, combining three disciplines that focus on three things: First, the configuration of cultural values is the values of Javanese culture expressed in monologue, dialogue, characterization, characterization narratives, in modern Javanese dialect East Java. Second, the pragmatic language configuration in modern Javanese Literature in the East Java dialect (Surabaya), is a speech in the form of a monologue, dialogue, from figures, on lines and stanzas, and narratives of modern Javanese East Java dialects. Third, the configuration of locality in modern Javanese East Java dialect (Surabaya), in the form of constructing cultural values, pragmatic language, and narrative style, characterizes the culture of prosperity in modern Javanese literature in the East Javanese dialect. The embodiment of local colors is characterized by the existence of backgrounds, dialects, habits, ways of communicating, ways of thinking, expressing feelings, and so on that are typical of the East Java area (Surabaya) contained in the story.
Modern Javanese literary works in the East Javanese dialect also reflect local colors that reflect the cultural philosophy in the area of the perpetrators of the story, Surabaya. The presence of local colors in the form of settings, diction, and style of language used in the form of sound manipulation, manipulation of words, figures of speech (language style), deviation, use of words in the Surabaya dialect, dialect use and various non-formal languages and the use of certain words this special purpose is to create an aesthetic function. The aesthetic function will look more concrete through direct meaning (rhetoric) and indirect meaning (figures of speech) delivered to describe the local colors contained in his work.
Local colors in modern Javanese East Javanese dialect are characterized by several elements, including the name of the performer, nickname used, clothing, habits, ways of thinking, environment, history, beliefs, and style of language, and dialect. In this study the focus is the configuration of values from the localities found in Javanese literature in the East Java dialect in the form of a collection of geguritan and gancaran from three authors, namely Suparo Brata, Trinil, and Budi Palopo.
Theoretical findings in this study are propositions: first, the beauty of the locality of modern Javanese literature as a representation of the style of Javanese dialect narrative. Second, Javanese ethnic values expressed using the East Java dialect as the moral foundation of Javanese culture, and Third, Pragmatic language in the form of utterances in East Java as a product of Javanese cultural aesthetics.