SANDUR BOJONEGORO SEBAGAI MEDIA KRITIK SOSIAL
Sandur Bojonegoro as a Media for Social Criticism
Sandur Bojonegoro merupakan kesenian rakyat di Kabupaten Bojonegoro yang mengkritik kehidupan sosial masyarakatnya. Tujuan dilakukannya penelitian adalah (1)mendeskripsikan teknik keaktoran dalam menyampaikan kritik sosial pada pertunjukan Sandur Kembang Desa, (2)mendeskripsikan bentuk penyampaian kritik sosial dalam pertunjukan Sandur Kembang Desa, dan (3)mendeskripsikan materi kritik sosial yang disampaikan anak wayang dalam pertunjukan Sandur Kembang Desa.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan teori ilmu keaktoran Stanislavky, dramatisme Kenneth Burke dan interaksi simbolik Herbert Blumer. Subjek penelitian adalah kelompok Sandur Kembang Desa (anak wayang, panjak hore, germo, dan faktor pendukung pertunjukan lainnya). Subjek diamati selama 10 bulan (Agustus 2020 hingga Mei 2021). Data didapatkan melalui wawancara, observasi, studi pada dokumen dan pustaka. Data berupa foto dan video pertunjukan yang memiliki keterkaitan dengan kritik sosial, pencatatan lapangan pada observasi latihan anak wayang, transkripsi wawancara dan naskah lakon, dokumen lain seperti artikel jurnal, berita pada website, dan penelitian terdahulu.
Hasil penelitian ini adalah teknik keaktoran pertunjukan sandur Bojonegoro terdiri dari(1)aktor mengkonstruksi tubuhnya sesuai dengan tokoh yang diperankan; (2)perspektif aktor dalam menghadapi aktor lainnya; (3)aktor dalam berbicara memiliki aturan tersendiri. Ketiga teknik keaktoran ini kemudian mempengaruhi bagaimana aktor menyampaikan kritiknya terhadap (1)tokoh yang lebih tua; (2)jenis kelamin; (3)strata sosial. Bentuk penyampaian kritik sosial dilakukan melalui dialog, tembang dan tindakan yang dibawakan oleh anak wayang dan panjak hore. Bentuk penyampaian kritik sosial dilakukan melalui (1)dialog antar anak wayang; (2)tembang yang dibawakan oleh panjak hore atau anak wayang; (3)aksi dalam bentuk tindakan panjak hore dan anak wayang. Materi kritik sosial berupa(1)kritik kekuasaan pada perusahaan yang tidak memperhatikan keberadaan masyarakat atau tanah adat (contoh: perusahaan minyak, PT. Freeport); (2)kritik terhadap orang yang merendahkan orang lainnya karena strata sosial, dan (3)kritik terhadap masyarakat yang percaya terhadap mitologi.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa Sandur Bojonegoro menjadi media kritik sosial untuk masyarakatnya didukung dengan kemampuan aktor dalam menyampaikan materi kritik sosial yang diwujudkan dalam bentuk penyampaian pada saat pertunjukan berlangsung.
Sandur Bojonegoro is a folk art in Bojonegoro Regency that criticizes the social behavior of its people. The purposes of the research are (1) to describe the technique of acting in conveying social criticism in the Sandur Kembang Desa performance, (2) to describe the form of delivering social criticism in the Sandur Kembang Desa performance, and (3) to describe the social criticism material delivered by puppet children in the show.
The research is qualitative descriptive research, which has been approached using Stanislavsky's theory of actor, Kenneth Burke's dramatism, and Herbert Blumer's symbolic interaction theory. The research subject was the Sandur Kembang Desa group (puppet children, panjak hore, germo, and additional supporting factors for the performance). Subjects were observed for 10 months (August 2020 to May 2021). Data were collected through interviews, observations, studies on documents, and kinds of literature. Which the form of photos and videos of performances that are related to social criticism, field notes on the observation of puppet training, interview transcripts, scenarios, other documents such as journal articles, news on websites, and previous research.
The research results were the Bojonegoro Sandur performance acting technique consists of (1) the actor constructs their body according to the character played; (2) the perspective of an actor in dealing with other actors; (3) actors in speaking have their own rules. These three acting techniques then influence how the actor convey their criticism of (1) older characters; (2) gender; (3) social levels. Social criticism deliver with form is arranged within dialogue, songs, and actions performed by wayang children and panjak hurray. The delivery form of social criticism is arranged within (1) dialogue between puppet children; (2) songs performed by panjak hore or puppet children; (3) action of panjak hore and puppet children. The social criticism materials are (1) criticism of power on companies that do not pay attention to the existence of societies or adat lands (eg oil company, PT. Freeport); (2) criticism for people who demean others because of social levels, and (3) criticism of people who believe in mythology.
The conclusion in this research is Sandur Bojonegoro has become a medium for social criticism for the civilian in Bojonegoro. The actor's abilities are supporting to communicate social criticism material, which is manifested in the form of delivery during the performance.