ABSTRACT

Wahyuningrum, Rida. 2017. Autistic Children’s EFL Speech Profile: A Generative Phonology Perspective. Doctoral Thesis. Language and Letter Education Study Program. Post-graduate Program of Surabaya State University. Promotor: Drs. Soewono, Ph.D., and Co-Promotor: Suharsono, M.Phil., Ph.D.

Key Words: Segmental Sounds, Generative Phonology, Intelligible Speech, Autistic Children, EFL Speech Profile.

The study describes the features of autistic children’s EFL segmental sounds and their EFL speech intelligibility. Regarding the features, the researcher applied the theory of generative phonology in order to provide detailed explanation to three crucial points, namely 1) the features or characteristics of autistic children’s EFL segmental sounds, 2) the phonological rules that explain the derivation of autistic children’s EFL segmental sounds from the underlying representation and 3) the phonological patterns of deviation of autistic children’s EFL segmental sounds.  

This study is descriptive-qualitative research in the format of a case study. The researcher used two subjects, two autistic children at the age of ten and nine in their elementary level of education.

The findings showed that the two subjects of the study had good EFL pronunciation capability. The characteristics of their segmental sounds production comprised of those common and specific, in which the latter showed their specialties that they only happened to them. It was supported by the description of both phonological rules and phonological patterns of deviation of their speech sounds at the levels of word, phrase, and clause/sentence. In terms of speech intelligibility, their intelligibility in pronouncing their EFL speech sounds was within intelligible area by Listener-Rating Scales method and to cover most areas of EFL targets of speech intelligibility based on Jenkins’ Lingua Franca Core. Thus, the results of this study indicated that autistic children’s EFL speech profile is considered good despite some distinguishing features.

There were three important matters to pinpoint as the constraints of this study. One, it did not explore the depth of the subjects in relation with the specific type of autism they might have. This was due to the researcher’s limited permission to such access. The only information allowed was that the subjects were clinically suffering from autistic disorder type. Consequently, it might affect the research findings that it could not provide specific clues to which specific type of autism would relate to. Two, severe tantrums of one of the subjects made the data collecting activity lead to difficulties and it resulted in different number of data taken from the two. As a result, Subject 1 produced less number of data compared to that of Subject 2. Three, the researcher was not permitted to have any pictures of the subjects or get them filmed. The only activity permitted to peform was to record their voice. This was due to the confidential matters of the subjects and, therefore, their complete description was not adequately met in the study.

Thus, the researcher recommended that similar further studies be away from such constraints mentioned above. The future research will have to have more concerns on the deep exploration upon the subject of the study, decent strategies to manage them in terms of data collection, and the ease of working with the subjects. All of those will greatly contribute to the depth of research findings and discussion parts of the study. Finally, being free from this kind of study contraints will provide the researcher with great qualification for the study he/she conducts.

ABSTRAK

Wahyuningrum, Rida. 2017. Profil Ucapan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing oleh Anak Penyandang Autis: Sebuah Perspektif Fonologi Generatif. Disertasi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra. Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Promotor: Drs. Soewono, Ph.D., dan Co-Promotor: Suharsono, M.Phil., Ph.D.

Kata Kunci: Bunyi Segmental, Fonologi Generatif, Kejelasan Ucapan, Anak Penyandang Autis, Profil Ucapan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan ciri bunyi segmental dan kejelasan ucapan yang dilafalkan oleh anak penyandang autis yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Berkenaan dengan ciri bunyi segmental tersebut, peneliti menggunakan teori fonologi generatif untuk memaparkan tiga poin penting secara rinci, yaitu  a) karakteristik pelafalan bunyi segmental mereka, b) kaidah fonologis yang menjelaskan turunan bunyi segmental dari hasil pelafalan Bahasa Inggris mereka yang dirunut dari representasi dasar, dan c) pola-pola penyimpangan fonologis bunyi-bunyi segmental yang mereka hasilkan.  

Penelitian ini digolongkan penelitian kualitatif dan masuk dalam jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan studi kasus. Peneliti menggunakan dua subjek penelitian, yaitu dua anak penyandang autis yang berumur sembilan dan sepuluh tahun dan mengikuti pendidikan formal di tingkat sekolah dasar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek penyandang autis tersebut memiliki kemampuan melafalkan bunyi-bunyi bahasa Inggris dengan baik. Ciri bunyi segmental yang mereka hasilkan dari pelafalan mengacu pada ciri umum dan ciri khusus, yang mana ciri kedua merupakan kekhususan bagi mereka dan tidak terjadi pada anak normal. Hal itu ditopang oleh data yang diperoleh dari hasil analisis kaidah fonologis dan pola-pola penyimpangan fonologis dari bunyi-bunyi segmental yang mereka hasilkan pada tataran kata tunggal, frasa, dan kalimat tunggal. Dalam hal kejelasan ucapan, ucapan mereka dalam melafalkan bunyi-bunyi bahasa Inggris masuk di dalam wilayah intelijibel (jelas dan dimengerti) menurut penghitungan dengan Skala Rating Pendengar dan meliputi hampir semua wilayah yang telah ditentukan di dalam pengukuran keintelijibelan ucapan Lingua Franca Core dari Jenkin. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profil ucapan bahasa Inggris anak penyandang autis dinilai baik walaupun terdapat beberapa ciri pembeda.

Ada tiga hal penting menandai penelitian ini sebagai kendala penelitian. Pertama, penelitian ini tidak membahas secara mendalam tipe autis yang diderita oleh subjek penelitian. Hal ini dikarenakan peneliti memiliki keterbatasan ijin akses ke informasi tersebut. Satu-satunya informasi yang diberikan adalah subjek secara klinis menderita gangguan autis (autistic disorder). Akibatnya, hasil temuan di dalam penelitian ini tidak bisa memberikan gambaran jelas mengenai jenis autis yang mana yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian. Kedua, pengambilan data mengalami kesulitan dikarenakan tantrum (mengamuk) hebat oleh salah satu subjek dan mengakibatkan perolehan jumlah data yang berbeda di antara keduanya. Hasilnya, jumlah perolehan data Subjek 1 lebih sedikit dibandingkan Subjek 2. Ketiga, peneliti mengalami hambatan berupa ijin pengambilan gambar atau rekam video terhadap kedua subjek. Hanya pengambilan atau perekaman suara saja diperbolehkan. Hal ini berkaitan dengan aturan atau kerahasiaan subjek, dan tentu saja penelitian ini tidak bisa memenuhi kelengkapan deskripsi subjek dengan layak.

Demikianlah, penelitian menyarankan agar penelitian serupa selanjutnya tidak akan mengalami kendala-kendala di atas sebagaimana yang dialami oleh peneliti. Penelitian berikutnya harus memiliki kedalaman lebih pada pembahasan subjek penelitian, strategi yang tepat dalam mengambil data dari subjek, dan keleluasaan bekerja dengan mereka. Kesemuanya itu akan beriur pada kedalaman pada bagian hasil penelitian dan pembahasan di dalam penelitian. Akhirnya, terbebas dari kendala-kendala seperti yang telah disebutkan di atas akan membuat penelitian yang dilaksanakan bermutu baik. 

ABSTRACT

Wahyuningrum, Rida. 2017. Autistic Children’s EFL Speech Profile: A Generative Phonology Perspective. Doctoral Thesis. Language and Letter Education Study Program. Post-graduate Program of Surabaya State University. Promotor: Drs. Soewono, Ph.D., and Co-Promotor: Suharsono, M.Phil., Ph.D.

Key Words: Segmental Sounds, Generative Phonology, Intelligible Speech, Autistic Children, EFL Speech Profile.

The study describes the features of autistic children’s EFL segmental sounds and their EFL speech intelligibility. Regarding the features, the researcher applied the theory of generative phonology in order to provide detailed explanation to three crucial points, namely 1) the features or characteristics of autistic children’s EFL segmental sounds, 2) the phonological rules that explain the derivation of autistic children’s EFL segmental sounds from the underlying representation and 3) the phonological patterns of deviation of autistic children’s EFL segmental sounds.  

This study is descriptive-qualitative research in the format of a case study. The researcher used two subjects, two autistic children at the age of ten and nine in their elementary level of education.

The findings showed that the two subjects of the study had good EFL pronunciation capability. The characteristics of their segmental sounds production comprised of those common and specific, in which the latter showed their specialties that they only happened to them. It was supported by the description of both phonological rules and phonological patterns of deviation of their speech sounds at the levels of word, phrase, and clause/sentence. In terms of speech intelligibility, their intelligibility in pronouncing their EFL speech sounds was within intelligible area by Listener-Rating Scales method and to cover most areas of EFL targets of speech intelligibility based on Jenkins’ Lingua Franca Core. Thus, the results of this study indicated that autistic children’s EFL speech profile is considered good despite some distinguishing features.

There were three important matters to pinpoint as the constraints of this study. One, it did not explore the depth of the subjects in relation with the specific type of autism they might have. This was due to the researcher’s limited permission to such access. The only information allowed was that the subjects were clinically suffering from autistic disorder type. Consequently, it might affect the research findings that it could not provide specific clues to which specific type of autism would relate to. Two, severe tantrums of one of the subjects made the data collecting activity lead to difficulties and it resulted in different number of data taken from the two. As a result, Subject 1 produced less number of data compared to that of Subject 2. Three, the researcher was not permitted to have any pictures of the subjects or get them filmed. The only activity permitted to peform was to record their voice. This was due to the confidential matters of the subjects and, therefore, their complete description was not adequately met in the study.

Thus, the researcher recommended that similar further studies be away from such constraints mentioned above. The future research will have to have more concerns on the deep exploration upon the subject of the study, decent strategies to manage them in terms of data collection, and the ease of working with the subjects. All of those will greatly contribute to the depth of research findings and discussion parts of the study. Finally, being free from this kind of study contraints will provide the researcher with great qualification for the study he/she conducts.

ABSTRAK

Wahyuningrum, Rida. 2017. Profil Ucapan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing oleh Anak Penyandang Autis: Sebuah Perspektif Fonologi Generatif. Disertasi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra. Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Promotor: Drs. Soewono, Ph.D., dan Co-Promotor: Suharsono, M.Phil., Ph.D.

Kata Kunci: Bunyi Segmental, Fonologi Generatif, Kejelasan Ucapan, Anak Penyandang Autis, Profil Ucapan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan ciri bunyi segmental dan kejelasan ucapan yang dilafalkan oleh anak penyandang autis yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Berkenaan dengan ciri bunyi segmental tersebut, peneliti menggunakan teori fonologi generatif untuk memaparkan tiga poin penting secara rinci, yaitu  a) karakteristik pelafalan bunyi segmental mereka, b) kaidah fonologis yang menjelaskan turunan bunyi segmental dari hasil pelafalan Bahasa Inggris mereka yang dirunut dari representasi dasar, dan c) pola-pola penyimpangan fonologis bunyi-bunyi segmental yang mereka hasilkan.  

Penelitian ini digolongkan penelitian kualitatif dan masuk dalam jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan studi kasus. Peneliti menggunakan dua subjek penelitian, yaitu dua anak penyandang autis yang berumur sembilan dan sepuluh tahun dan mengikuti pendidikan formal di tingkat sekolah dasar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek penyandang autis tersebut memiliki kemampuan melafalkan bunyi-bunyi bahasa Inggris dengan baik. Ciri bunyi segmental yang mereka hasilkan dari pelafalan mengacu pada ciri umum dan ciri khusus, yang mana ciri kedua merupakan kekhususan bagi mereka dan tidak terjadi pada anak normal. Hal itu ditopang oleh data yang diperoleh dari hasil analisis kaidah fonologis dan pola-pola penyimpangan fonologis dari bunyi-bunyi segmental yang mereka hasilkan pada tataran kata tunggal, frasa, dan kalimat tunggal. Dalam hal kejelasan ucapan, ucapan mereka dalam melafalkan bunyi-bunyi bahasa Inggris masuk di dalam wilayah intelijibel (jelas dan dimengerti) menurut penghitungan dengan Skala Rating Pendengar dan meliputi hampir semua wilayah yang telah ditentukan di dalam pengukuran keintelijibelan ucapan Lingua Franca Core dari Jenkin. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profil ucapan bahasa Inggris anak penyandang autis dinilai baik walaupun terdapat beberapa ciri pembeda.

Ada tiga hal penting menandai penelitian ini sebagai kendala penelitian. Pertama, penelitian ini tidak membahas secara mendalam tipe autis yang diderita oleh subjek penelitian. Hal ini dikarenakan peneliti memiliki keterbatasan ijin akses ke informasi tersebut. Satu-satunya informasi yang diberikan adalah subjek secara klinis menderita gangguan autis (autistic disorder). Akibatnya, hasil temuan di dalam penelitian ini tidak bisa memberikan gambaran jelas mengenai jenis autis yang mana yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian. Kedua, pengambilan data mengalami kesulitan dikarenakan tantrum (mengamuk) hebat oleh salah satu subjek dan mengakibatkan perolehan jumlah data yang berbeda di antara keduanya. Hasilnya, jumlah perolehan data Subjek 1 lebih sedikit dibandingkan Subjek 2. Ketiga, peneliti mengalami hambatan berupa ijin pengambilan gambar atau rekam video terhadap kedua subjek. Hanya pengambilan atau perekaman suara saja diperbolehkan. Hal ini berkaitan dengan aturan atau kerahasiaan subjek, dan tentu saja penelitian ini tidak bisa memenuhi kelengkapan deskripsi subjek dengan layak.

Demikianlah, penelitian menyarankan agar penelitian serupa selanjutnya tidak akan mengalami kendala-kendala di atas sebagaimana yang dialami oleh peneliti. Penelitian berikutnya harus memiliki kedalaman lebih pada pembahasan subjek penelitian, strategi yang tepat dalam mengambil data dari subjek, dan keleluasaan bekerja dengan mereka. Kesemuanya itu akan beriur pada kedalaman pada bagian hasil penelitian dan pembahasan di dalam penelitian. Akhirnya, terbebas dari kendala-kendala seperti yang telah disebutkan di atas akan membuat penelitian yang dilaksanakan bermutu baik.